Liputan6.com, Jakarta - British Airways (BA) mengoperasikan penerbangan pertamanya menggunakan bahan bakar ramah lingkungan. Melansir Guardian, Kamis, 16 September 2021, penerbangan dari London ke Glasgow ini, menurut maskapai itu, menghasilkan emisi karbon 62 persen lebih sedikit dari perjalanan serupa satu dekade lalu.
Pihak maskapai mengklaim, kombinasi bahan bakar, yang sebagian terbuat dari minyak goreng daur ulang, dengan jalur penerbangan optimal, kendaraan bandara yang dialiri listrik, dan pesawat terbaru mereka berhasil memangkas emisi. BA mengatakan telah mengimbangi karbon dioksida yang dihasilkan, membuat penerbangan jadi netral karbon.
Walau masih menghasilkan emisi 6,4 ton karbon dioksida, maskapai mengatakan penerbangan itu dimaksudkan menunjukkan kemajuan industri penerbangan. Dalam hal ini, upaya mereka menghilangkan karbon menjelang KTT COP-26.
Advertisement
Baca Juga
Layanan ini dioperasikan "pesawat keberlanjutan" BA, sebuah Airbus A320neo, model jarak pendek diklaim paling tenang dan paling hemat bahan bakar. Bahan bakarnya adalah campuran 35 persen bahan bakar berkelanjutan (SAF).
Kontribusi lebih lanjut untuk memaksimalkan efisiensi datang dari layanan kontrol lalu lintas udara Nats yang memastikan proses lepas landas dan mendarat tanpa waktu tunggu. Ini juga didukung kendaraan bertenaga listrik di Bandara Heathrow.
Kepala Eksekutif BA Sean Doyle mengatakan, "Penerbangan ini menawarkan demonstrasi praktis dari kemajuan yang kami buat dalam perjalanan pengurangan karbon. Ini menandai kemajuan nyata dalam upaya kami menghilangkan karbon dan menunjukkan tekad kami untuk terus berinovasi, bekerja sama dengan pemerintah dan industri, serta mempercepat penerapan solusi rendah karbon baru.”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belum Cukup Bersih
BA mengatakan, pengurangan emisi dibanding penerbangan serupa London-Edinburgh pada 2010 dicapai terutama oleh pesawat dan operasi lebih efisien, yakni pengurangan 34 persen. Bahan bakar berkelanjutan, yang "emisi siklus hidup karbonnya" bisa mencapai 80 persen lebih rendah, memberi kontribusi pengurangan sebesar 28 persen.
Sisanya 38 persen, sama dengan semua penerbangan domestik BA. Ini juga diimbangi menggunakan "penggantian karbon berkualitas tinggi dan terverifikasi," meski ada perselisihan yang signifikan tentang nilai penggantian kerugian.
Kepala Eksekutif Heathrow John Holland-Kaye mengatakan, penerbangan itu menunjukkan "solusi untuk memberikan penerbangan nol karbon ada, kita hanya perlu meningkatkannya."
Namun demikian, Cait Hewitt, Direktur Kebijakan Federasi Lingkungan Penerbangan mengatakan, "Penting untuk disadari, SAF adalah emisi bersih. Anda masih menghasilkan karbon dioksida yang keluar dari bagian belakang pesawat sebanyak yang Anda lakukan dengan bahan bakar konvensional."
"SAF yang tersedia saat ini bukanlah solusi yang terukur untuk industri, apalagi sampai dianggap sebagai solusi jangka panjang untuk mendekarbonisasi penerbangan," imbuhnya.
Advertisement
Bukan yang Pertama
Sebelum BA, maskapai Air France-KLM telah merilis penerbangan jarak jauh pertama berbahan bakar minyak jelantah, Mei lalu. Lebih tepatnya, pesawat itu menggunakan energi minyak bumi yang dicampur bahan bakar jet sintetis dari limbah minyak goreng.
Japan Today melaporkan, bahan bakar yang digunakan untuk penerbangan dari Paris, Prancis ke Montreal, Kanada itu adalah bagian dari upaya industri penerbangan bereksperimen dengan sumber alternatif. Ini dilakukan karena regulator dan pemerintah banyak negara semakin memperketat aturan emisi karbon untuk beberapa dekade ke depan.
Maskapai penerbangan dan pembuat pesawat lain juga melakukan hal serupa dengan mengimplementasikan berbagai tingkat biofuel atau ragam jenis bahan bakar berkelanjutan. Jet penumpang itu lepas landas dengan bahan bakar berkelanjutan yang menyumbang 16 persen pasokan untuk perjalanan tersebut.
Infografis 6 Cara Hindari COVID-19 Saat Bepergian dengan Pesawat
Advertisement