Liputan6.com, Jakarta - Sosok Ranomi Kromowidjojo di Olimpiade Tokyo 2020 yang masih berlangsung menarik perhatian banyak orang, terutama masyarakat Indonesia. Atlet renang ini mewakili Belanda, tapi nama belakangnya menunjukkan bahwa ia keturunan Indonesia.
Ranomi berdarah campuran Belanda-Suriname asal Jawa Indonesia. Dilansir dari laman merdeka.com dan bola.com, nenek moyang Ranomi berasal dari tanah Jawa yang pergi ke Suriname sebagai pekerja perkebunan pada abad ke-19.
Ayah Ranomi kemudian hijrah ke Belanda saat tempat kelahirannya, Suriname, merdeka pada 1975. Ranomi lahir di Sauwerd, Groningen, Belanda, 20 Agustus 1990. Ia mulai tertarik dengan dunia renang pada usia tiga tahun saat liburan ke Spanyol dengan keluarganya.
Advertisement
Baca Juga
Olahraga renang kemudian menjadi pilihan Ranomi Kromowidjojo ketika memutuskan menjadi atlet. Pilihannya tidak salah, ia menjadi perenang kelas dunia dan berhasil menjadi juara di berbagai ajang bergengsi.
Ia adalah perenang khusus pada gaya bebas tapi seringkali juga ikut dalam kejuaraan renang gaya kupu-kupu maupun gaya punggung. Ia merupakan pemegang rekor dunia renang gaya bebas 50 meter wanita sampai saat ini.
Ia juga meraih tiga medali emas olimpiade di Beijing 2008 dan London 2012. Ranomi juga mengikuti Olimpiade Rio 2016 di Brasil tapi gagal meraih medali.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Asian Games 2018
Di Olimpiade Tokyo 2020, Ranomi juga belum berhasil mendapatkan medali, tapi ia masih menjadi andalan Belanda di beberapa nomor lainnya. Tak hanya berkiprah sebagai atlet, Ranomi juga pernah kuliah di Notenboom Business School di Eindhoven, Belanda.
Meski orangtuanya jarang bercerita tentang Indonesia, Ranomi bersedia datang ke Indonesia pada 2018 lalu untuk menjadi pembicara dalam sebuah acara. Ranomi menjadi salah satu pembicara dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth (CIDY) atau Konferensi Pemuda Diaspora Indonesia 2018 sebagai motivator generasi muda.
Ia menceritakan pengalaman dan proses pelatihannya yang sangat gigih sehingga bisa menjadi perenang juara dunia. Konferensi selama tiga hari ini mempertemukan generasi muda dari berbagai kalangan: dari tiap provinsi, diaspora, kampus, ormas, parpol, korporat, dan lembaga pemerintah. Saat itu, ia berbagi tips dan menyemangati tim renang Indonesia yang akan berlaga di Asian Games 2018.
Ranomi juga menyempatkan diri berlatih bersama tim nasional renang Indonesia untuk Asian Games 2018 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 15 Agustus 2018. Ranomi tampak antusias mendapat kesempatan itu. Dalam sebuah momen, Ranomi pun mengajak para atlet bersorak, "Kami Indonesia. Kami yang terbaik!"
Advertisement
Nyaris Tenggelam
Di masa kecilnya, Ranomi Kromowidjojo mengaku lebih dulu mahir berenang daripada menghitung satu sampai sepuluh. Neneknya yang pertama kali mengenalkan kolam renang kepada dirinya. Ranomi kecil berdiri di pinggir kolam lalu melompat lah dia ke air membuat orangtuanya ketakutan setengah mati.
Karena hampir tenggelam, Ranomi sempat dilarang oleh ibunya untuk berenang. "Tapi itu adalah momen ketika orangtuaku berpikir jika aku harus ikut les renang. Anaknya butuh belajar berenang karena dia suka dengan air," kata Ranomi di CIDY 2018, dilansir dari laman resmi Kedutaan Besar RI Den Haag Belanda.
Di usia empat tahun, Ranomi pun ikut les renang untuk pertama kalinya. "Waktu itu aku bahkan tidak tahu perbedaan mana kiri dan mana kanan, tapi aku bisa berenang, dan aku sangat-sangat menikmatinya," kenang Ranomi .
Di usia 31 tahun, Ranomi Kromowidjojo kemungkinan tak lama lagi akan pensiun sebagai atlet. Meski begitu, ia masih ingin berusaha memberikan yang terbaik di arena kolam renang termasuk di Olimpiade Tokyo 2020.
Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020
Advertisement