Liputan6.com, Jakarta - Perempuan muda perlu mendapat dukungan untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi. Dengan begitu, perempuan bisa menjadi lebih berdaya dan memaksimalkan perannya untuk memajukan Indonesia.
"Kami ingin memberikan dukungan yang nyata lewat program untuk mencerahkan pendidikan Indonesia melalui program Glow & Lovely Bintang Beasiswa. Tidak hanya kulit yang cerah dan glowing, tapi juga masa depan," ujar Senior Brand Manager Glow & Lovely, Imelda Scherers dalam acara 'Glow & Lovely Bintang Beasiswa 2021' yang dilaksanakan secara daring, Jumat, 27 Agustus 2021.
Advertisement
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Glow & Lovely mengumumkan 60 perempuan muda Indonesia yang menerima ”Glow & Lovely Bintang Beasiswa 2021” untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri idaman mereka. Selain dukungan berupa beasiswa yang akan diberikan berkala setiap tahun, para Adik Bintang-- sebutan untuk para penerima manfaat--akan mendapatkan kelas pendampingan serta fasilitas pendukung perkuliahan berupa seperangkat laptop.
Sampai 2021 ini sudah ada 270 Adik Bintang yang didukung melalui program ini. Tahun ini pula pihaknya, kata Imelda, pihak mempunyai lulusan program ini sudah dimulai sejak 2017.
"Tahun ini sudah ada 50 Adik Bintang yang lulus dari perguruan tinggi. Hal yang paling membanggakan lagi, lulusan tersebut memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata 3,5," imbuh dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perempuan Tak Bersekolah
Menurut Psikolog dan Co-Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan, Novita Poespita Chandra, saat ini ada 132 juta anak perempuan yang terpaksa tidak bersekolah, di antaranya lebih dari 50 persen, 67,4 juta siswa sekolah itu di tingkat menengah dan sederajat. Akhirnya, mereka tak melanjutkan pendidikan tinggi.
"Hingga saat ini, angka partisipasi perempuan di pendidikan tinggi di Indonesia itu baru mencapai 30,85 persen. Dari situ terlihat bahwa ada tantangan dan hambatan yang dihadapi," ujar Novita.
Novita berkata, tantangan tersebut meliputi, faktor ekonomi, kekerasan, ekosistem sekolah yang buruk dan diskriminatif terhadap perempuan, serta kondisi keluarga dan beban pekerjaan rumah. Hal itu bisa terjadi, karena mereka menjaga adik-adiknya karena orangtua mereka bekerja.
Advertisement
Kesehatan Mental
Selain empat faktor tersebut, ada juga hal lain yaitu kesehatan menta. Ternyata, ada tantangan pada anak berusia 17 hingga 29 tahun, terutama pada era pandemi Covid-19 saat ini.
"Ternyata, 65 persen itu mengalami kecemasan, 62 persen mengalami depresi, dan 75 persen mengalami trauma. Hal yang mengagetkan adalah, ternyata angka perempuan yang mengalami problem kesehatan mental itu lebih tinggi dan naik di era pandemi ini sebesar 53 persen dari 36 persen pada periode sebelumnya dibandingkan dengan laki-laki," kata Novita.
Bagi Novita, kesehatan mental punya peran yang sangat penting untuk tujuan masa depan global. Problem mental ini nantinya berimplikasi pada kualitas hidup manusia, yang mempengaruhi produktivitas, pendidikan.
Hari Pendidikan Nasional
Advertisement