Liputan6.com, Jakarta - Karimun merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Kepulauan Riau. Wilayahnya berbatasan dengan Philip Channel Singapura dan Semenanjung Malaysia di sebelah utara, Kabupaten Indragiri Hilir di sebelah selatan, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Pelalawan di sebelah barat, serta Kota Batam di sebelah timur.
Kabupaten Karimun berada di jalur lalu lintas perdagangan dunia di Selat Malaka dan Singapura. Kabupaten ini diapit oleh tiga negara sehingga memengaruhi pesatnya perkembangan kabupaten. Karimun juga menyandang status Free Trade Zone (FTZ) yang berpengaruh pada kegiatan perekonomian.
Advertisement
Baca Juga
Wilayah kabupaten berupa gugusan pulau yang terdiri dari pulau besar dan kecil dengan luas total sebesar 7.986 kilometer persegi. Sebanyak 250 pulau berada di Kabupaten Karimun dan hanya 57 pulau saja yang sudah berpenghuni.
Dua pulau besar yang menjadi pusat permukiman dan perekonomian berada di Pulau Karimun dan Pulau Kundur. Ibu kota Kabupaten Karimun berada di Tanjung Balai Karimun.
Tentunya masih banyak hal menarik lainnya dari kabupaten ini. Berikut enam fakta menarik dari Kabupaten Karimun, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Sejarah Kabupaten Karimun
Hingga abad ke-13, wilayah Karimun berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang ditandai dengan masuknya pengaruh agama Buddha. Pengaruh ini dibuktikan oleh prasasti di Desa Pasir Panjang. Di sana tertulis bahwa Karimun sering dilalui oleh kapal dagang.
Pengaruh Islam masuk ke Karimun pada 1414 lewat Kerajaan Malaka. Sejak Malaka direbut oleh Portugis pada 1515, penduduk Malaka menyebar ke pulau-pulau yang berada di Kepulauan Riau termasuk Karimun. Kemudian pada 1722-1784, Karimun berada di bawah kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga yang dikenal sebagai penghasil gambir dan tambang.
Berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999 Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yaitu Kepulauan Riau, Karimun, dan Natuna. Karimun pun resmi sebagai kabupaten yang berdiri sendiri dengan tiga kecamatan. Berdasarkan Perda No.02 Tahun 2012, Karimun kembali dimekarkan menjadi 12 kecamatan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Masjid Raja Haji Abdul Ghani
Masjid Raja Haji Abdul Ghani merupakan masjid tertua yang berada di Kabupaten Karimun. Lokasinya berada di Kecamatan Buru. Masjid ini dibangun pada abad ke-19 atau 1823 M pada masa pemerintahan Raja Abdul Ghani.
Arsitektur dari masjid dirancang oleh orang Tionghoa yang membangun kelenteng, tidak jauh dari Masjid Raja Haji Abdul Ghani. Bangunan masjid terdiri dari tiga bagian yaitu bangunan induk, kolam, dan menara.
Bangunan induk dengan menara dihubungkan oleh lorong sepanjang 4,5 meter yang dilengkapi dengan pintu kecil untuk menaiki menara. Menara ini berbentuk silinder setinggi 14 meter. Semakin ke atas, maka bentuknya semakin runcing. Bentuk puncak dari menara ini menyerupai tempat pembakaran hio pada kelenteng China.
3. Vihara Cetiya Tri Dharma
Vihara Cetiya Tri Dharma berada di bibir pantai Kecamatan Buru, sekitar seratus meter dari Pelabuhan Masjid Pulau Buru. Vihara ini sudah berumur seratus tahun lebih.
Bangunan vihara ini masih sama, perbaikannya hanya dengan mengecat ulang saja, khususnya pada bagian sisi depan pintu utama. Daun pintu dan kusen pun tetap dipertahankan seperti aslinya. Menurut catatan sejarah, vihara yang didominasi berwarna merah terang ini, dibangun sekitar 1832.
Â
Advertisement
4. Makam Si Badang
Makam Si Badang termasuk situs cagar budaya di Kabupaten Karimun yang terletak di Desa Kandis, Kecamatan Buru. Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi Datok Badang, seorang tokoh masyarakat lokal. Ia menjadi hulubalang yang terkenal pada masa Kesultanan Riau-Lingga.
Datok Badang disebut seorang yang sakti dan kuat. Dengan kesaktian dan kekuatannya, ia dapat melawan perompak laut yang menggangu perairan di wilayah Kesultanan Riau-Lingga.
Makam yang berada di area hutan ini berukuran sangat panjang, yaitu 427 cm dengan lebar 60,05 cm. Masyarakat yang berkunjung atau berziarah ke makam ini pun, tidak hanya masyarakat setempat dan Karimun saja, tetapi wisatawan Singapura dan Malaysia juga berziarah ke makam ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Makam Si Badang merupakan tempat mengabulkan permohonan.
5. Air Terjun Pongkar
Air Terjun Pongkar berada di Desa Pongkar, di bawah kaki Gunung Jantan, Kecamatan Tebing. Akses ke air terjun ini berupa bukit dan menyusuri sungai kecil dengan hutan rindang.
Air terjun berukuran kecil ini berada di dalam Hutan Lingung yang juga merupakan hutan lindung. Di bawah air terjun, terdapat kolam yang menampung air, biasanya digunakan untuk mandi maupun berendam sembari menikmati pemandangan alami.
6. Tari Dangkong
Tarian tradisional yang lebih dikenal dengan sebutan Joget Dangkong dipengaruhi oleh tarian rakyat Portugis yang datang pada abad ke-15. Bangsa Portugis memperkenalkan tarian rakyat mereka dengan iringan musik gendang tambur dan biola.
Lambat laun, kesenian ini menarik masyarakat Melayu dan berkembang di Kepulauan Riau, khususnya di wilayah Moro. Dulunya, joget ini dilakukan sebagai hiburan para nelayan di pantai. Kini, Joget Dangkong juga dilakukan ketika acara pernikahan, acara adat Melayu, maupun kegiatan-kegiatan pemerintahan. Tariannya diiiringi alat musik biola, gong, dan gendang. (Gabriella Ajeng Larasati)
Â
Â
Â
Â
Cara Generasi 90an Jalani Liburan Sekolah
Advertisement