Sukses

Satu-satunya Museum Vagina di Dunia Tutup

Kendati tidak lagi punya ruang fisik, visi Museum Vagina akan tetap bergeliat di ruang-ruang virtual.

Liputan6.com, Jakarta - Satu-satunya Museum Vagina di dunia, yang berjanji membongkar tabu di sekitar alat kelamin wanita, menyudahi "wujud fisik" mereka. Pemiliknya, grup properti LabTech, tidak memperpanjang sewa museum yang berakhir pada Jumat, 24 September 2021, lapor VICE News World, Kamis (23/9/2021).

Ini terlepas dari dukungan untuk museum dari Dewan Camden, yang pada  2019 mengatakan "sangat bersemangat" untuk jadi tuan rumah museum tersebut. Pihakya saat itu menyinggung bahwa Museum Vagina akan "menambah pemahaman kolektif tentang tubuh kita.”

Museum yang terletak di wilayah Camden, London ini tidak dapat menemukan tempat lain untuk disewa yang juga dapat diakses, terjangkau, dan berada di kawasan komersial atau budaya. Melansir laman resmi kota, Camden terkenal lewat pasar dan pusat modenya.

Area ini juga dikenal sebagai surga budaya kontra yang populer di kalangan turis dan remaja lokal. Kehidupan malam yang berkembang di sini termasuk live music di klub alternatif, pub jadul, juga bintang-bintang besar bermain di Jazz Cafe dan Roundhouse.

"Rasanya benar-benar menyebalkan," kata pendiri museum Florence Schechter. Museum ini hidup sebagai serangkaian pop-up di Inggris sebelum menemukan rumah fisik di Stables Market di Camden pada Oktober 2019.

Sejumlah pemilik properti di sekitar London telah mempertimbangkan proposal dari museum, tapi semuanya ditolak tanpa memberi alasan atas keputusan mereka. Schechter mengatakan, ia percaya bahwa "patriarki institusional" sedang bekerja.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Catatan Pameran

Museum Vagina telah menerima pujian luas dalam beberapa tahun kehadirannya secara fisik di Camden. Pameran Muff Busters: Vagina Myths and How To Fight Them 2019 mencatat lebih dari 110 ribu pengunjung.

Setelah pameran terakhir, 89 persen pengunjung mengatakan mereka tahu lebih banyak tentang sejarah menstruasi usai berkunjung. Total dua pameran yang diselenggarakan menerima tanggapan sangat positif, menurut data museum itu.

Bagi Schechter, kepergian museum secara fisik dari Camden juga merupakan tanda lain meningkatnya gentrifikasi di daerah tersebut. "Saya akan sangat menyukainya berada di Camden. Saya seorang penduduk lokal dan itulah mengapa saya mendapatkannya," katanya.

"Itu adalah cerita lokal. Banyak orang mengatakan bagaimana Camden jadi benar-benar tergentrifikasi. Sekarang dengan kami pergi, akan ada lebih sedikit yang hidup dalam semangat pemberontak Camden itu," imbuh Schechter.

3 dari 4 halaman

Hijrah ke Virtual

Bulan lalu, juru bicara Camden Market mengatakan pada surat kabar London Evening Standard bahwa pada 2019, mereka "berhubungan langsung dengan Dewan Camden dan mendapatkan izin perencanaan 24 bulan sementara untuk mengakomodasi Museum Vagina."

"Sayangnya, izin perencanaan ini akan berakhir dan sebagai hasilnya kami telah menawarkan lokasi baru yang lebih besar sesuai persyaratan bisnis ini dengan biaya sewa sesuai harapan saat ini. Tawaran ini telah ditolak, namun kami masih senang untuk bernegosiasi dengan tim jika ada perubahan minat," ujar juru bicara itu.

Pada 2 Agustus, pihak museum berkicau, "Satu ruang baru yang telah ditunjukkan Camden Market pada kami ada di lantai atas. Ini akan secara efektif menurunkan Museum Vagina ke rak paling atas dan tidak terlihat. Ini tidak akan berhasil untuk kita. 'Vagina' bukanlah kata kotor. Itu harus terlihat di masyarakat, melawan rasa malu yang melekat pada kata, tidak disembunyikan seperti majalah kotor."

Sampai Museum Vagina dapat menemukan rumah baru, Schechter dan timnya akan beroperasi di ruang virtual. "Pandemi memberi kami banyak latihan tentang cara beroperasi tanpa ruang fisik, melakukan banyak acara online," ucapnya.

Museum Vagina memiliki jangkauan 4 juta orang per bulan secara daring, tapi hilangnya ruang fisik akan berdampak signifikan. 25 persen pengunjung pascapandemi mengatakan bahwa mereka berkunjung karena "tidak sengaja lewat."

4 dari 4 halaman

Infografis Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah COVID-19