Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang Sabyasachi Mukherjee, satu yang terlanjur lekat adalah perannya merancang salah satu pakaian pernikahan tradisional Priyanka Chopra. Namun baru-baru ini, Mukherjee menarik perhatian karena berkolaborasi dengan H&M, toko ritel pakaian asal Swedia.
Bertajuk "Wanderlust," koleksi kolaborasi mereka memadukan gaya tradisional India dengan desain kontemporer. Kerja sama keduanya juga menandai debut kolaborasi merek fesyen itu dengan perancang busana asal India.
Dilansir dari CNN, Jumat, 13 Agustus 2021, Mukherjee mengaku tidak berniat bekerja sama dengan pelaku industri fast fashion, seperti H&M. "Dulu saya berjanji pada diri sendiri, ketika waktunya tepat, saya akan membuat kolaborasi untuk para konsumen, sehingga saya bisa menjangkau permintaan secara lebih luas," katanya.
Advertisement
Mukherjee menambahkan sudah saatnya India beralih meninggalkan pandangan publik sebagai pusat manufaktur. Juga, mendorong para perancang busana India untuk "menyeberang ke arus utama."
Negara di Asia Selatan ini nyatanya memiliki sejarah desain beragam yang berakar dari tekstil dan kerajinan tradisional. Mukherjee mengatakan, India belum jadi pasar yang signifikan seperti China. "Tapi, hal itu pasti muncul dan menurut saya kolaborasi seperti ini memperkuat India sebagai pasar yang tidak lagi bisa diabaikan," imbuhnya.
Namun demikian, keputusan Mukherjee nyatanya berbuah polemik. Di media sosial, warganet mempertanyakan alasan Mukherjee yang mereknya identik dengan slow fashion dan etika pekerja, mau berkolaborasi dengan merek fast fashion yang dituduh mengeksploitasi pekerjanya dan merusak lingkungan selama bertahun-tahun.
"Sabyasachi selalu tentang pengerjaan dan pemberdayaan tekstil India asli melalui karigar (perajin)," Sanjana Rishi, pembuat konten dan advokat keberlanjutan mengatakan pada VICE World News. "Jadi sangat mengecewakan ketika ia berkolaborasi dengan merek seperti H&M yang dikenal memiliki begitu banyak salah urus dalam rantai pasokannya.”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Membahayakan Perajin Lokal India?
Mukherjee mempekerjakan lebih dari tiga ribu perajin tradisional India, dan tumbuh sebagai merek kultus berdasarkan nilai-nilai keberlanjutan dan mode etis. Merek tersebut juga menggalang dana untuk membantu pekerja garmen mengatasi krisis COVID-19, tahun lalu.
"Saya akan membeli produk Sabyasachi karena pekerjaan di dalamnya dan apa yang diwakilinya," kata Rishi. "Tapi, kolaborasi H&M tidak memunculkan tradisi yang berakar pada keahlian, bahkan berpotensi membahayakan karigar (perajin lokal India)."
Sementara, kreator New York Fashion Week dan konsultan industri Fern Mallis, mencatat bahwa perancang busana India bercita-cita jadi merek global dan menjual produknya di Amerika Serikat (AS).
Menurut Mallis, Mukherjee "mengerjakan tugasnya." Kolaborasi dengan merek fast fashion global seperti H&M akan meninggalkan jejak yang dapat diakses pasar.
Advertisement
Merangkul Pasar Baru
Saat ini, ada lebih dari empat ribu gerai H&M di seluruh dunia, termasuk yang berada di India. Data dari McKinsey pada 2019 menunjukkan, pasar pakaian di India akan bernilai 59,3 miliar dolar AS (Rp800 miliar) pada 2022, menduduki peringkat ke-6 di dunia, hampir setara dengan Inggris dan Jerman.
Mallis mengatakan, kolaborasi ini dapat membantu menghilangkan persepsi keliru orang Barat tentang pakaian India. Dalam kasus ini, anggapannya lekat pada busana pernikahan dengan hiasan berlebihan.
"Hal ini membuat saya frustasi karena saya memakai banyak pakaian dari perancang busana India. Saya selalu ditanya di mana saya membelinya," ungkap Mallis.
Menurut Murkerjee, kolaborasi ini merupakan bisnis bijak untuknya guna merangkul pasar baru dengan pandangan multikultural. Ia juga berencana meluncurkan aksesori secara global. (Gabriella Ajeng Larasati)
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Advertisement