Liputan6.com, Jakarta - Hong Kong bersiap mencoret rencana travel bubble dengan Singapura setelah dua kali ditangguhkan. Keputusan ini terkait perubahan strategi Negeri Singa untuk "hidup" berdampingan dengan COVID-19 melalui berbagai regulasi, melansir laman SCMP, Jumat (9/7/2021).
Namun demikian, bukan berarti kedua negara menyudahi kesepakatan untuk mengizinkan perjalanan bebas karantina, kata Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, lapor Bloomberg. Ong menyebut, dengan jumlah kasus COVID-19 yang rendah, mereka berada dalam posisi yang baik untuk membuka perbatasan lagi.
"Itu memberi kita landasan bersama untuk berbicara lagi tentang memulai kembali koridor perjalanan udara," kata Ong. "Saya mencoba untuk tidak menyebutnya travel bubble karena gelembung berkonotasi pada sesuatu yang sangat rapuh dan dapat dengan mudah meledak."
Advertisement
Baca Juga
Sebagai gantinya, mereka menggambarkan bentuk kerja sama itu sebagai koridor perjalanan udara. "Tapi, idenya sama," imbuhnya.
Singapura akan melonggarkan aturan tentang kegiatan, seperti makan di luar minggu depan, karena tingkat vaksinasinya naik tajam. Dua pertiga populasinya yang hampir enam juta diperkirakan divaksinasi lengkap pada peringatan kemerdekaan pada 9 Agustus mendatang.
Ketika kampanye vaksinasi Singapura semakin cepat, sikap pemerintah telah bergeser ke perspektif hidup bersama virus daripada mengejar apa yang disebut pendekatan Covid-Zero untuk menghilangkannya sama sekali.
Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan bahwa pihaknya perlu menilai strategi baru penanganan COVID-19 Singapura ketika kedua belah pihak mencoba menghidupkan kembali pengaturan perjalanan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Luncurkan Perjalanan Bebas Karantina
Singapura telah menyatakan membuka perbatasan mereka untuk perjalanan bebas karantina dari beberapa tempat, seperti China dan Selandia Baru. "Kami sudah membuka diri pada mereka, tinggal menunggu kapan mereka akan nyaman untuk membalasnya," kata Ong.
Di sisi lain, warga Singapura telah dapat bepergian dengan bebas ke wilayah, seperti Eropa. Namun, mereka tengah menunggu kasus COVID-19 di sana turun dan vaksinasi meningkat sebelum "membalas undangan" tersebut, kata Ong.
"(Kesepakatan perjalanan) kami harus melampaui Hong Kong," katanya. "Kami berharap koridor perjalanan udara Singapura-Hong Kong tetap bisa terwujud, tapi sebenarnya kami perlu membuka diri ke lebih banyak belahan dunia."
Advertisement
Skema Baru Penanganan COVID-19
Sebelumnya, tiga anggota gugus tugas COVID-19 Singapura mengumumkan penghapusan penguncian dan pelacakan kontak massal, lapor CNN. Skema baru penanganan COVID-19 itu diklaim bisa mewujudkan perjalanan bebas karantina dan dimulainya kembali pertemuan besar.
Negeri Singa juga dikatakan akan berhenti menghitung kasus COVID-19 setiap hari. Proposal tersebut merupakan tandingan model "transmisi nol" yang diadopsi beberapa negara dan wilayah, termasuk Hong Kong.
Metode tersebut dinilai hampir tidak mungkin dipertahankan karena varian baru menyebar dan tidak bisa diterapkan dalam jangka panjang. Sebaliknya, mereka mengatakan hidup berdampingan dengan COVID-19 bisa dilakukan.
Kunci penerapannya adalah tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi dan Singapura berada di jalur yang tepat. Namun demikian, pengujian dan pengawasan masih diperlukan. Tapi, itu dilakukan dalam skenario tertentu, seperti menjelang acara sosial besar atau saat kembali dari luar negeri, daripada melacak dan mengarantina kontak dekat.
Untuk melakukan ini, para menteri mengatakan, metode pengujian yang lebih cepat dan lebih mudah akan diluncurkan karena hasil tes PCR membutuhkan waktu terlalu lama. Metode alternatifnya termasuk breathalyser yang memakan waktu sekitar satu sampai dua menit untuk menunjukkan hasil tes.
Infografis Sertifikat Vaksin COVID-19 Jadi Syarat Bepergian?
Advertisement