Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai penghasil rempah terbesar di dunia yang membuat bangsa Eropa menghidupkan jalur perdagangan di tanah air. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia menggagas rekonstruksi perdagangan rempah bernama Jalur Rempah.
Tujuannya, agar masyarakat ingat bahwa rempah berperan penting sebagai identitas bangsa. Indonesia disebut sebagai surganya beberapa jenis rempah karena posisinya yang strategis. Seperti cengkih yang tumbuh di Pulau Ternate dan Tidore, pala yang tumbuh alami di Pulau Banda atau Sumatra yang dikenal sebagai penghasil kemenyan, kayu manis dan lada.
Di masa lalu, Jalur Rempah bahkan jadi cikal bakal perdagangan komoditas yang melibatkan beragam suku dan membentuk Nusantara. Karena pentingnya posisi Jalur Rempah, Indonesia mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai world heritage atau warisan dunia pada November 2020.
Advertisement
Baca Juga
Inisiasi ini telah dimulai, dan diharapkan benar-benar terwujud pada 2024 mendatang. Lalu, bagaimana perkembangan pengajuannya sampai saat ini?
Menurut Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, saat ini masih dilakukan riset terutama identifikasi tapak situs yang akan dimasukkan ke dalam nominasi tersebut. Masih banyak peninggalan berupa benteng, pelabuhan kuno, bangunan, dan peninggalan lainnya.
"Kini sudah ada data-data yang mesti dilengkapi dengan kunjungan fisik. Sementara ini masih terhambat pandemi tapi kalau sudah lebih longgar bisa dikerjakan," terang Hilmar pada Liputan6.com, Jumat, 20 Agustus 2021.
Jalur Rempah adalah peninggalan yang sangat signifikan dalam sejarah kita, lanjut Hilmar, dan selama ini sejarah maritim belum banyak mendapat perhatian, jadi nominasi Jalur Rempah ini juga memperkuat narasi budaya maritim dalam sejarah kita. Alasan lainnya, karena UNESCO juga mulai lebih memperhatikan trail dan route. Selama ini fokusnya lebih ke situs/bangunan dan kawasan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengakuan UNESCO
Hilmar mengakui, ada sejumlah faktor penghambat dan juga pendukung dalam usaha mengajukan Jalur Rempah ke UNESCO. Salah satu faktor penghambat adalah tidak banyak peninggalan dari masa pra-kolonial. Paling banyak peninggalan dari periode kolonial (seperti benteng, pelabuhan, dan kota tua), sementara periode kolonial itu hanya sebagian dari cerita.
Sedangkan faktor pendukungnya adalah antusiasme dari pemerintah daerah yang terhubung dalam jalur rempah. Para pemimpin daerah dan jajarannya sangat kooperatif untuk mendukung rencana nominasi Jalur Rempah ini.
"Pengakuan UNESCO diharapkan akan meningkatkan perhatian terhadap cagar budaya dan peninggalan bersejarah, memperkuat narasi sejarah maritim di Indonesia," tutur Hilmar yang juga seorang sejarawan.
Pendapat senada dikemukakan Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan yang punya tugas khusus mengurusi Jalur Rempah. Saat ini sedang dilakukan riset untuk melengkapi dokumen pengajuan karena harus berbasis bukti, jadi harus didukung sejumlah temuan berupa arsip maupun benda.
Advertisement
Gotong Royong
Rempah-rempah merupakan komoditas penting di dunia ada masa sebelum masehi hingga kini. karena pada masa lalu rempah selain sebagai obat juga merupakan simbol status sosial. "Selain itu hubungan antar pelabuhan telah menciptakan berbagai macam kebudayaan. mulai dari kuliner. teknologi perkapalan. arsitektur. pertanian. jaringan keilmuan. bahasa dan lain-lain," terang Restu lewat pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Restu menambahkan, hubungan antar budaya membentuk peradaban dunia yang saling bertaut membentuk jaringan. baik di pedalaman sebagai penghasil rempah maupun pelabuhan dan di laut. Ia juga mengakui ada faktor penghambat dalam pengajuan Jalur Rempah sebagai warisan dunia.
Salah satunya adalah penghambat untuk menggerakkan seluruh stake holder pemerintah pusat antar pemerintah provinsi, Pemda dan komunitas perlu pemahaman bersama dan semangat bersama. Rempah-rempah adalah sejarah masa lalu. kini dan akan datang.
"Ini perlu gotong royong semua pihak. rempah tidak hanya sejarah tapi juga masa depan jika kita mampu memonetisasi untuk kemajuan bangsa," tutup Restu.
Daerah Penghasil Rempah di Indonesia
Advertisement