Sukses

Studi: Lebih Banyak Mikroplastik di Feses Bayi daripada Orang Dewasa

Ada dua mikroplastik umum, yaitu PET dan PC, yang ditemukan di tinja bayi dan orang dewasa.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan feses bayi mengandung lebih banyak mikroplastik daripada orang dewasa, lapor The Guardian, Selasa, 28 September 2021. Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran lebih kecil dari 5 milimeter yang terlepas ke lingkungan dari kerusakan benda plastik yang lebih besar.

Material itu merupakan ancaman bagi lingkungan karena tidak mudah terurai. Penelitian terbaru bahkan menemukan mikroplastik di debu, makanan, buah, air kemasan, serta feses hewan dan manusia. Paparan mikroplastik pada manusia berisiko memunculkan masalah kesehatan, kendati belum ada data tambahan seberapa luas pengaruhnya.

Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas New York, Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa bayi memiliki konsentrasi mikroplastik, khususnya mikroplastik PET, 10 hingga 20 kali lebih tinggi dalam tinja mereka daripada orang dewasa. Jenis plastik itu digunakan terutama dalam produksi serat tekstil, botol air, dan casing ponsel.

Karena penemuan itu, Kurunthachalam Kannan, seorang profesor di departemen pediatri di NYU Grossman School of Medicine dan peneliti utama studi yang dipublikasikan di American Chemical Society's Environmental Science and Technology Letters ini mengatakan, "Kita perlu berupaya mengurangi paparan (plastik) pada anak-anak. Produk anak-anak harus dibuat bebas dari plastik.”

Diperkirakan bahwa rata-rata orang dapat menelan hingga 5 gram mikroplastik seminggu. Beberapa mikroplastik melewati sistem pencernaan dengan mulus dan dikeluarkan dalam tinja, sementara ada juga yang terakumulasi di dalam organ tubuh.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa potongan mikroplastik melintasi membran sel dan memasuki aliran darah. Penelitian lain menunjukkan transmisi generasi mikroplastik dari ibu hamil ke plasenta bayi mereka.

Tidak banyak yang diketahui tentang bagaimana mikroplastik memengaruhi dan mungkin merusak tubuh manusia. Tapi, beberapa tes pada hewan laboratorium telah menunjukkan peradangan, penutupan sel, dan masalah metabolisme.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

2 Mikroplastik Umum

Dengan menganalisis feses enam bayi, 10 orang dewasa, dan tinja pertama tiga bayi baru lahir melalui metode yang disebut spektrometri massa, Kannan dan tim melihat paparan manusia terhadap dua mikroplastik umum, yaitu PET dan PC. Setiap sampel memiliki setidaknya satu jenis mikroplastik di dalamnya.

Tidak seperti tingkat mikroplastik PET, tingkat mikroplastik PC kira-kira sama pada orang dewasa dan bayi. "Kami terkejut menemukan tingkat (mikroplastik) yang lebih tinggi pada bayi daripada orang dewasa, tapi kemudian mencoba memahami berbagai sumber paparan pada bayi," kata Kannan.

"Kami menemukan bahwa perilaku mulut bayi, seperti merangkak di karpet dan mengunyah tekstil, serta berbagai produk yang digunakan untuk anak-anak termasuk teether, mainan plastik, botol susu, dan peralatan seperti sendok, semuanya dapat berkontribusi pada paparan tersebut," imbuhnya.

3 dari 4 halaman

Kurang Representatif?

Temuan ini sejalan dengan penelitian lain, meski sedikit yang telah melihat kontaminasi mikroplastik dalam feses manusia, kata Scott Coffin, seorang ilmuwan peneliti di Dewan Kontrol Sumber Daya Air Negara Bagian California yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Jika ada, studi yang dimaksud memperkirakan paparan mikroplastik saat ini kemungkinan kurang representatif. Narasi ini dikutip Coffin berdasarkan penelitian yang ia yakini sebagai penilaian paling valid yang dilakukan para peneliti di Universitas dan Penelitian Wageningen.

"Komponen yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini adalah akumulasi mikroplastik ke dalam organ setelah terpapar," kata Coffin. Ekskresi semua mikroplastik yang tertelan tidak mungkin terjadi pada manusia, katanya, sehingga kadarnya secara keseluruhan mungkin lebih tinggi. Ini, di antara banyak detail lainnya, masih harus diselesaikan dalam studi di waktu mendatang.

Misal, adanya kemungkinan kontaminasi, entah dari popok atau peralatan ilmiah, selama percobaan ketika berhadapan dengan feses dan mikroplastik. Ditambah lagi, metode analisis yang digunakan untuk menghitung massa mikroplastik dalam feses relatif jarang dan sepengetahuannya belum mengantongi validasi yang kuat.

Secara keseluruhan, paparan dan bahaya mikroplastik terhadap manusia masih kurang dipahami, tapi Coffin mengatakan penelitian tersebut memberikan data awal yang sangat dibutuhkan.

4 dari 4 halaman

Infografis Jakarta Bebas Kantong Plastik