Liputan6.com, Jakarta - Wakil Indonesia kembali berlaga di final Bocuse d'Or yang bakal berlangsung di Lyon, Prancis, pada 26--27 September 2021. Ini menjadi kesempatan pertama setelah Indonesia terakhir kali menempatkan perwakilannya di final kompetisi gastronomi bergengsi itu pada 2011.
Tim Indonesia diwakili oleh Chef Mandif Warokka dibantu Chef Muhamad Lutfi Nugraha sebagai commis. Selain membawa nama bangsa, keduanya juga bermisi mengenalkan rempah lokal ke dunia lewat tema Layers of Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Kita tahu kalau layers itu dibentuk oleh beberapa bidang. Yang terkuat dari Indonesia adalah flavor. Untuk membangun surprise point, bukan hanya makanannya wow cantik, tapi what flavor you have. Itu ada di kekuatan spice Indonesia," terang Mandif dalam jumpa pers virtual, Senin, 30 Agustus 2021.
Panitia Bocuse d'Or telah menetapkan tomat sebagai bahan utama dalam kompetisi. Setiap peserta ditantang tidak hanya bisa menyajikannya di piring saji seperti biasa, tetapi juga dalam konsep untuk dibawa pulang. Saat ini, ia dan Lutfi yang berusia 22 tahun itu masih terus berlatih untuk mematangkan persiapan jelang laga nanti.Â
"Penggunaannya (rempah) tidak boleh terlalu dominan. Kita punya task adalah (mengolah)Â ingredient yang ditetapkan mereka, adalah tomat. Kita gunakan spices lokal untuk buat layer rasa," sambung Mandif.
Meski tidak menerangkan detail, ia sempat membocorkan untuk menu utama akan menghadirkan hidangan terinspirasi dari resep sang ibu. Ia juga akan berusaha menggabungkan kultur dari berbagai daerah di Indonesia dalam hidangan yang disajikannya.
"Ada dari Sumatra, ada dari Bali," ucap dia.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rumitnya Persiapan
Bocuse d'Or bukan hanya sekadar kompetisi memasak, tetapi bak ajang Olimpiade bagi para juru masak di seluruh dunia. Mandif menerangkan setidaknya ada empat aspek yang dinilai oleh para juri, yakni pemilihan dan teknik mengolah bahan makanan, khususnya daging; garnishing yang detail, assembly dan storage, dan pengelolaan kebersihan dapur serta sampah.
"Setelah kompetisi, kita harus bersihin dapur seperti baru lagi. Itu dinilai. Sampah yang dibawa pulang itu juga ditimbang (dan jadi bahan penilaian)," dia menambahkan.
Untuk tema takeaway, dia berencana membuat semacam rantang yang bisa disusun. Ia pun berkoordinasi dengan pengrajin untuk membuat detail peralatannya nanti. Soal wadah, ia mengingatkan bahwa mereka harus menggunakan kemasan yang berkelanjutan dan bukan terbuat dari plastik.
"Kita punya challenge sama space. Mau bikin cantik, bisa enggak di-takeaway...Prinsipnya, makanan di fine dining kita taruh di takeaway box, dengan semua techhnicallity yang kita punya," kata dia.
Belum lagi soal manajemen stres. Ia mengaku hal ini bisa jadi tantangan tersendiri, khususnya bagi asistennya, Lutfi, saat kompetisi nanti. Untuk itu, suasana latihan pun dibangun seperti tengah dalam kompetisi. Chef Chris Salans yang bertugas sebagai pelatih tim Indonesia menyatakan tidak akan bersikap lemah untuk menempa anak asuhnya.
"Kami berlatih di lingkungan yang nyata. Saya tak ingin jadi pelatih yang baik. Kami menggunakan peralatan, bahan-bahan, panas yang yang sama. Bagaimana kami bisa berbeda, ya melalui aroma dan renmpah-rempah yang dibawa dari Indonesia. (Apa jenisnya) itu rahasia kompetisi," ucapnya.
Â
Advertisement
Top of Mind
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengapreasiasi capaian tim Indonesia tersebut. Ia berharap keberangkatan tim Indonesia ke Prancis bisa membawa perkembangan sektor kuliner dalam negeri dan mengembalikan Indonesia sebagai sumber penghasil rempah-rempah dunia.
"Bicara spice ini, Indonesia adalah episentrum ekosistem spice. Bocuse d'Or merupakan bagian langkah Indonesia menjadi gastro destination of choice di dunia," kata dia.
Ia mengingatkan bahwa kuliner bisa menjadi sarana promosi wisata Indonesia, soft power, sekaligus brand awareness Indonesia ke masyarakat di luar negeri. Terlebih, Indonesia memiliki 50 persen bumbu dan makanan dunia.
"Jangan lupa branding Wonderful Indonesia. Ini cara untuk memastikan kita terus di top of mind mereka," sambungnya.
Chris pun menambahkan bahwa kemenangan bukanlah yang terpenting dari Bocuse d'Or, melainkan kesempatan untuk mengenalkan kuliner Indonesia ke luar negeri. "Apa yang perlu kita lakukan adalah kita menunjukkan bahwa Indonesia adalah bagian dari negara-negara kuliner di dunia. Kita buktikan bahwa Indonesia bisa," ucapnya.
Â
Dalam kompetisi gastronomi itu, Indonesia bersaing dengan 23 negara dunia, seperti Singapura, Jepang, Italia, Thailand, Italia, Denmark, dan Prancis. Para kontestan diberi waktu persiapan sekitar dua jam sebelum kompetisi dimulai dan mereka diberi waktu menyelesaikan tugas antara 6-7 jam untuk dua hidangan.
Diplomasi Indonesia via Jalur Kuliner
Advertisement