Liputan6.com, Jakarta - Petenis Naomi Osaka untuk pertama kalinya mengungkapkan tentang pengunduran dirinya dari French Open tahun ini karena masalah kesehatan mental, perdebatan, dan kontroversi tak terduga yang mengikuti keputusannya.
"Saya merasa tidak nyaman menjadi juru bicara atau wajah kesehatan mental atlet karena masih sangat baru bagi saya dan saya tidak memiliki semua jawaban," tulis Osaka dalam esai yang diterbitkan di majalah Time, dilansir ABC, Jumat (9/7/2021).
Advertisement
Baca Juga
"Saya berharap orang-orang dapat memahami bahwa tidak apa-apa untuk tidak menjadi baik-baik saja, dan tidak apa-apa untuk membicarakannya. Ada orang yang dapat membantu, dan biasanya ada cahaya di ujung terowongan mana pun," tambahnya.
Atlet 23 tahun itu mengundurkan diri dari French Open pada akhir Mei lalu setelah didenda 15.000 dolar AS atau sekitar Rp 218 juta karena melewatkan konferensi pers pasca-pertandingan. Salah satu petenis peringkat teratas dunia ini telah mengumumkan pada awal turnamen bahwa dia tidak akan berpartisipasi dalam konferensi pers wajib setelah pertandingan untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Dia juga tidak berkompetisi di Wimbledon tahun ini karena kesehatan mentalnya. Osaka, yang tinggal di AS tetapi bermain untuk Jepang, mengonfirmasi kepada Time akan bersaing di Olimpiade Musim Panas, yang dijadwalkan mulai 23 Juli 2021 di Tokyo.
"Setelah menghabiskan beberapa minggu terakhir untuk mengisi ulang dan menghabiskan waktu bersama orang yang saya cintai, saya memiliki waktu untuk merenung, tetapi juga untuk melihat ke depan. Saya tidak bisa lebih bersemangat untuk bermain di Tokyo," tulis Osaka.
"Olimpiade itu sendiri memang spesial, tapi memiliki kesempatan untuk bermain di depan fans Jepang adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Saya harap saya bisa membuat mereka bangga," lanjutnya.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Depresi Berkepanjangan
Setelah keluar dari French Open, Osaka mengungkapkan bahwa dia telah "menderita depresi yang berkepanjangan" sejak 2018. Lewat Twitter-nya, dia merasa tertekan untuk mengungkapkan perjuangan kesehatan mentalnya karena stigma seputar keputusannya untuk tidak melakukan konferensi pers pasca-pertandingan.
"Dalam kasus saya, saya merasa di bawah tekanan besar untuk mengungkapkan gejala saya, terus terang karena pers dan turnamen tidak mempercayai saya. Saya tidak berharap itu pada siapa pun dan berharap kami dapat memberlakukan tindakan untuk melindungi atlet, terutama para atlet yang rapuh," tulisnya.
"Saya juga tidak ingin terlibat dalam pemeriksaan riwayat kesehatan pribadi saya lagi. Jadi, saya meminta pers untuk privasi dan empati saat kita bertemu nanti."
"Mungkin kita harus memberi atlet hak untuk istirahat mental dari pengawasan media pada kesempatan langka tanpa dikenakan sanksi tegas," imbuhnya.
Â
Advertisement
Menantikan Perubahan
Pilihan Osaka untuk keluar dari French Open memicu topik hangat soal kesehatan mental atlet dan cara kesehatan mental ditangani di tempat kerja secara umum. Bintang tenis itu ingin melihat beberapa perubahan terjadi dalam cara para pemain tenis secara khusus berinteraksi dengan pers.
"Tujuannya tidak pernah untuk menginspirasi pemberontakan, melainkan untuk melihat secara kritis di tempat kerja kita dan bertanya apakah kita bisa berbuat lebih baik," tulisnya.
"Menurut pendapat saya (dan saya ingin mengatakan bahwa ini hanya pendapat saya dan bukan pendapat setiap pemain tenis dalam tur), format konferensi pers itu sendiri sudah ketinggalan zaman dan sangat membutuhkan penyegaran. Saya yakin kita bisa membuatnya lebih baik, lebih menarik, dan lebih menyenangkan untuk masing-masing pihak. Lebih sedikit subjek vs. objek; lebih banyak peer to peer," tulisnya.
"Sejumlah kecil "hari sakit" per tahun di mana dibebaskan dari komitmen pers tanpa harus mengungkapkan alasan pribadi. Saya percaya ini akan membawa olahraga sejalan dengan masyarakat lainnya," tambahnya.
Meskipun dikritik atas keputusannya meninggalkan French Open, dia mengaku juga menerima dukungan dari publik. "Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang ada di mata publik yang telah mendukung, mendorong, dan menawarkan kata-kata baik seperti itu. Michelle Obama, Michael Phelps, Steph Curry, Novak Djokovic, Meghan Markle, dan lainnya," tulisnya.
"Michael Phelps mengatakan kepada saya bahwa dengan berbicara, saya mungkin telah menyelamatkan satu nyawa. Jika itu benar, maka itu semua sepadan," tutupnya. (Jihan Karina Lasena)
4 Tips Jaga Kesehatan Mental
Advertisement