Sukses

Labuan Bajo Kini Punya Sustainable Warehouse yang Bisa Kelola 15 Ton Sampah Plastik per Bulan

Labuan Bajo sebelumnya memiliki pusat pengumpulan sampah plastik yang dikelola komunitas setempat.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor pariwisata di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, digarap serius oleh pemerintah dan masyarakat. Terlebih, kawasan itu akan menjadi tuan rumah penyelenggaraa KTT G20 yang akan berlangsung pada November 2022.

Di samping mempercepat pembangunan beragam infrastruktur pendukung dan memberdayakan masyarakat setempat, hal lain yang kerap luput dari perhatian adalah pengelolaan sampah. Hal itu mendorong pendirian fasilitas pengolahan sampah plastik yang disebut sustainable warehouse.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 2 Mei 2021, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mencatat rata-rata timbulan sampah di Labuan Bajo mencapai 112,4 m3/hari atau setara dengan 13 ton/hari, termasuk di antaranya sampah plastik. "Sampah di Labuan Bajo menjadi salah satu isu serius dalam kepariwisataan," kata Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina.

Sustainable warehouse bernama Kole Waste Collection Center itu berlokasi di Kampung Mbrata, Desa Macang Tanggar. Fasilitas tersebut sengaja ditempatkan di sana karena berada di sentral antara Labuan Bajo dan TPA Warloka, juga tak jauh dari kawasan peternakan dan perkebunan. Tujuannya untuk mendekatkan akses bagi para pemilah sampah di TPA. 

Fasilitas itu dirancang mampu mengolah 15 ton sampah per bulan. Proses pendiriannya melibatkan pihak swasta, dalam hal ini Danone-Aqua, dan selanjutnya akan dikelola oleh Kole Project. 

"Kole Project, sebuah organisasi perkumpulan pemuda lokal memiliki ketertarikan di isu sampah, yang didirikan sejak tahun 2019, sebagai badan usaha CV," ujar Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo.

"Diharapkan dengan adanya sustainable warehouse atau tempat pengumpulan sampah yang terintegrasi ini akan mampu untuk mengatasi timbunan sampah, khususnya sampah plastik di wilayah Labuan Bajo," imbuh dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Program yang Sudah Berjalan

Kemitraan keduanya sudah berlangsung sejak 2018. Mereka bekerja sama mengelola sampah plastik, seperti PET, HDPE, dan PP di fasilitas tersebut. Tempat tersebut merupakan tempat pengumpulan terakhir sampah plastik sebelum dikirimkan ke pabrik daur ulang PET di Jawa Timur.

"Saat ini dengan fasilitas dan ekosistem yang sudah berjalan, Kole Project sudah berhasil mengumpulkan 69 ton sampah plastik," kata Karyanto.

Di KWCC, sampah yang terkumpul dibersihkan, disortir, dan di-press agar memudahkan proses pengiriman melalui truk ekspedisi yang menyeberang langsung dari Labuan Bajo ke Surabaya. Sampah yang diolah tidak hanya botol plastik, tetapi juga botol sampo dan kertas. Sampah berbahan PET dimanfaatkan untuk bahan baku botol minuman plastik kembali.

"Untuk kemasan HDPE digunakan untuk produk lain seperti mainan anak, ember, perlengkapan dapur, lemari, dan sebagainya. Sedangkan untuk PP digunakan untuk karung dan perlengkapan dapur," imbuh Karyanto.

Ke depan, sambung Karyanto, KWCC juga akan mengolah sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dari hotel dan restoran yang ada di Labuan Bajo. Mereka akan memanfaatkan lava black soldier fly (BSF) mengingat lokasi warehouse berada di kawasan peternakan dan perkebunan. Hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai kompos.

 

 

3 dari 4 halaman

Ekonomi Sirkular

Karyanto menyatakan pembangunan sustainable warehouse tersebut juga sebagai bagian penerapan ekonomi sirkular. Ia berharap hal itu bisa memberikan multiplier effect bagi kelestarian dan pertumbuhan ekonomi di Labuan Bajo.

"Program ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada tahun 2025," kata dia.

Untuk mengoptimalkan Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas, pemerintah, BPOLBF, dan Danone-Aqua juga mendirikan sentra vaksinasi bagi sekitar 4.000 masyarakat dan pelaku parekraf. Program ini merupakan rangkaian upaya pemulihan kesehatan masyarakat dan mendukung terciptanya pariwisata Labuan Bajo yang lestari.

"Labuan Bajo merupakan pintu gerbang wisata di NTT. Untuk itu ,menjadi kewajiban kita bersama untuk memastikan masyarakat dan wisatawan merasa aman dan nyaman memasuki kawasan NTT. Tiga pilar yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia, yaitu environmental sustainability, tourist service infrastructure, serta health and hygiene," ucap Shana.

"Kami menargetkan pada bulan November tahun 2021, warga Manggarai Barat sudah tervaksin 100 persen. Untuk itu, kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesiapan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium," kata ujar Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi.

4 dari 4 halaman

Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi