Liputan6.com, Jakarta - Kapuas Hulu merupakan kabupaten yang menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Barat. Wilayahnya berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur) di sebelah utara, Kabupaten Sintang di sebelah barat, Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara di sebelah timur, serta Kabupaten Sintang dan Provinsi Kalimantan Tengah di sebelah selatan.
Luas kabupaten ini mencapai 29.842,03 kilometer persegi, dengan luas kecamatan terkecil 257,66 kilometer persegi berada di Puring Kencana dan luas wilayah kecamatan terbesar 5.352,33 kilometer persegi berada di Putussibau Selatan. Ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu berada di Putussibau.
Pada 2020, jumlah penduduk 252.609 jiwa yang terbagi ke dalam 23 kecamatan. Persebaran penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Putussibau Utara, Putussibau Selatan, dan Silat Hilir.
Advertisement
Baca Juga
Putussibau merupakan wilayah perdagangan yang berada di pedalaman Kalimantan Barat. Menurut sejarah, wilayah Putussibau merupakan salah satu wilayah yang paling akhir diduduki Belanda pada saat itu. Tempat ini merupakan wilayah yang indah dengan suasana yang tenang. Dengan banyaknya sumber daya hutan di Kabupaten Kapuas Hulu, kabupaten ini sering dijuluki sebagai The Heart of Borneo.
Masih banyak hal menarik lainnya yang dapat dijelajahi dari Kapuas Hulu. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Kapuas Hulu yang sudah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Kisah Kerajaan Selimbau dan Pendudukan Belanda dan Jepang
Sekitar 1823, Belanda memasuki wilayah Kapuas Hulu dan bersepakat dengan Kerajaan Selimbau. Belanda dan Kerajaan Selimbau melakukan sebuah perjanjian untuk menegaskan kedaulatan wilayah.
Semasa pemerintahan Sri Paduka Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Surya Negara, kerajaan ini kedatangan Cettersia, asisten residen Sintang yang juga seorang utusan Belanda. Dia ingin meminta izin untuk menebang kayu yang digunakan untuk membangun benteng di Sintang dan disetujui oleh Raja Negeri Selimbau.
Karena kekayaan alamnya, pemerintah Hindia Belanda ingin menguasai daerah Kerajaan Selimbau dengan cara turut mencampuri urusan kerajaan. Pemerintah Hindia Belanda juga melakukan politik adu domba hingga mengacaukan pemerintahan Raja Selimbau. Pada 1925, Raja Haji Gusti Usman mangkat, Kerajaan Selimbau pun runtuh dan jatuh ke tangan Hindia-Belanda.
Pada 1942, Jepang memasuki Kapuas Hulu yang pada saat itu Kalimantan Barat dipimpin oleh Abang Oesman. Seperti banyak daerah lainnya, Jepang disambut oleh masyarakat pada awalnya. Namun, Jepang pun sama dengan Belanda yaitu ingin mengeksploitasi secara besar-besar sumber daya alam dan manusia rakyat. Melihat hal tersebut, rakyat memberontak.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Taman Nasional Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum terletak di hulu Sungai Kapuas. Taman nasional ini merupakan kawasan lahan konservasi basah terbesar di Indonesia dengan luas 127.393,40 ha. Besarnya taman nasional ini mencakup tujuh kecamatan yaitu, Badau, Nanga Kantuk, Batang Lupar, Suhaid, Selimbau, Jongkong, dan Bunut.
Kawasan konservasi ini tidak hanya penting bagi Indonesia, tapi juga bagi dunia. Status kawasan ini mengalami beberapa kali perubahan, pada 1982 ditetapkan sebagai suaka margasatwa dan pada 1999 ditetapkan sebagai taman nasional seluas 132.000 ha. Sejak 2014, melalui tata batas kawasan, akhirnya wilayah ini resmi ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas 127.393,40 ha.
