Sukses

Cerita Jurnalis Perempuan Meliput Taliban Ambil Alih Kuasa Istana Kepresidenan Afghanistan

Sambil berseru "Death to America," pasukan Taliban ini juga disebut ramah di saat yang sama.

Liputan6.com, Jakarta - Pejuang Taliban memasuki Kabul pada Minggu, 15 Agustus 2021, ketika Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari kota itu, dan berhasil menduduki istana kepresidenan. Peristiwa besar ini tentu tidak luput dari peliputan para pewarta, termasuk sejumlah jurnalis perempuan.

Namun, jurnalis CNN Clarissa Ward bercerita ketika sedang meliput, pasukan Taliban yang menjaga istana presiden di Kabul memintanya minggir dengan alasan "Anda seorang wanita." Mengutip Independent, Selasa, 17 Agustus 2021, ketika liputan, Ward menggunakan pakaian serba hitam, lengkap dengan hijab.

Ia menambahkan, ketika mendekati pos pemeriksaan di luar bekas rumah Presiden Ghani, Taliban tetap "menjaga hukum dan ketertiban." "Mereka menyerukan ujaran 'Death to America,' tapi tampak ramah pada saat yang sama," katanya.

Beberapa saat kemudian, Ward menjelaskan bahwa kehadirannya membuat suasana tegang. "Mereka mengatakan pada saya untuk berdiri di pinggir karena saya adalah seorang wanita," ujarnya.

Ward menambahkan, kejatuhan pemerintahan Afghanistan secara tiba-tiba dan penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) telah menyebabkan perempuan Afghanistan "menjauh dari jalanan." "Saya melihat beberapa wanita, tapi jumlahnya jauh lebih sedikit daripada biasanya di jalanan Kabul," tuturnya.

Menurut Ward, banyak wanita yang mengkhawatirkan hidup mereka dengan berkuasanya Taliban. Untuk jurnalis perempuan sendiri, banyak yang takut dengan prospek "pembalasan" terhadap pemberitaan mereka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Banyaknya Jurnalis Perempuan di Banyak Wilayah

Ward mengatakan, "Ada begitu banyak (jurnalis perempuan) di seluruh negeri dan mereka telah melakukan peliputan yang berani dan luar biasa selama bertahun-tahun. Tapi sekarang, terlihat ada ketakutan yang nyata bahwa mereka mungkin menghadapi pembalasan untuk itu atau mereka tidak dapat melakukan pekerjaan mereka lagi."

Senator AS Ted Cruz mengomentari laporan Clarissa Ward yang menyebut, "Taliban meneriakkan ujaran 'Death to America,' namun tampak ramah pada saat yang bersamaan." Di akun Twitter-nya, Cruz menyebut Ward sebagai "pemandu sorak Taliban."

"Apakah ada musuh Amerika yang tidak jadi pemandu sorak @CNN? Dengan menggunakan burqa, tidak kurang," tulisnya.

 

3 dari 4 halaman

Tanggapan CNN

Cibiran Cruz ini ditanggapi CNN dan jurnalis-jurnalis lain. CNN menanggapi cuitan Cruz dengan menyebutkan bahwa Clarissa Ward mempertaruhkan nyawanya untuk meliput apa yang terjadi daripada "pergi ke Cancun pada saat sulit."

CNN juga menuliskan bahwa aksi Ward merupakan tindakan yang berani daripada hanya retweet. Itu dijelaskan sebagai "salah satu fitur Twitter yang memungkinkan pengguna membagikan cuitan ke halaman pengikutnya, teori konspirasi yang menyesatkan."

Dalam cuitan tersebut, CNN juga menyarankan Cruz menggunakan waktunya untuk membantu warga AS yang berada dalam bahaya. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan