Sukses

Bandara di Turki Targetkan Nol Emisi Karbon pada 2050

Demi mewujudkan target nol emisi karbon pada 2050, bandara di Turki ini melakukan beragam langkah tambahan.

Liputan6.com, Jakarta - Bandara di Turki , Istanbul Grand Airport (IGA) memang baru berusia tiga tahun. Namun bandara ini sudah menargetkan bisa mewujudkan emisi nol karbon dioksida atau CO2 pada 2050 di bawah lingkup inisiatif yang dipimpin oleh Airport Council International (ACI) yang meliputi 238 bandara di seluruh dunia.

Menurut Operator IGA, pihaknya terus bekerja menuju pembangunan berkelanjutan dan berkomitmen mewujudkan nol emisi CO2. “ACI Net Zero 2050” awalnya dimulai pada Juni 2019 untuk memobilisasi bandara untuk memerangi krisis iklim dan bergerak menuju pengurangan jejak karbon mereka.

Sebagai bagian dari upaya Bandara Istanbul dalam mengurangi emisi karbon, beberapa langkah diambil. Di antaranya adalah pembentukan Sistem Manajemen Energi ISO 50001, kegiatan efisiensi energi, peningkatan sistem dengan audit energi,

Mereka juga membuat Sistem Manajemen Gas Rumah Kaca ISO 14064, perhitungan gas rumah kaca, fortifikasi. pekerjaan, penggunaan kendaraan listrik dan pendirian stasiun pengisian kendaraan listrik.  Dilansir dari Daily Sabah, 27 Agustus 2021, bandara yang akan melanjutkan pekerjaan untuk mencapai targetnya pada 2050 ini, melakukan beragam langkah tambahan.

Seperti pendirian pembangkit listrik tenaga surya, menerima energi terbarukan dari jaringan listrik, dan transisi yang lebih besar ke kendaraan listrik. Mereka juga membuat lebih banyak stasiun pengisian, menggunakan biodiesel di kendaraan berat, pekerjaan efisiensi energi dan penggunaan bahan bakar hidrogen untuk keperluan pemanasan dan transportasi sejalan dengan perkembangan teknologi.

CEO IGA Kadri Samsunlu mengatakan, IGA yang merupakan salah satu bandara terbesar di dunia bertindak dengan pengetahuan bahwa mereka memiliki tanggung jawab besar terhadap generasi berikutnya. "Kami sudah menyiapkan peta jalan 'Net Zero CO2 Emission' kami untuk Bandara Istanbul, pintu gerbang Turki ke dunia dan melakukan perencanaan agresif untuk menciptakan strategi pengurangan emisi karbon," terangnya.

 

2 dari 4 halaman

Komitmen Kolektif

Dia menambahkan, beberapa langkah yang ditargetkan adalah untuk jangka pendek dan beberapa untuk jangka panjang tetapi mereka akan melaksanakan semuanya pada 2050.  Sementara Direktur Umum ACI EROPA Olivier Jankovec, mengucapkan selamat kepada Bandara Istanbul karena menjadi bagian dari komitmen kolektif oleh bandara di seluruh dunia.

"Membawa pekerjaan dekarbonisasi ke arah yang sama sesuai dengan target global dan dengan demikian membawa agenda iklim ke depan bukanlah tugas yang mudah bagi sektor mana pun. Ditambah lagi, sektor penerbangan termasuk yang paling dirugikan dari pandemi Covid-19, mereka butuh proses pemulihan. yang akan berlangsung bertahun-tahun," ucap Jankovec.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada tim Bandara Istanbul yang secara sukarela melakukan lebih banyak dengan fokus pada target net-zero. Kami mendukung target yang ingin mereka capai," sambungnya.

3 dari 4 halaman

Emisi Karbon di Indonesia

Sementara itu di Indonesia, usaha untuk mencapai nol emisi karbon juga dilakukan di berbagai bidang. Lembaga pemikir bagi masyarakat sipil Institute for Essential Services Reform (IESR) merilis laporan terbaru berjudul “Deep decarbonization of Indonesia’s energy system: A pathway to zero emissions by 2050” yang menunjukkan bahwa secara teknologi dan ekonomi, sektor energi Indonesia mampu mencapai nol emisi karbon pada 2050.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan laporan itu adalah kajian komprehensif pertama di Indonesia yang menggambarkan peta jalan mencapai emisi nol karbon dalam sistem energi nasional.  "Dekarbonisasi sistem energi Indonesia dapat membawa dampak signifikan bagi kawasan dan menginspirasi negara lain untuk mempercepat transisi energi. Komitmen politik dan kepemimpinan yang kuat dari Presiden Jokowi akan sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini," jelasnya, seperti dikutip dari Antara,31 Mei 2021.

Menurut Fabby, langkah pertama dan krusial dari upaya dekarbonisasi adalah dengan mencapai puncak emisi paling lambat pada 2030. Menurutnya, dukungan kebijakan yang kuat akan membuat pembangkit energi terbarukan bisa dikembangkan dengan masif disertai dengan penurunan kapasitas pembangkit listrik fosil.

Laporan tersebut menggunakan model transisi sistem energi yang dikembangkan oleh Lappeenranta University of Technology (LUT), sehingga memperlihatkan bahwa Indonesia mampu menggunakan 100 persen energi terbarukan di sektor kelistrikan, industri, dan transportasi.

4 dari 4 halaman

Bandara Baru Yogyakarta Segera Beroperasi