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki keanekaragaman ikan, sebanyak 240-266 spesies. Danau Sentarum merupakan tempat dua spesies ikan air tawar langka, yaitu Asian Arowana dan Clown Loach Botia atau Tiger Botia. Keunikan danau ini ada pada air berwarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tanin dari hutan gambut yang berada di sekitar danau. Pada puncak musim kering, danau ini dapat menjadi hamparan tanah kering yang luas.
Selain ikan, taman nasional ini dikenal pula sebagai populasi terbesar dari orangutan (Pongo pygmaeus) dan bekantan (Nasalis larvatus) di Pulau Kalimantan. Tercatat terdapat 237 jenis burung, 26 spesies reptil, dan 675 spesies flora juga terdapat di dalamnya.
3. Taman Nasional Betung Kerihun
Taman Nasional Betung Kerihun termasuk ke dalam empat kecamatan yaitu Putussibau Utara, Putussibau Selatan, Embaloh Hulu, dan Batang Lupar. Taman nasional ini merupakan tempat konservasi terbesar di Provinsi Kalimantan Barat.
Luas taman nasional ini mencapai 816.693,40 hektare, sekitar 27,37 persen dari luas Kabupaten Kapuas Hulu. Awalnya, konservasi ini ditetapkan sebagai cagar alam dengan luas 600.000 ha dan ditambah menjadi 800.000 ha. Pada 1995, diubah menjadi Taman Nasional Bentuang Karimun dan mengalami perubahan nama pada 1999 menjadi Taman Nasional Betung Kerihun karena terdapat Gunung Betung di wilayah barat dan Gunun Kerihun di bagian Timur.
Terdapat beragam jenis flora dan fauna di Taman Nasional Betung Kerihun. Anggrek menjadi salah satu flora penting di taman ini yang mana, terdapat 89 spesies anggrek yang tumbuh. Selain itu, terdapat 48 spesies mamalia, antara lain harimau dahan, kijang emas, dan berang-berang.
Advertisement
4. Sungai Terpanjang di Indonesia
Sesuai dengan namanya, Kabupaten Kapuas Hulu dilewati oleh Sungai Kapuas. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia.
Dengan panjang 1.443 kilometer, sungai ini melalui lima kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, dan Kota Pontianak. Kedalaman Sungai Kapuas mencapai 27 meter.
5. Kerupuk Basah
Kapuas Hulu merupakan salah satu penghasil ikan tawar terbesar di Kalimantan Barat. Beragam olahan ikan tersedia di kabupaten ini, salah satunya dijadikan kerupuk basah bernama temet.
Kerupuk basah ini berbahan baku ikan yang dicampur dengan campuran tepung kanji atau tepung sagu. Bahan lainnya yang lazim digunakan yaitu bawang putih, bawang merah, cabai, dan garam.
Asal-usul makanan ini berawal dari masyarakat yang mencari cara mengolah ikan toman yang banyak dijumpai di daerah ini. Karena duri ikan toman yang banyak, ikan tersebut digiling menjadi temet. Mereka lalu membentuknya jadi lonjoran menggunakan tepung kanji.
Biasanya kerupuk basah ini dinikmati dengan dicocol ke saus sambal atau bersama cabai. Makanan ini disajikan sebagai hidangan untuk tamu luar daerah.
6. Tarian Manyarung
Tarian Manyarung merupakan tarian ritual pengobatan bagi Suku Dayak Taman. Ritual ini merupakan proses pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Balien atau dukun. Cerita dari tarian ini yaitu proses pengobatan ini dilakukan dengan cara menari dan menutup kepala untuk menerawang roh yang sakit dan mengganggu.
Setelah para Balien mengetahui roh yang sakit, mereka ditangkap dan menjadi batu. Kemudian, roh tersebut disimpan di suatu tempat atau tengkin yang telah disiapkan. Pada 2019, tarian ini ditampilkan dalam acara pekan kebudayaan nasional yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta. (Gabriella Ajeng Larasati)
4 Risiko Mobilitas Saat Liburan
Advertisement