Sukses

Tips Mengelola Keuangan di Masa Pandemi, Utamakan Dana Darurat atau Investasi?

Dana darurat sebaiknya ditempatkan di instrumen keuangan yang mudah dicairkan sewaktu-waktu.

Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, mengelola keuangan menjadi semakin penting. Kondisi keuangan cenderung stabil memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan hidup di tengah kondisi yang tidak menentu.

Menurut CEO Finansialku sekaligus perencana keuangan, Melvin Mumpuni, penting untuk memiliki dana darurat yang besarannya bergantung pada pengeluaran dan jumlah tanggungan. Dana darurat bisa berjumlah enam hingga 12 kali dari jumlah pengeluaran setiap bulan.

"Misalnya, seorang lajang dengan pengeluaran bulanan Rp5 juta, dana darurat yang dibutuhkan adalah Rp30 juta,” jelas Melvin dalam webinar FinanSiap bersama GoPay, Rabu, 28 Juli 2021. Sementara bagi yang sudah menikah dan belum memiliki anak, dana darurat yang dibutuhkan kira-kira mulai dari sembilan kali pengeluaran setiap bulan.

Dana darurat bisa disimpan di rekening tabungan atau instrumen lain yang tidak akan mengurangi nilai pokok. Alokasi dana ini juga sebaiknya ditempatkan di instrumen keuangan yang mudah dicairkan sewaktu-waktu.

Soal waktu yang tepat untuk mengumpulkan dana darurat, Melvin menyebut harus secepatnya, bahkan bisa sejak awal seseorang masuk dunia kerja.  Setelah dana darurat terpenuhi, pendapatan bisa mulai digunakan untuk berinvestasi.

Melvin menyarankan untuk punya dana darurat sebelum investasi. Jika sudah berinvestasi tapi belum punya dana darurat, investasi terpaksa dicairkan walau belum maksimal ketika musibah datang. 

Selain itu, punya asuransi tidak kalah penting di tengah kondisi pandemi untuk mengurangi risiko keuangan. "Kalau kita atau ada anggota keluarga yang sakit, misalnya, dan butuh biaya besar, itu bisa menguras tabungan maupun sumber dana lainnya. Memang ada beberapa perawatan yang bisa menggunakan BPJS atau fasilitas lain, tapi kalau ada tambahan biaya lain dan tidak punya asuransi, kita bisa keluar biaya banyak," jelas Melvin.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 4 halaman

Edukasi Keuangan

Selain dana darurat dan investasi, disarankan juga melunasi hutang dan kewajiban agar kondisi keuangan tetap terjaga. Karena harus dilakukan sedini mungkin, melalui program FinanSiap, GoPay menghadirkan wadah edukasi keuangan yang holistik agar anak muda bisa mengelola keuangan dengan lebih cerdas dan matang.

Dengan menggandeng sejumlah figur publik dan perencana keuangan handal, FinanSiap dirancang agar masyarakat bisa semakin tangguh dalam mengatur keuangan di masa pandemi. Juga, membekali diri dengan pemahaman finansial yang kuat seiring meningkatnya tren keuangan digital di kehidupan sehari-hari.

Chief Marketing Officer GoPay, Fibriyani Elastria, mengatakan bahwa pandemi telah mendorong masyarakat untuk semakin fasih menggunakan fitur-fitur keuangan digital. "Kami di GoPay berkomitmen membantu mereka agar tidak hanya mampu menggunakan teknologi keuangan digital, tapi juga cerdas dalam memaksimalkannya untuk mengelola keuangan," kata Fibriyani.

"Semangat inilah yang kami hadirkan, seperti di rangkaian kelas virtual FinanSiap yang akan mengulik cara memaksimalkan teknologi digital untuk mengatur keuangan dengan optimal," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Posisi Penting Anak Muda

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Junanto Herdiawan, mengungkap alasan posisi anak muda sangat penting, sehingga perlu pembekalan keuangan yang mumpuni.

"Generasi muda merupakan critical ecomoy players. Dari data yang kita punya, pada 2020, satu dari dua penduduk Indonesia adalah anak muda. Jumlahnya sekitar 145 juta jiwa, jadi jelas posisi mereka sangat penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia," ungkap Junanto.

Meski jumlahnya sangat banyak, anak muda rentan terpengaruh berbagai faktor yang bisa membuat keuangan mereka bermasalah. Junianto mengatakan, tingkat literasi keuangan anak muda di Indonesia masih sangat rendah, terutama mereka yang berusia 15-17 tahun.

Anak muda juga kerap bingung memilih antara menabung, berinvestasi, atau menghabiskan uang untuk kesenangan mereka. "Sekarang ini mereka juga mudah terpedaya ajakan sejumlah influencer untuk berinvestasi secara illegal. Karena itu, sangat penting bagi mereka untuk punya literasi keuangan yang optimal," ucap Junanto.

4 dari 4 halaman

Pencurian Uang Elektronik