Sukses

Kisah Vila Bentuk Kubah Tahan Gempa di Lombok Utara yang Bikin Penasaran

Vila bentuk kubah yang berada di bukit di Lombok Utara itu sering dijadikan tempat bulan madu pasangan.

Liputan6.com, Jakarta - Kompeks vila berbentuk kubah dan dinding putih menjadi viral di media sosial. Penampilannya yang unik dan estetik terbilang Instagramable, elemen yang diharapkan oleh banyak milenial. Namanya adalah Makalele Domes.

Lokasi vila itu berada di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di daerah Mentigi, Kecamatan Malaka, Lombok Utara. Vila yang didirikan sejak 2019 itu ingin memberikan pengalaman sekaligus inspirasi bagi para tamu yang datang.

"Untuk meet their dreams come true," ujar Asisten Marketing Makalele Domes, Cha Putri kepada Liputan6.com, Selasa, 14 September 2021.

Cha menerangkan nama makalele terinspirasi dari judul lagu Makalele yang didengar Dust Chee, salah satu founder dari Makelele Domes. Makalele berarti tempat berkumpul untuk bergembira bersama dan mendapatkan inspirasi bersama.

Makalele itu dibangun oleh tiga bersaudara, yakni Dust Chee, Ky Chee, dan Trev Chee. Proses pembangunannya membutuhkan waktu dua tahun, dibantu para pekerja. Bentuknya juga merupakan ide asli sang pemilik, tanpa bantuan arsitek. Dengan bentuk minim sudut, vila itu dirancang agar tahan gempa.

"Bangunannya itu sangat eco-friendly. Dia earthquake resistant karena dibangun seperti bentuk bulat, dome, struktur bangunnya kuat dan dibuat dengan menggunakan bambu dan concrete," Cha menerangkan.

"Kita bangun dome karena nggak ada (model) dome lagi di Indonesia. Semua orang sudah bikin seperti biasa, kotak. Kita nggak mau bikin bangunan kotak seperti biasa, kita mau bikin unique experience karena pengen ada sesuatu yang spesial mereka ingat," imbuh Dust Chee.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Lokasi Terpencil

Vila itu memanfaatkan pemandangan alam sekitarnya untuk memperkaya pengalaman para tamu. Tamu bisa menikmati keindahan pantai laut lepas dan pemandangan Gunung Agung dari atas bukit. Karena lokasi dan kecantikannya, vila ini sering digunakan sebagai lokasi pernikahan dan bulan madu bagi para pasangan.

"Tempat ini kan di atas bukit, jadi sangat-sangat private, jauh dari keramaian," ujar Cha.

Selain itu, vila ini juga menawarkan fasilitas kolam renang yang memiliki kedalaman 3,5 meter. Para tamu bisa belajar scuba diving di tempat itu. 

Biaya menginap per malam cukup tinggi, yakni 250 dolar AS atau sekitar Rp3,6 juta. Namun sejak pandemi, mereka kerap menggelar promo dengan diskon 80 persen dari harga normal, yakni Rp750 ribu per malam. Itu termasuk sarapan pagi untuk dua orang.

Kondisi pandemi, diakui Cha, turut berimbas pada operasional Makalele Domes. Pada awal 2000, mereka terpaksa mengembalikan dana milik tamu yang tak bisa datang karena pembatasan perjalanan, utamanya dari luar negeri. Tingkat okupansi pun menurun drastis.

"Dari 100 persen, jadi 30 persen sih (perbedaan pengunjung). Tapi itu masih bagus dibandingkan tempat-tempat yang lain," ungkap Cha.

 

 

3 dari 4 halaman

Belum Tersertifikasi CHSE

Cha mengakui vila tersebut belum tersertifikasi CHSE sebagai jaminan pengelola akomodasi menerapkan protokol kesehatan dan prinsip keberlanjutan secara ketat dan disiplin. Meski begitu, ia mengatakan prokes tetap diterapkan di tempat itu. Salah satunya dengan mewajibkan tamu menunjukkan bukti sudah divaksinasi Covid-19.

Sementara, empat karyawan vila juga sudah divaksinasi. Protokol kesehatan juga diberlakukan bagi mereka.

"Mereka masuk, kita mewajibkan mereka untuk cuci tangan, dan mewajibkan mereka untuk memakai masker," ujar Cha.

 

Sedangkan, limbah dikelola sesuai jenisnya karena sejak awal mereka memegang prinsip ramah lingkungan. "Jadi, kita melihat selalu apa yang kita ambil ke alam, kita limbah sendiri diolah menjadi dua bagian. Ada limbah yang bisa kita jadikan kompos dan limbah yang kita pilihan dan recycling yang akan didistribusikan ke bank sampah setempat," tutup Cha. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

4 Risiko Mobilitas Saat Liburan