Liputan6.com, Jakarta - Selain menghemat uang, karena membuat gaun prom bermaterial sepenuhnya lakban, seorang remaja bernama Larissa Leon juga berhasil meraih beasiswa. Dana pendidikan senilai 10 ribu dolar Amerika Serikat (AS) (Rp145 juta) itu dilaporkan akan diterima secara tunai.
Melansir Fox News, Senin (26/7/2021), remaja 17 tahun ini merupakan pemenang Stuck at Prom Scholarship Contest yang diinisiasi merek lakban, Duck Brand. Leon bercerita, gaun warna-warninya dibuat dari 47 gulungan lakban dan beratnya sekitar sembilan kilogram (kg).
Setiap bagian gaun itu terbuat dari lakban. Ini termasuk pita bergaris, bunga bersulam, lengan off-shoulder, dan renda yang rumit. Leon juga membuat purse serasi, mahkota bunga, sepasang anting, dan sepatu.
Advertisement
Baca Juga
Harga lakban merek tersebut berkisar sekitar 4--7 dolar AS (Rp58 ribu--Rp101 ribu) per gulungan, tergantung ukuran dan warnanya. Jadi, gaun tersebut diperkirakan bermodal sekitar Rp2,7 juta--Rp4,7 juta.
Leon menghabiskan waktu 163 jam untuk menyatukan seluruh tampilan."Saya tahu bahwa saya ingin melakukan sesuatu yang sangat besar, sesuatu yang sangat berwarna, bukan hanya gaun yang saya inginkan untuk mewakili saya," tuturnya.
"Saya ingin itu (gaun lakbannya) jadi bagian dari diri saya. Jadi, dengan itu, saya mengambil banyak inspirasi dari budaya Meksiko dengan tarian, cerita rakyat, dan gaun mereka," imbuh Leon.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mimpi Sejak Lama
Tahun depan, Leon berencana mendaftar ke University of Washington dan University of California, Los Angeles, saat ia menyelesaikan tahun terakhir sekolah menengahnya. Ia pertama kali mendengar tentang beasiswa tersebut ketika popularitas kerajinan lakban melonjak pada 2010-an.
Sebagai orang yang suka merenda, menjahit, dan mengerjakan proyek DIY sejak usia muda, Leon mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia akan mengajukan permohonan beasiswa ketika sudah cukup dewasa. Sebelum hari itu tiba, ia mendapat banyak latihan dalam mendesain dompet lakban dan aksesori lain.
"Larissa selalu sangat kreatif dan artistik sejak masih sangat kecil. Ia selalu melakukan semacam proyek seni, merancang, atau melakukan eksperimen sains. Jadi ketika ia mulai melakukan proyek ini, saya berpikir, 'Oh tidak, ini terjadi lagi,'" kata ibu Larissa, MarÃa Perez.
Menurut Perez, putrinya mulai merancang gaun itu selama sekitar tiga bulan dan rumah mereka tertutup banyak lakban selama waktu itu. Beberapa malam, Larissa hampir tidak bisa tidur karena menyeimbangkan pekerjaan sekolah dan desain.
Advertisement
Dinilai Berdasarkan 5 Kategori
Saat mulai melihat hasil akhir proyek tersebut, Perez mengatakan,"Saya kagum betapa bagusnya gaun itu dan bagaimana dari kejauhan terlihat seperti kain asli. Saya sangat senang dan bangga mengetahui semua kerja kerasnya terbayar dan orang-orang mengakui gaun indah buatannya."
Larissa berterima kasih atas dukungan publik. "Saya tidak berpikir saya akan menang, karena, untuk menentukan pemenang, itu didasarkan pada pemungutan suara. Jadi, saya sangat berterima kasih pada semua orang yang memberikan suara mereka."
Selain suara komunitas, kompetisi beasiswa ini juga punya panel juri yang menilai karya berdasarkan lima kategori, dan ini menyumbang 20 persen dari skor akhir mereka. Indikatornya meliputi pengerjaan, orisinalitas, penggunaan warna, aksesori, dan penggunaan lakban Duck Brand.
"Setiap peserta mendorong batas dengan desain mereka untuk memasuki kontes tahun ini dan kami sangat terkesan dengan tekad dan keterampilan mereka untuk membuat tampilan yang belum pernah dilihat sebelumnya," kata Ashley Luke, produk senior dan global manajer merek untuk perusahaan induk Duck Brand, Shurtape Technologies.
Infografis Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah COVID-19
Advertisement