Liputan6.com, Jakarta - Maudy Ayunda resmi menyandang gelar S2 setelah menyelesaikan studi di Stanford University, Amerika Serikat. Pelantun Jakarta Ramai ini sempat membagikan momen kelulusan bersama orangtua dan adiknya pada 9 Juni lalu.
Kala itu, Maudy Ayunda tampil dalam balutan kebaya kutu baru berwarna merah dengan batik bermotif Pisan Bali. Sebagi luaran, ia mengenakan toga Stanford University, rambutnya disanggul, dan memakai high heels bernuansa emas.
Setelah melewati momen penuh bahagia itu, Maudy berbagi kisah mengenai pengalaman istimewa dan pelajaran yang ia dapat ketika menuntut ilmu di Negeri Paman Sam. Kisahnya dirangkum dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube pribadinya pada 12 Juli 2021.
Advertisement
Baca Juga
Dalam video berdurasi 13 menit 22 detik itu, Maudy merasa waktunya berjalan cepat selama menuntut ilmu di Stanford. Sederet pelajaran hidup turut menghiasi perjalanannya selama di Stanford.
"Pertama, aku harus belajar beradaptasi dan berubah, belajar selama pandemi tentunya, kelas Zoom mengambil alih dan kampus sekejap menjadi sunyi senyap. Pengalaman belajarku berubah, menyesuaikan," tambahnya.
Kedua, Maudy menyebut ia belajar benar-benar menghargai alam bebas. Ia hiking, nyaman berada di bawah terik matahari, dan membenamkan diri dalam dunia penuh aktivitas. Stanford bahkan membangkitkan kecintaan lamanya terhadap lari.
"Jadi, salah satu yang aku suka banget di sini adalah banyaknya tempat outdoor di mana aku bisa lari, jalan, pokoknya bisa aktif di alam, caraku meluangkan waktu dengan diriku dan salah satu goal aku di masa Covid adalah aktif, aku berusaha setiap hari paling enggak 10 ribu steps," jelas Maudy Ayunda.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Memberi dan Menerima Kritik
Ketiga, Maudy belajar mencari inspirasi dari orang-orang. Ia berkisah, teman sekelasnya terdiri atas 400 orang yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat yang menawarkan perspektif dan cerita berbeda-beda.
Kisah itu pula yang memicu perempuan yang menyandang gelar S1 di University of Oxford ini untuk berubah. Ia menyebut layaknya quote Stanford, "Ubahlah Kehidupan, Ubahlah Organisasi, dan Ubahlah Dunia."
Selain finansial dan akuntansi, ia juga belajar tentang komunikasi. Dikatakan Maudy, untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasa nyaman dalam mengkritik dan menerima kritik.
"Aku merasa orang yang enggak bisa menerima kritik itu rugi berat, karena itu kesempatan tumbuh dan memperbaiki sebuah hubungan," katanya.
Advertisement
Jadi Lebih Sederhana
Pelajaran terakhir yang ia dapat adalah memahami hidup lebih dari hal-hal besar, lebih dari sekadar pencapaian dan milestones, namun tentang udara yang kita hirup, langkah yang diambil, dan tawa yang dibagi dengan orang-orang terdekat.
"Anehnya setelah dua tahun ini, aku merasa telah menjadi orang yang jauh lebih sederhana. Dua tahun yang lalu aku datang ke Stanford ingin mengubah dunia, tetapi malah mengubah diriku sendiri secara personal," tambahnya.
Maudy menyadari ia hanya ingin bahagia dan membuat banyak orang tersenyum. Perempuan berusia 26 tahun ini menjelaskan, ia harus serius mengejar jika menginginkan sesuatu.
"Karena banyak banget ada pemikiran-pemikiran pada saat itu yang 'ngapain sih S2', 'ngapain sih perempuan pendidikan tinggi-tinggi kalau misalnya ujungnya di rumah'. Aku selalu mendengar itu dari orang-orang sekitar aku dan aku menolak untuk mendengarkannya," tegas Maudy.
"Karena aku kenal diriku dan aku tahu hidup seperti apa yang ingin aku jalani. Teman-teman harus mau berjuang untuk keyakinan diri sendiri ya," tutupnya.
4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement