Liputan6.com, Jakarta - Rengasdengklok menjadi tempat yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus 1945 tak lepas dari sebuah peristiwa di daerah tersebut.
Rengasdengklok merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan ini terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dewisari, Desa Kertasari, Desa RDK Selatan, Desa RDK Utara, Desa Amansari, Desa Dukuh Karya, Desa Karyasari, Desa Kalang Suria, dan Desa Kalangsari.
Kecamatan Rengasdengklok berbatasan dengan Kecamatan Karawang Barat di sebelah selatan dan Kecamatan Pedes di sebelah utara. Kecamatan ini hanya berjarak 17 kilometer dari ibu kota Kabupaten Karawang. Luas wilayah kecamatan ini sebesar 33,46 kilometer persegi. Pada 2019, jumlah penduduk Kecamatan Rengasdengklok sebanyak 109.553 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 56.088 jiwa dan perempuan sebanyak 53.465 jiwa.
Advertisement
Rengasdengklok terkenal dengan julukan Kota Pangkal Perjuangan. Julukan ini berdasarkan sejarah Rengasdengklok sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia. Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Rengasdengklok. Berikut enam fakta menarik dari Rengasdengklok yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Baca Juga
1. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan peristiwa 'penculikan' Sukarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945. Peristiwa ini terjadi pada pukul 03.00 WIB yang pada saat itu, Sukarno atau Bung Karno dan Bung Hatta ditemui di rumahnya di Jakarta, mereka sedang menikmati sahur.
Sukarno dijemput dengan menggunakan mobil Ford karena hari itu akan ada pemberontakan bersenjata militer PETA dan Heiho. Mendengar hal tersebut, Sukarno membawa Fatmawati, istrinya dan anaknya yang masih bayi, Guntur. Di dekat Penjara Cipinang, Sukarno dan Hatta harus mengganti mobil terbuka agar tidak menimbulkan kecurigaan militer Jepang.
Tiba di Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta dibawa ke sebuah ruangan dan bertemu dengan Singgih sambil berunding mengenai rencana mengumumkan kemerdekaan tanpa melibatkan pihak Jepang. Singgih berhasil membujuk Sukarno untuk mendukung rencana pemuda dan langsung menyampaikan kabar tersebut ke Jakarta.
Tidak beberapa lama Sukarno dan Hatta menyatakan kepada Sukarni bahwa mereka berdua tetap ingin memproklamasikan kemerdekaan melalui komisi persiapan kemerdekaan. Sukarno juga menginginkan kalau pengumuman kemerdekaan tidak cocok pada 16 Agustus 1945.
Di Jakarta, Laksamana Muda Maeda kebingungan mencari Sukarno dan Hatta. Selang beberapa waktu, Ia menyuruh Soebardjo untuk menjemputnya di Rengasdengklok dan tiba pukul 6 sore. Tentunya, Sukarni curiga dengan kedatangan Soebardjo. Setelah berunding, akhirnya Sukarni bersedia kembali ke Jakarta bersama orang-orang yang diculiknya.
2. Rumah Sejarah Rengasdengklok
Rumah sejarah ini biasa dikenal sebagai Rumah Pengasingan Bung Karno-Hatta. Rumah yang berada di Kampung Bojong Tugu ini merupakan tempat tinggal keluarga Djiauw Kie Siong. Dahulu, lokasi rumah ini berada di tepi Sungai Citarum, sekitar 500 meter dari lokasi saat ini. Pemindahan ini dimaksudkan karena lokasi sebelumnya sering terjadi banjir dan terancam roboh.
Kasur yang digunakan oleh Hatta dan Sukarno beserta keluarganya masih terpajang di rumah tersebut. Saat ini, rumah singgah tersebut masih dimiliki oleh keluarga Djiauw Kie Siong.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Monumen Kebulatan Tekad
Monumen Kebulatan Tekad atau yang juga dikenal sebagai Tugu Proklamasi Rengasdengklok berada di Jalan Tugu Proklamasi, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Monumen yang dibangun pada 1950 ini, merupakan sebuah taman dengan bangunan inti monumen di tengah halaman yaitu Tugu Kebulatan Tekad yang berdiri diatas batur persegi berukuran 15x15m.
Monumen ini merupakan situs sejarah untuk memperingati peristiwa penculikan Sukarno dan Hatta oleh Golongan Muda ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Monumen Kebulatan Tekad dibangun diatas tanah seluas 1500 meter persegi yang merupakan bekas lokasi markas PETA di Kampung Bojong Tugu. Lahan ini berbentuk segitiga dengan sudut bagian timur merupakan jalan masuk ke areal monumen.
4. Kesenian Calung
Kesenian daerah Rengasdengklok yaitu calung. Calung merupakan alat musik Sunda mirip angklung. Jika angklung dimainkan dengan digoyang, canglung dimainkan dengan cara dipukul.
Untuk memainkan calung dengan memikul batang dari ruas-ruas bambu yang tersusun menurut tangga nada pentatonik, yaitu da-mi-na-ti-la. Jenis bambu yang digunakan kebanyakan awi wulung atau bambu hitam.
Advertisement
5. Wisata Taman Hud-Hud
Taman Hud-hud terletak di Desa Amansari, Rengasdengklok. Tempat wisata yang didirikan pada 2017 itu mengusung konsep alam.
Wisata ini dibangun oleh K.H. Junaedi Al Baghdadi, pemimpin pondok pesantren Al Baghdadi, Karawang. Taman Hud-Hud menyediakan kolam renang, motor ATV, rumah pohon, dan berbagai fasilitas lainnya. Tempat ini dapat dijadikan sebagai tempat untuk berswafoto ria.
6. Makanan Khas Rengasdengklok
Makanan khas dari Rengasdengklok yaitu serabi hijau. Hidangan khas ini banyak dijual oleh masyarakat setempat. Daun suji yang digunakan untuk membuat serabi hijau ini akan memberikan aroma dan rasa yang khas. Biasanya serabi hijau dimakan bersama dengan cairan gula. (Gabriella Ajeng Larasati)
Infografis Perayaan Khas Kemerdekaan
Advertisement