Sukses

Barbie Dikecam karena Rilis Koleksi Inklusif Olimpiade Tokyo 2020 Tanpa Perwakilan dari Asia

Barbie jadi buah bibir di media sosial setelah mempromosikan kembali koleksi Olimpiade Tokyo 2020 tanpa representasi "Asia".

Liputan6.com, Jakarta - Barbie tengah jadi sorotan dan dikecam di media sosial. Hal tersebut terjadi karena merek boneka fesyen populer ini tidak menampilkan Barbie Asia dalam koleksi yang didedikasikan untuk Olimpiade Tokyo 2020.

Dilansir dari CNN, Selasa (10/8/2021), perusahaan yang memproduksi boneka Barbie, Mattel, bekerja sama dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan penyelenggara Tokyo 2020 untuk merilis jajaran boneka baru pada Februari 2020 yang dirancang khusus untuk pesta olahraga bergengsi sejagat itu. Koleksi ini termasuk lima boneka yang menggambarkan lima olahraga baru di Olimpiade Tokyo, yakni baseball atau softball, sport climbing, karate, skateboard, dan selancar.

"Tokyo 2020 adalah acara monumental yang menyatukan dunia melalui olahraga dan menginspirasi penggemar dari segala usia," tulis Chief Franchise Officer Mattel Janet Hsu dalam pernyataan pers Mattel.

"Koleksi Mattel Tokyo 2020 menghormati olahraga ini dan menginspirasi generasi baru melalui semangat Olimpiade dan tradisi keolahragaan yang luar biasa," lanjut pernyataan itu.

Terlepas dari upaya untuk menyoroti inklusivitas dan inovasi, tak sedikit pihak yang menyebut tak adanya Barbie Asia selama promosi ulang pada bulan lalu. Mereka meluapkan hal tersebut di media sosial, seperti Twitter.

Cuitan bernada kekecewaan itu diungkapkan kepada Mattel karena mengecualikan boneka Asia, terlepas dari tidak sengaja atau disengaja. Ada pula tokoh-tokoh berpengaruh dari beberapa negara ikut bicara.

"Saya tidak akan membelikan boneka Barbie untuk dua anak perempuan saya. Tidak ada perwakilan sama sekali," cuit Komisaris Wilayah Macomb Michigan Mai Xiong yang berimigrasi ke Amerika Serikat sebagai pengungsi Hmong pada usia tiga tahun.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kritik untuk Barbie

Banyak juga warganet yang mempertanyakan mengapa Mattel tidak memasukkan boneka Asia mengingat keunggulan atlet yang adalah penduduk Kepulauan Asia Pasifik Amerika (AAPI) dan lokasi Olimpiade Tokyo. Salah satu menjadi berita utama adalah setelah memenangkan medali untuk Tim Amerika Serikat (AS), termasuk oleh Sunisa Lee.

Sunisa adalah orang Hmong-Amerika pertama yang berkompetisi untuk AS. Ia juga mencetak sejarah sebagai orang Asia pertama yang memenangkan medali emas di nomor senam individu serba bisa.

"Mattel membuat #AsianAmericans tidak terlihat saat menggembar-gemborkan 'lini boneka paling beragam,' menyoroti negara Asia, menampilkan #Barbie dalam seragam karate Jepang, (dan) mencap setiap boneka 'resmi Tokyo,'" demikian kicau seniman visual Amerika Jepang Drue Kataoka.

Boneka Barbie yang beragam telah terbukti cukup populer. Beberapa pekan sebelum pembukaan Olimpiade Tokyo, Barbie merilis boneka dengan model pemain tenis Jepang Naomi Osaka sebagai bagian dari seri "Barbie Role Model". Boneka itu terjual habis hanya beberapa jam setelah dirilis.

3 dari 4 halaman

Ilmuwan Vaksin AstraZenecca Sarah Gilbert

Mattel kerap membuat boneka yang terinspirasi dari tokoh-tokoh dunia. Salah satunya, ilmuwan vaksin Dame Sarah Gilbert dijadikan model peran boneka oleh Barbie.

Pembuatan boneka tersebut sebagai bentuk apresiasi karena telah memimpin proyek pembuatan vaksin Oxford-AstraZeneca Covid-19. Harapannya, boneka Barbie Sarah Gilbert dapat  menginspirasi anak-anak perempuan untuk menekuni bidang sains, teknologi, teknik, atau matematika (STEM).

"Saya bersemangat untuk menginspirasi generasi perempuan berikutnya ke dalam karir STEM. Saya berharap anak-anak yang melihat Barbie saya akan menyadari betapa pentingnya karir dalam sains, untuk membantu dunia di sekitar kita," terang Gilbert, dikutip dari Sky News, Rabu, 4 Agustus 2021.

Selain Gilbert, Barbie juga memberikan penghormatan kepada lima perempuan lain yang dianggap telah bekerja luar biasa selama pandemi. Pertama adalah perawat ruang gawat darurat Amy O'Sullivan. Ia merawat pasien Covid-19 pertama di Rumah Sakit Wycoff di Brooklyn, New York.

Ada Dr Audrey Cruz, tenaga kesehatan dari Las Vegas yang bergabung dengan dokter Asia-Amerika lainnya untuk melawan bias dan diskriminasi rasial. Yang ketiga, Dr Chika Stacy Oriuwa, seorang psikiatri di University of Toronto, Kanada, yang menganjurkan melawan rasisme sistemik dalam perawatan kesehatan.

Sosok keempat adalah peneliti biomedis Dr Jacqueline Goes de Jesus, yang dipercaya memimpin pengurutan genom varian Covid-19 di Brasil. Terakhir, Dr Kirby Whitby yang ikut mendirikan 'Gowns for Doctors', gaun untuk tenaga medis yang dapat dicuci dan digunakan kembali.

4 dari 4 halaman

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19