Liputan6.com, Jakarta - Olivia Rodrigo mencuri atensi Gedung Putih, Washington D.C., Amerika Serikat, Rabu, 14 Juli 2021. Penyanyi yang dijuluki "putri" Taylor Swift ini memenuhi undangan Presiden Joe Biden.
Ia datang untuk mempromosikan pentingnya divaksin COVID-19. Penyanyi 18 tahun itu muncul di saat tingkat vaksinasi di Amerika Serikat, menurun, terutama di kalangan anak muda.Â
Mengingat sifat penampilannya yang menonjol, Rodrigo memilih setelan rok tweed Chanel berwarna merah muda, hitam, dan putih yang profesional, namun eye-catching. Ansambel vintage pada 1995 ini adalah representasi cerdas, mengingat banyak Ibu Negara yang menyukai Chanel, terutama Jacqueline Kennedy, mengutip Vogue, Kamis (15/7/2021).
Advertisement
Baca Juga
Rodrigo melengkapi penampilannya dengan platform Giuseppe Zanotti putih, sepasang anting Justine Clenquet, dan dompet kecil berwarna hitam dari Amina Muaddi. Berada di Gedung Putih, Rodrigo dijadwalkan merekam video yang akan memuat beberapa fakta vaksin COVID-19.
Konten itu akan dibagikan di akun media sosialnya dan Gedung Putih. Informasi ini dianggap krusial karena infeksi COVID-19 meningkat di 42 negara bagian akibat tingkat vaksinasi melambat dan munculnya varian Delta.
Olivia Rodrigo hadir dalam upaya mendorong angka vaksinasi COVID-19, terutama di kalangan anak muda. Di momen itu, pelantun lagu Good 4 U ini diperkenalkan sebagai seseorang "yang melewati lampu merah dan rambu-rambu berhenti untuk berjumpa kita semua," catat Buzzfeed.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dorong Tingkat Vaksinasi COVID-19
Olivia Rodrigo mengatakan, "Saya merasa sangat terhormat dan rendah hati berada di sini hari ini untuk membantu menyebarkan pesan vaksinasi remaja. Penting untuk berbincang dengan teman dan anggota keluarga yang mendorong semua komunitas untuk divaksin."
Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), saat ini hanya 34,8 persen remaja berusia 12 hingga 17 tahun yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19. Sementara, hanya 46 persen remaja 18--24 tahun yang telah divaksin COVID-19 dosis pertama.
Rumah sakit di sejumlah negara bagian Amerika Serikat mencatat lonjakan orang muda yang sakit dan meninggal karena varian Delta yang lebih menular. Sekitar 99 persen pasien meninggal dunia tercatat belum divaksinasi.
Advertisement
Vaksin untuk Remaja
Mei lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui vaksin Pfizer untuk anak-anak antara usia 12 dan 15 tahun. Pasalnya, COVID-19 jadi salah satu dari 10 penyebab kematian utama bagi remaja di sana.
New York Times melaporkan, beberapa remaja mendapatkan vaksin tanpa sepengetahuan orangtua mereka yang skeptis terhadap vaksin. Dalam presentasi Pfizer pada FDA, pihaknya menunjukkan bahwa dalam penelitian terhadap lebih dari dua ribu remaja, vaksin mencegah 100 persen infeksi COVID-19.
Remaja yang divaksinasi menunjukkan tingkat antibodi pelindung lebih tinggi daripada mereka yang berusia antara 16 dan 25 tahun. Para pejabat berharap banyak anak muda yang terinspirasi Olivia Rodrigo untuk segera divaksinasi.