Sukses

Inovasi Lebih Ramah Lingkungan untuk Gantikan Penjepit Bungkus Roti Berbahan Plastik

Meski ukurannya kecil, penjepit bungkus roti berbahan plastik bisa menimbulkan masalah besar untuk lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Roti merupakan menu sarapan pilihan bagi sebagian orang Indonesia karena pengolahannya yang praktis. Cukup buka kemasannya, bisa langsung disantap atau dioles dulu dengan berbagai selai dan isian. Di balik kepraktisan itu, ada ancaman lingkungan mengintai dari penjepit bungkus roti berbahan plastik.

Bentuknya memang kecil, tapi kalau dikumpulkan, limbahnya akan menambah beban lingkungan. Terlebih plastik sebagai materialnya membutuhkan ratusan tahun untuk bisa terurai sepenuhnya di alam.

Sebuah terobosan pun diluncurkan produsen roti ternama di Australia, Tip Top. Mereka mengganti penjepit bungkus roti plastik berbahan kertas yang ketahanannya diklaim sama pada November tahun lalu.

Langkah itu diambil untuk membantu menyingkirkan sampah keping plastik di Australia yang diperkirakan berjumlah 400 juta dalam setahun. Hal itu sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dengan basis konsumen yang besar. Pasalnya, dari ratusan juta klip plastik, kebanyakan tidak bisa didaur ulang dengan baik.

Paul Klymenko, CEO Planet Ark, dilansir dari Sustainability Matters, Kamis, 12 Agustus 2021, menyebut label kecil adalah masalah dalam sistem limbah. "Barang-barang plastik berukuran kecil seperti penjepit roti menjadi bermasalah di sistem limbah," ujar Klymenko.

Dilansir dari Student Edge, bahan karton yang digunakan untuk penjepit bungkus roti itu berasal dari hasil daur ulang, tepatnya dari limbah industri dan limbah konsumen. Perusahaan roti itu memulainya di Australia Barat dan akan memperluas ekspansi inovasinya ke seluruh Australia selama dua tahun ke depan.

Tip Top sementara menargetkan dapat menghilangkan 11 juta penjepit bungkus roti berbahan plastik di Australia bagian selatan hingga akhir tahun ini. Langkah lain juga diambil untuk memanggulangi limbah kantong pembungkus plastik. Sementara ini, sampah bungkus roti bisa ditampung di supermarket untuk didaur ulang lewat program REDcycle.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tips Daur Ulang

Label plastik berukuran kecil memberi masalah tersendiri dalam sistem daur ulang. Karena ukurannya, produk tersebut sering lolos dari tahapan penyaringan di level industri. Maka itu, konsumen disarankan memberikannya ke usaha kecil yang mengolah plastik-plastik kecil menjadi produk lain.

Sementara, Tip Top juga menyarankan agar penjepit kertas dikumpulkan hingga terkumpul banyak sebelum diserahkan ke pihak lain untuk didaur ulang. Lagi-lagi karena ukurannya kecil, ada risiko terselip di dalam perjalanan menuju pusat daur ulang.

"Kami menyarankan agar konsumen menyelipkannya di dalam kemasan lain, seperti dibungkus kertas daur ulang, karton, amplop, atau kotak kartu," sambung Direktur Penjualan Tip Top Graeme Cutle. Tip Top berencana membuat kemasan produk mereka 100 persen bisa digunakan ulang, didaur ulang, atau dikomposkan pada 2025.

3 dari 4 halaman

Kesadaran Warga Rendah

Dikutip dari Foodmag.com, seperempat warga Australia mengaku memiliki pengetahuan terbatas soal daur ulang dan daur ulang plastik lunak, seperti bungkus roti. Sebuah riset yang didanai Kellog Australia, akhir tahun lalu, menemukan bahwa 85 persen warga Australia tidak menyadari bahwa plastik lunak bisa didaur ulang.

Bila didaur ulang dengan benar, material itu dapat diolah menjadi produk tahan lama dan tak membutuhkan banyak perawatan. Namun, 53 persen warga tidak menyadarinya.

Untuk meningkatkan kesadaran atas fakta itu, Kellog Australia bekerja sama dengan REDCycle dan Replas menciptakan boks tanaman yang berkelanjutan. Produk tersebut kemudian didonasikan untuk memperbarui taman komunitas di Newcastle, Desember 2020. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat