Sukses

Taliban Tidak Wajibkan Wanita Afghanistan Pakai Burqa, tapi...

Terakhir kali Taliban menguasai Afghanistan pada akhir 1990-an, semua perempuan diwajibkan memakai burqa.

Liputan6.com, Jakarta - Taliban berindikasi untuk kali pertama sejak berkuasa bahwa mereka tidak akan mewajibkan pemakaian burqa pada wanita Afghanistan. Melansir AFP, Rabu (18/8/2021), ini tidak seperti yang mereka lakukan ketika terakhir memerintah Afghanistan lebih dari dua dekade lalu.

Di bawah aturan garis keras militan 1996--2001, sekolah-sekolah perempuan ditutup, perempuan dilarang bepergian dan bekerja, serta dipaksa mengenakan burqa. Sejak Taliban menduduki Kabul pada Minggu, 15 Agustus 2021, kekhawatiran akan hak dan kehidupan perempuan jadi satu yang terus disoroti. 

"Burqa bukan satu-satunya hijab. Ada berbagai jenis hijab yang tidak terbatas pada burqa," kata Suhail Shaheen, juru bicara kelompok tersebut di Doha pada Sky News. Namun, Shaheen tidak merinci jenis hijab lain yang diterima Taliban.

Burqa sendiri merupakan busana satu potong yang menutupi seluruh kepala dan tubuh perempuan. Pemakaiannya hanya menyisakan panel jala untuk melihat di bagian mata.

Di samping keprihatinan pada norma berpakaian, banyak negara dan kelompok hak asasi tengah mengantisipasi nasib pendidikan perempuan di Afghanistan di tangan pasukan Taliban. Shaheen pun memberi kepastian tentang topik ini.

Ia menyebut, "Perempuan bisa menyenyam pendidikan, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, termasuk universitas. Kami telah mengumumkan kebijakan ini di konferensi internasional, konferensi Moskow, dan di sini, di konferensi Doha (tentang Afghanistan).

Ribuan sekolah di wilayah yang berhasil diduduki Taliban masih beroperasi, tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Klaim Menghormati Hak-Hak Perempuan

Mengutip AP, Taliban berjanji "menghormati hak-hak perempuan, memaafkan pihak yang memerangi mereka, dan memastikan Afghanistan tidak jadi surga bagi teroris." Menyusul pendudukan di banyak kota, Taliban menggambarkan diri mereka lebih moderat daripada ketika berkuasa pada akhir 1990-an.

Namun demikian, banyak orang Afghanistan tetap skeptis. Belum lagi berbicara tentang ribuan orang putus asa yang berlomba ke bandara untuk melarikan diri dari negara itu.

Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, menjelaskan mereka akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma hukum Islam, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Taliban mengklaim telah mendorong perempuan kembali bekerja dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, membagikan hijab di pintu.

3 dari 4 halaman

Tidak Percaya Begitu Saja

Terlepas dari pernyataan itu, seorang penyiar perempuan di Afghanistan mengatakan ia bersembunyi di rumah kerabatnya, terlalu takut untuk pulang, apalagi pergi bekerja. Ia mengatakan ia dan wanita lain tidak percaya Taliban telah mengubah cara pemerintahan mereka.

Sekelompok wanita mengenakan hijab sempat berdemonstrasi di Kabul. Mereka memegang tanda-tanda yang menuntut Taliban untuk tidak "menghilangkan wanita" dari kehidupan publik.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengatakan AS dan pemerintah lain tidak akan begitu saja memercayai kata-kata Taliban terkait hak-hak perempuan.

"Seperti yang saya katakan selama ini, ini bukan tentang kepercayaan. Ini tentang verifikasi," kata Sullivan. "Dan kita akan melihat apa yang akhirnya dilakukan Taliban dalam beberapa hari dan minggu ke depan, dan ketika saya mengatakan kami, maksud saya seluruh komunitas internasional."

Sementara, Uni Eropa mengatakan pihaknya menangguhkan bantuan pembangunan ke Afghanistan sampai situasi politik lebih jelas, tapi mempertimbangkan untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan.

4 dari 4 halaman

Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting