Sukses

Taliban Rebut Kabul, Foto-Foto Wanita di Salon Kecantikan Menghilang

Kekhawatiran akan hak dan kehidupan perempuan, juga anak perempuan Afghanistan menghantui pendudukan Kabul oleh Taliban.

Liputan6.com, Jakarta - Kabul diduduki tentara Taliban membuat foto-foto wanita menghilang dari salon kecantikan di ibu kota Afghanistan tersebut. Melansir VICE World News, Selasa (17/8/2021), pejuang Taliban memasuki Kabul pada Minggu, 15 Agustus 2021, ketika Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari kota itu.

Dari sederet potret tampak para pekerja meniban gambar wanita di luar salon kecantikan dengan cat. Ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan pada 1996 sampai 2001, perempuan dilarang bekerja, apalagi menempuh pendidikan.

Mereka diperintahkan untuk tidak meninggalkan rumah, kecuali jika didampingi kerabat laki-laki. Ketika pergi ke luar, para perempuan Afghanistan juga diharuskan memakai burqa, busana yang menutupi wajah dan tubuh, sering kali hanya menyisakan "layar jala" di bagian mata.

Dalam satu foto, seorang pria menggunakan roller cat untuk menutupi gambar seorang wanita dalam gaun hijau yang mengenakan perhiasan dan riasan. Di foto lain, seorang wanita merobek iklan di luar salon kecantikan, yang menggambarkan dua wanita tidak mengenakan burqa.

Selain itu, muncul juga ketakutan akan hak dan kehidupan para wanita Afghanistan karena Taliban kembali membangun kendali di negara itu. Dalam sebuah wawancara dengan BBC News, juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan bahwa wanita akan dapat menjalani hidup mereka dengan "bebas" di bawah pemerintahan Taliban.

"Mereka seharusnya tidak takut," katanya. "Hak mereka untuk mengenyam pendidikan dan pekerjaan tidak pergi ke mana-mana. Kami berkomitmen untuk itu."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Advokasi Perempuan dan Anak Perempuan Afghanistan

Mengutip NPR, sejak 2001, hak-hak perempuan meningkat di Afghanistan. Lebih banyak anak perempuan terdaftar di sekolah dan tingkat kematian di antara anak-anak telah menurun. Namun, dengan Taliban berkuasa sekali lagi, kemajuan itu dinilai berpotensi hilang.

Sebanyak 80 persen dari hampir 250 ribu orang Afghanistan yang terpaksa meninggalkan rumah sejak akhir Mei 2021 adalah perempuan dan anak-anak, menurut Shabia Mantoo, juru bicara badan pengungsi PBB. Sebuah laporan yang dirilis bulan lalu dari PBB juga menunjukkan bahwa jumlah wanita dan anak-anak yang meninggal dan terluka meningkat pada Mei dan Juni.

"Tolong luangkan pikiran untuk para perempuan dan anak perempuan Afghanistan. Sebuah tragedi terbentang di depan mata Anda," kata Phumzile Mlambo, Direktur Eksekutif UN Women. Di seluruh dunia, organisasi advokasi perempuan menyuarakan permohonan mereka melindungi perempuan Afghanistan dan menyebarkan berita tentang bagaimana publik bisa membantu.

3 dari 4 halaman

Melindungi Perempuan dan Anak Perempuan Afghanistan

Women for Women International, sebuah organisasi non-profit yang memberi dukungan pada perempuan yang selamat dari perang, berkicau bahwa mereka mengumpulkan donasi untuk membantu perempuan menemukan tempat yang aman untuk bertemu dan membangun cara tetap terhubung. Saat melakukannya, mereka juga berusaha menjaga keamanan timnya sendiri.

"Kami memantau dengan cermat situasi yang terjadi di #Afghanistan. Tim kami aman. Mereka sangat sedih, tapi tenang, dan berlindung di tempat aman," kata organisasi itu. "Apa pun yang terjadi dalam beberapa hari mendatang, kami berpegang teguh pada gagasan bahwa perempuan dapat dan harus membantu membentuk masa depan Afghanistan."

Georgetown Institute for Women, Peace, and Security juga menyebarkan berita tentang cara berdonasi. Direktur institutnya, Melanne Verveer, ikut menulis opini di The Washington Post yang menyerukan pada pemerintah AS untuk berbuat lebih banyak dalam melindungi perempuan Afghanistan.

Ia dan rekan penulisnya, Tanya Henderson, dari Mina's List, meminta AS menyediakan penerbangan evakuasi langsung bagi para aktivis perempuan Afghanistan. Juga, mendanai upaya relokasi dengan dana pemerintah AS untuk pengungsi Afghanistan.

"Ini adalah saat yang berbahaya bagi perempuan dan anak perempuan Afghanistan," tulis institut itu di situs webnya. "Setiap hari Taliban semakin kuat, membunuh para pemimpin perempuan, menyerang gadis-gadis di sekolah, dan menggulingkan hak-hak perempuan dalam prosesnya. Kami kehabisan waktu untuk mencegah hal terburuk terjadi."

4 dari 4 halaman

Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting