Sukses

Awal Mula Munculnya Angkringan, Warung Nasi Kucing dengan Harga Sangat Terjangkau

Warung angkringan kini terdapat di berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Angkringan atau warung angkringan termasuk salah satu bentuk konsep penjualan makanan maupun minuman yang biasanya berupa warung bergerobak dengan tenda sederhana. Waktu operasional angkringan biasanya dari sore hingga malam hari, bahkan sampai dini hari.

Harga makanan dan minumannya juga murah meriah alias sangat terjangkau. Konsep angkringan memiliki beberapa nama yang berbeda di setiap daerah. Di Jogja biasa disebut angkringan, kucingan di Kota Semarang, dan di daerah Soloraya dikenal dengan nama warung hik.

Warung angkringan kini terdapat di berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Dalam bahasa Jawa ”angkring” berarti duduk santai dengan melipat satu kaki di kursi. Warung angkringan memang identik dengan kesan santai.

Menu yang dijual pada umumnya nasi kucing (sega kucing) sehingga sering disebut juga warung nasi kucing. Dinamakan nasi kucing karena berupa nasi bungkus berisi nasi putih dalam porsi kecil seperti makanan kucing. Lauknya biasanya berupa aneka gorengan, beragam satai seperti telur puyuh, usus, jamur, tahu, dan tempe bacem, serta makanan tradisional lainnya.

Dilansir dari Solopos, sejarah kemunculan angkringan sendiri diyakini berawal dari Yogyakarta. Mbah Pairo yang merupakan warga Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, adalah salah sseorang pionir penjual makanan dan minuman pada 1950-an. Pada awalnya makanan dan minuman dijual dengan cara dipikul dan memangkal di suatu tempat.

Hal itu juga diakui oleh budayawan Feby Triady.  "Mbah Pairo adalah pelaku historis yang baiknya didudukkan dalam melihat angkringan yang ada saat ini. Nah, dari situ Hidangan Istimewa Kampung (HIK) mulai mendapatkan tempat di masyarakat. Untuk konteks masyarakat saat itu, ruang publik tercipta dari angkringan yang memiliki kursi panjang," terang Feby pada Liputan6.com, Selasa, 10 Agustus 2021.

Ia menambahkan, angkringan terkenal dengan sebutan untuk semua hal-hal murah disematkan untuk makanan kecil, seperti nasi kucing, gorengan dan masih banyak lagi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Makanan Murah

Hal itu didukung juga dengan daerah Jawa Tengah-Jogja dan sekitarnya. Karena pada dasarnya Jogja bukan kota industri, jadi tidak banyak pabrik atau alat alat produksi yang lahir di sana, kendati ada tapi tidak besar.

Selanjutnya, Jogja justru lebih terkenal dengan kota pelajar dan kota wisata. Dua julukan ini menujukkan Jogja sebagai kota yang punya daya tarik untuk didatangi oleh orang-orang tertentu, seperti pelajar dan pelancong.

"Asumsi makanan murah di Jogja juga dilatar belakangi dari kontruksi alamnya, bentang alam yang cukup subur di lereng-lereng Merapi membuat beberapa pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di sana sangat mudah," kata Feby.

Di sisi lain, ada juga yang meyakini kalau angkringan dipelopori oleh Wiryo Jeman yang juga berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Wiryo yang berasal dari Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, baru saja meninggal dunia dalam usia 93 tahun, Senin, 9 Agustus 2021. Jenazah almarhum dikebumikan di desa setempat.

3 dari 4 halaman

Monumen Angkringan

Kepala Desa Ngerangan, Sumarno, Wiryo Jeman tokoh sentral dikenalnya Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat sebagai daerah cikal bakal angkringan. Tak hanya di desanya, bahkan nama Wiryo Jeman dikenal sebagai pelaku sejarah terkait berdirinya angkringan yang kini menjamur di berbagai daerah di Tanah Air.

Selama ini Desa Ngerangan dikenal sebagai daerah cikal bakal angkringan. Desa tersebut sebagai cikal bakal angkringan tak terlepas dari peran Mbah Karso Djukut yang dibantu Mbah Wiryo Jeman sebelum Kemerdekaan RI pada 1945.

Saat ini, di Ngerangan, Kecamatan Bayat telah dibangun monumen angkringan. Peresmian monumen cikal bakal angkringan di Ngerangan, Desa Bayat dilakukan Bupati Klaten, Sri Mulyani, 26 Februari 2020.

"Angkringan lahir dari Ngerangan, Bayat dari Klaten sudah sampai di berbagai penjuru Indonesia," kata Bupati Klaten, Sri Mulyani saat itu. Salah satu alasan pengukuhan monumen itu dimaksudkan agar tak ada lagi klaim ihwal asal-usul pencetus angkringan.

4 dari 4 halaman

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner