Sukses

Kata L'Oreal, Jenama Kosmetik Lokal Punya Potensi Besar untuk Terus Berkembang

L'Oreal Indonesia tak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan brand kosmetik lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Industri kosmetik lokal makin berwarna setiap hari. Selain brand yang sudah eksis, terutama yang berasal dari luar negeri, jenama lokal juga makin banyak yang unjuk gigi. Lalu, apa kata L'oreal Indonesia yang membawahi puluhan brand kosmetik berskala dunia?

Fabian Prasetya, Country Digital and Media Director L’Oréal Indonesia, menyebut brand kosmetik Indonesia punya potensi untuk berkembang lebih besar. Ia pun melihat ini sebagai peluang untuk sama-sama mengembangkan industri kecantikan Indonesia yang ia sebut makin matang.

"Mungkin aku enggak akan pakai kata kompetitor. Baik L'oreal maupun brand lain di luar sana, kami sama-sama memperbesar dan mengembangkan industri kecantikan di Indonesia untuk memberikan produk terbaik untuk konsumen," kata Fabian dalam diskusi virtual bersama media, 3 September 2021.

Ia menjelaskan, semakin banyak jenama yang terjun ke pasar Indonesia, konten edukasi yang tersedia di publik juga akan semakin banyak. Terlebih, setiap brand punya karakter tersendiri.

"We're living in the world di mana kolaborasi getting imminent. Dengan kolaborasi, kita satukan dua kekuatan untuk sebuah visi yang lebih besar," sambung dia.

Pihaknya juga terbuka dengan kemungkinan berkolaborasi dengan brand kosmetik lokal yang ada. Tentunya, brand tersebut memiliki kekuatan memengaruhi konsumen.

"Kolaborasi akan jadi tren yang harus ada. Enggak harus dengan brand (kosmetik), tapi dengan Tokopedia, misalnya, sebagai the biggest e-commerce platform di Indonesia," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Digitalisasi Tak Terhindarkan

Fabian juga menyinggung soal digitalisasi industri kecantikan di Indonesia. Pandemi bukan penyebab digitalisasi, tetapi mempercepat transformasi brand agar mengadopsi digitalisai. Pada akhirnya, kata dia, brand akan menyinergikan antara online dan offline untuk memberi pengalaman optimal bagi konsumen mereka.

"Tentunya, cara experience-nya berbeda. Experience di offline tidak sama dengan di online. Dulu ketika di offline, konsumen datang ke tester bar dan ngobrol dengan BA. Kalau datang ke e-commerce, konsumen jelas enggak bisa cobain. Tapi, gimana caranya kita giving the best experience," sambung dia.

Hal itu dijawab L'oreal dengan berbagai layanan, seperti try on atau layanan BA online untuk memfasilitasi pertanyaan atau rekomendasi yang diharapkan konsumen. Selain itu, livestreaming juga diminati untuk mengedukasi konsumen secara mendalam.

"Beruntung bahwa L'oreal tidak memulai journey, proses digitalisasi saat pandemi. Pandemi hanya mengakselerasi lebih cepat, karena orang-orang dipaksa bekerja secara online, belanja secara online," sahutnya.

Meski begitu, tantangan selalu ada. Kali ini, masyarakat lebih sadar dalam memberikan data kepada pihak lain. "Mereka enggak sembarangan kasih data. Cukup concious, data gue dipakai untuk apa, dan untuk siapa data diberikan," ia menerangkan.

 

 

3 dari 4 halaman

Strategi Berikutnya

Fabian menambahkan, tantangan lain bagi brand di era digital adalah mampu menarik perhatian publik. Pasalnya, digitalisasi tidak hanya meluaskan kesempatan, tetapi juga sangat tersegmentasi sekaligus campur baur. Maka, perusahaan harus pilih-pilih media, termasuk media sosial, sebagai sarana menyampaikan pesan kepada konsumen yang dituju.

"Tantangannya untuk bikin komunikasi yang baik, konten yang mengedukasi konsumen...Aku selalu bilang bahwa sekarang bukan saatnya digital marketing, tapi marketing in digital era. Basically, strateginya ya strategi marketing. Kami percaya consumer is everything," sambung dia.

Selain memberi solusi untuk kebutuhan konsumen, hal lain yang tak kalah penting adalah memberi kembali kepada masyarakat. Maka itu, L'oreal tidak hanya mengembangkan sisi bisnis, tetapi juga berkontribusi memberdayakan masyarakat lewat kampanye yang diusung masing-masing brand, seperti melawan pelecehan seksual dan kesehatan mental.

"Sebuah brand enggak bisa berkembang dari sisi bisnis saja, tetapi juga harus dilihat bagaimana brand berkontribusi dan memberikan sesuatu ke community dan society," ia menekankan.

4 dari 4 halaman

Sampah Kemasan Produk Kecantikan