Sukses

Label Fesyen Lokal Suarakan Pesan Percaya Diri dan Lawan Ketidaknyamanan Bentuk Tubuh

Lahirnya label fesyen lokal Kurve bermula dari keberanian sang founder mendobrak dinding "insecurity" dan menggaungkan semangat untuk lebih percaya diri.

Liputan6.com, Jakarta - Pasang surut kehidupan tak jarang mengilhami seseorang untuk berkreasi. Begitu pula perjuangan mendobrak dinding insecurity pada tubuh hingga akhirnya mencapai titik mampu bangkit dan percaya diri.

Cerita ini pula yang menjadi fondasi terciptanya Kurve, label fesyen lokal yang menghadirkan pakaian body fitted dengan mengusung semangat konfidencewear. Lahirnya label ini tak lepas dari perjalanan sang pendiri, Paula Anselmi, berjuang melawan ketidaknyamanan atas bentuk tubuhnya.

"Kurve berdasarkan dari masalah pribadi aku sendiri, yaitu insecurity. Aku sangat insecure dengan tubuhku. Untuk menciptakan dan mengembangkan Kurve, aku jadi sangat percaya diri, di saat yang sama aku melakukan sesuatu yang aku suka," kata Paula kepada Liputan6.com, Kamis (15/7/2021).

Paula mengaku bukan seorang desainer ataupun memiliki latar belakang pendidikan fesyen. Namun, ia serius membangun labelnya sejak 2019 dengan membuka diri pada beragam masukan. Paula banyak berkomunikasi dengan pelanggan setia yang disebutnya Kurvies. Tak sekadar menjual produk, ia juga bertukar cerita, saling menguatkan dan mendukung satu sama lain.

"Kurve berdampak sama hidupku juga sama mereka, yang tadinya enggak suka pakai tank top jadi lebih percaya diri atau pakai yang body fitted. Along the way, banyak feedback itu dan menyebutnya konfidencewear," tambahnya.

Paula menjelaskan, melalui Kurve, ia selalu mengampanyekan untuk percaya diri dan mendorong orang untuk menjadi diri sendiri. "Karena semua yang aku bangun itu tercermin dari apa yang aku alami," katanya.

Labelnya, kata Paula, menyasar semua perempuan, terkhusus bagi mereka yang tidak percaya diri. Menurutnya, body positivity tidak hanya soal penampilan dan gaya, tapi menerima diri sendiri dan jadi percaya diri.

"Pengalamanku dengan insecurity sangat dalam dan berdampak bagaimana aku berpenampilan, cara aku berpikir tentang diriku. Ketika kita diri sendiri, percaya diri akan mengantarkan kita ke mana saja dan membantu kita untuk melakukan banyak hal, khususnya keseharian kita, pencapaian kita, itu sangat penting," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Tanpa Batasan

Sembari berbisnis, Paula juga belajar mendesain dan membuat prototipe. Prosesnya dibantu oleh tim pola. Setelah itu, ia membuat panduan ukuran sendiri dan meminta timnya untuk mencoba.

"Sangat penting punya kepercayaan diri karena kamu bisa mendapat pengetahuan, dari insecurity aku bisa menciptakan sesuatu bahkan lebih dari yang aku bayangkan," ungkapnya.

Dijelaskan Paula, labelnya mengakomodasi body positivity lewat produk yang ia hadirkan. "Kurve membuat produk yang basic, bisa dipakai ke mana saja, oleh siapa saja dan size-nya tidak ada limitation, mulai dari yang kecil dan besar, S sampai dobel XL," tambah Paula.

Perempuan berusia 28 tahun ini mengungkapkan, insecurity akan selalu ada, tidak peduli seseorang terlihat seperti apa. "Kita sebagai manusia tidak akan pernah bisa puas dan itu normal. Apa yang kita perlukan adalah percaya diri dengan diri sendiri," katanya.

Label ini setiap bulannya juga mendaulat Kurvies untuk berbagi cerita dan perjuangan yang mereka lewati. Mereka juga datang dari usia dan body type yang berbeda-beda.

"Setiap bulan kita juga ada kampanye tentang women empowerment dan juga model kita itu ada di setiap size, dan body types di Instagram sebagai platform membuat mereka bersinar," jelasnya.

Kampanye itu juga dikembangkan dengan menggandeng Miss Kurve. Pada Juni 2021, pihaknya memilih sosok untuk berbagi cerita dilihat dari frequent buying dan review yang dibagikan. "Aku syok beberapa dari mereka sangat detail dan bahkan lebih baik dari aku," tutur Paula.

3 dari 4 halaman

Pikirkan Keberlanjutan

Paula menyebut pandemi Covid-19 turut berdampak pada Kurve seperti bisnis lainnya. Ia juga sempat ada di titik terendah. Meski begitu, Paula tidak menyerah dan terus semangat bangkit.

"Tapi it's too late to give up karena aku banyak banget ide dan begitu banyak potensi di depan kita. Jadi, saat gagal kita coba lagi dan memiliki mindset kita perlu melakukan lebih baik dari yang kita lakukan sebelumnya," tambahnya.

Selain berupaya menyuarakan percaya diri dan melawan insecurity, Kurve juga menerapkan konsep ramah lingkungan dalam bisnisnya. Salah satunya lewat pengemasan produk untuk Kurvies.

"Awal mulai, packaging kita pakai bubblewrap tapi enggak lama waktu aku pas baru launching dan terima banyak feedback untuk lebih conscious environmentally. Sekarang, kita ganti semua packaging jadi jadi environmental friendly jadi kita pakai totebag, box crafted, sama bungkus baju kita pakai cassava, semua bisa di-recycle dan bisa dipakai ulang," terangnya.

Jika ada baju yang tidak habis terjual, alih-alih didiamkan atau dibuang, ia dan tim memilih untuk merombak baju dengan model yang ada. "Jadi instead kita membuang atau menambahkan lebih banyak kain ke baju, kita hanya membuat sesuatu dari model yang sudah ada jadi kita meminimalkan waste," jelas Paula.

4 dari 4 halaman

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya