Liputan6.com, Jakarta - Rote Ndao, salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini tercatat berpenduduk 143.764 jiwa pada 2020. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 71.336 jiwa, lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 72.428 jiwa.
Kabupaten Rote Ndao berbatasan dengan Laut Sawu di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, Laut Sawu di sebelah barat, dan Selat Pukuafu di sebelah timur. Luas wilayahnya sebesar 1.280,10 kilometer persegi dengan luas lautan sebesar 2.376 kilometer persegi.
Advertisement
Pulau Rote merupakan wilayah utama dari Kabupaten Rote Ndao dan termasuk pulau terbesar dari 101 pulau yang menjadi wilayah administratif kabupaten. Dari 107 pulau yang termasuk daerah administratif Kabupaten Rote Ndao, hanya delapan pulau saja yang sudah berpenghuni, 99 pulau lainnya belum berpenghuni.
Kabupaten Rote Ndao terdiri dari sepuluh kecamatan yang dibagi ke dalam tiga wilayah. Delapan kecamatan berada di Pulau Rote, satu kecamatan berada di Pulau Usu, dan satu kecamatan kepulauan yang terdiri dari Pulau Ndao, Nuse, dan Do’o.Â
Selain itu, masih banyak fakta menarik lainnya dari kabupaten ini. Berikut enam fakta menarik dari Kabupaten Rote Ndao yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Asal Usul Nama Kabupaten
Menurut dokumen pemerintahan Hindia Belanda, pulau ini disebut sebagai Rotti atau Rottij yang kemudian berubah menjadi Roti. Namun, masyarakat Rote menyebutnya dengan nama Lote, terlebih bagi mereka yang tidak bisa menyebutkan huruf ‘R’. Nama Roti merupakan perubahan bahasa Melayu dari Rote.
Selain itu, masyarakat juga menyebut pulau ini dengan nama Lolo Deo Do Tenu Hatu yang dapat diartikan sebagai pulau yang gelap. Ada juga yang menyebut Nes Do Male yang berarti pulau yang layu atau kering serta Lino Do Nes yang dapat diartikan sebagai pulau yang sunyi.
Karena Pulau Rote memiliki sembilan bahasa daerah, penyebutan nama Rote pun berbeda-beda. Masyarakat Nusa Tenggara Timur telah lama menyebut pulau ini dengan nama Pulau Rote.
2. Danau Laut Mati
Danau Laut Mati berada di Kecamatan Rote Timur, tepatnya di Desa Sotimori, sekitar 90 menit dari Ibu Kota Kabupaten Rote Ndao, Baa dengan menggunakan motor. Keindahan danau ini dapat dinikmati dengan menaiki jet ski untuk berkeliling menyusuri pulau-pulau kecil.
Uniknya, pasir yang berada di Danau Laut Mati berasal dari kulit kerang atau keong. Tidak seperti air laut pada umumnya, Danau Laut Mati ini memiliki air yang tidak terlalu asin sehingga ikan mujair hidup di dalamnya. Padahal, ikan mujair merupakan jenis ikan air tawar.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3. Mulut Seribu
Mulut Seribu terletak di Kecamatan Landu Leko yang merupakan gugusan pulau. Pulau-pulau ini dikelilingi oleh pasir putih dan dapat dijumpai para warga yang sedang memanen hasil laut rumpur laut menggunakan perahu motor.
Wisata Mulut Seribu termasuk salah satu dari delapan destinasi wisata di Nusa Tenggara Timur yang masuk dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020 dalam kategori Surga Tersembunyi. Menurut masyarakat setempat, penamaan Mulut Seribu dikarenakan wilayah ini merupakan sebuah pantai dengan banyak tebing dan karang yang membentuk gua menyerupai mulut.
Mulut Seribu ini dapat dinikmati dengan menyusuri laut dengan melewati tebing yang sudah terbentuk secara alami. Pemandangan di Mulut Seribu berapa batu-batu karang yang ditumbuhi oleh pepohonan. Destinasi ini sebut-sebut menyerupai Raja Ampat di Papua Barat.
4. Pantai Nembrala dan Pantai Bo’a
Pantai Nembrala dan Pantai Bo’a berada di Kecamatan Rote Barat. Pantai ini dan Pantai Bo’a memiliki daya tarik sendiri di Nusa Tenggara Timur.
Tidak hanya pasir putih dan birunya air laut yang memikat wisatawan, tetapi juga pantai ini dikenal dengan gulungan ombaknya yang terkenal di kalangan para peselancar, baik domestik maupun internasional. Ombak yang berada di pantai ini dapat mencapai ketinggian hingga tujuh meter.
Biasanya, di Pantai Nembrala dan Bo’a diadakan acara olahraga surfing pada Agustus hingga Oktober. Pantai Nembrala juga dikenal sebagai penghasil rumput laut terbesar di Rote Ndao.
Advertisement
5. Alat Musik Sasando
Sasando merupakan alat musik petik khas dari Pulau Rote. Permainan musik ini mirip seperti alat musik kecapi dan harpa, tetapi terbuat dari daun lontar.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, berasal dari kisah Sangguana yang terdampar di Pulau Ndana dan jatuh hari kepada putri raja. Raja yang mengetahui hal tersebut membuat syarat untuk Sangguana agar membuat alat musik yang tidak biasa.
Sangguana mendapatkan mimpi kalau ia sedang memainkan alat musik yang indah dan suara merdu. Ia merealisasikan mimpi tersebut dan membentuk Sasando dan diberikan kepada raja. Sang raja kagum dan menikahkan putrinya dengan Sangguana.
Sasando berasal dari bahasa Rote, yaitu Sasandu, yang dapat diartikan sebagai bunyi yang dihasilkan dari getar. Alat musik ini sering dimainkan sebagai pengiring nyanyian, syair, tarian tradisional, dan penghibur bagi keluarga yang berduka.
6. Tari Kaka Musuh
Tari Kaka Musuh merupakan tarian perang khas daerah Rote. Tarian ini menggambarkan prajurit siap dalam menghadapi musuh dan dipentaskan sebagai tari pengiring pasukan ke medan perang.
Tarian ini diciptakan oleh panglima dari Kerajaan Thie pada abad ke-17 yang bernama Nalle Sanggu. Pada masanya kerajaan tersebut berperang dengan kerajaan di Rote yaitu Kerajaan Dengka, Termanu, dan Keka, karena diadu domba oleh penjajah Belanda.
Kini, Tari Kaka Musuh biasa dipakai untuk menyambut pejabat atau petinggi yang berkunjung ke daerah Rote. Terkadang tarian ini dipentaskan pula dalam acara-acara adat, seperti upacara kematian, pesta pernikahan, dan perayaan rumah baru. (Gabriella Ajeng Larasati)
Â
Kemunculan Pulau dan Danau di NTT Usai Siklon Seroja
Advertisement