Sukses

Jawaban Pertanyaan yang Paling Sering Diajukan Ibu Menyusui

Proses menyusui bukan tentang banyaknya ASI, namun apakah itu mencukupi kebutuhan bayi.

Liputan6.com, Jakarta - Bersama sejuta kegembiraan akan kehadiran buah hati, kebingungan juga sering kali melanda para ibu, terutama ibu baru. Kecemasan-kecemasan ini terklasifikasi ke dalam banyak kasus, tidak terkecuali proses menyusui.

Konselor laktasi di RSIA Bina Medika dr. Sara Elisa Wijono mengatakan, di hari-hari pertama setelah ibu melahirkan, terutama saat menjalani proses pemulihan di rumah sakit, dirinya sering diberondong sejumlah pertanyaan. Cara menyusui, katanya, jadi salah satu yang paling sering ditanyakan.

"Saya selalu ditanya bagaimana membuat ASI ibu banyak. Padahal, apakah benar itu target produksi ASI? Jarang yang paham bahwa parameternya adalah memenuhi kebutuhan bayi," katanya dalam Virtual Media Gathering Mama's Choice, Rabu, 25 Agustus 2021.

Ia menyambung, banyak sedikitnya ASI bukan indikator utama, melainkan memenuhi kebutuhan bayi bisa diukur secara konkret. Sebelum jauh berbicara paramater tersebut, dr. Sara menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat dua hormon penting yang memengaruhi proses menyusui.

Pertama, prolaktin yang merupakan hormon produksi ASI. Kedua, oksitoksin, yakni hormon untuk pengeluaran ASI. "Dua hormon ini bisa dipenuhi banyak faktor, jadi saat ASI awalnya keluar tidak terlalu banyak, jangan langsung panik," tuturnya.

Frekuensi menyusui sendiri utamanya dipengaruhi permintaan bayi. Karena itu, ibu dan orang di sekitar bayi harus peka kapan bayi minta menyusu. dr. Sara menjelaskan, tanda awal "Saya Lapar" adalah bayi gelisah, mulut terbuka, dan menengokkan kepala mencari puting.

Kemudian, tanda "Saya Sangat Lapar" adalah meregangkan tubuh, bergerak aktif, dan memasukkan tangan ke mulut. Terakhir, tanda "Tenangkan Saya, Lalu Beri Saya Minum," yaitu menangis, gelisah, dan marah, serta warna kulit berubah merah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tanda Bayi Mendapat Cukup ASI

Produksi ASI memenuhi kecukupan bayi juga tentang menyusui dengan benar. Terdapat empat posisi menyusui yang bisa dieksplorasi bersama dengan bayi, yakni cradle hold, football, cross-cradle hold, dan lying down.

"Posisi menyusui itu telinga, bahu, dan lengan atas bayi segaris. Kepala bayi tidak menengok. Hidung bayi harus setinggi payudara. Kemudian, bokong bayi juga harus ditopang. Terakhir, tempel seluruh badan bayi, terutama kaki," dr. Sara menguraikan.

Soal perlekatan, ia menyarankan aturan CALM. C, chin (dagu) menempel pada payudara. A, areola bagian atas lebih terlihat daripada bagian bawah. L, lips (bibir) terlipat keluar. M, mouth (mulut) terbuka lebar.

dr. Sara menyambung, tanda bayi mendapat cukup ASI, yaitu berat badan bertambah. Artinya, dalam dua minggu, bayi kembali ke berat badan saat lahir. Lalu, naik sekitar 750 hingga 900 gram dalam tiga bulan pertama.

Indikator kedua adalah keluar air seni yang cukup. Air seni bayi jernih maupun kekuningan dan belum berbau menyengat. Bayi juga buang air kecil sekitar enam hingga delapan kali sehari.

3 dari 4 halaman

ASI Booster

Sebagai bentuk kepedulian mendukung investasi menyusui hingga seribu hari pertama kehidupan bayi, Mama's Choice, brand produk perawatan dan perlengkapan ibu hamil, serta menyusui, meluncurkan produk Mama's Choice Almond Powder (varian cokleat) dan Mama's Choice Breastfeeding Support.

"Mendengarkan kebutuhan para mama, kami meluncurkan dua produk ASI Booster dengan nutrisi yang tak hanya baik untuk ibu, tapi juga buah hati," ucap Rahne Putri, Head Of Branding Mama’s Choice.

Mama's Choice Almond Powder dan Mama's Choice Breastfeeding Support mengandung fenugreek dan DHA yang diklaim dapat membantu meningkatkan, juga melancarkan produksi ASI. Keduanya juga mengandung bahan seperti daun katuk, almond, kurma, dan kedelai. Kandungan bahan-bahan itu, selain untuk meningkatkan produksi ASI, juga meningkatkan kualitas ASI. 

4 dari 4 halaman

Infografis Jangan Ragu, Vaksin COVID-19 Aman untuk Ibu Menyusui