Sukses

Cerita Akhir Pekan: Batik Indonesia, Antara Motif Lama dan Baru

Mengenai motif batik lama atau baru yang lebih disukai, hal itu tergantung market atau selera masing-masing

Liputan6.com, Jakarta - Batik menjadi warisan budaya yang harus kita lestarikan. Bahkan, sejak tahun 2009 batik telah didaftarkan sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. Oleh karena itu, Indonesia menetapkan tanggal 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional.

Motif batik di Indonesia sangat bervariasi. Bahkan masing-masing daerah punya corak khasnya tersendiri. Mulai dari batik Solo, Yogyakarta, Magetan, Cirebon, Pekalongan, Rembang, Bali, sampai Ternate Maluku Utara.

Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula motif dan desain batik. Para desainer Indonesia pun mulai banyak menciptakan batik modern, yang tidak hanya bisa dipakai di acara resmi, namun untuk bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Salah satu jenama atau desainer batik Indonesia, yang desainer batik Indonesia, yang membuat batik jadi lebih modern adalah Purana. Sebagian besar koleksi batik mereka merupakan motif kontemporer yang merupakan desain mereka sendiri.

"Baik itu tenun, batik atau jumputan menggunakan teknik lukis dan tulis yang merupakan desain kita sendiri. Tiap season kita bikin sesuatu yang baru, dan komposisi baru bukan referensi dari motif kita sebelumnya," terang Nonita Respati, desainer sekaligus pendiri Purana pada Liputan6.com, Jumat, 1 Oktober 2021. Menurut Nonita, produk terlaris mereka adalah motif tie-dye atau jumputan.

Mengenai motif batik lama atau baru yang lebih disukai, Nonita mengatakan, hal itu tergantung market atau selera masing-masing. Anak muda biasanya lebih suka motif kontemporer, tapi yang lebih tua atau dewasa lebih suka motif klasik.  "Yang lebih tua biasanya memakai batik motif klasik seperti dari Jawa Tengah untuk momen-momen spesial seperti untuk acafa keluarga. Tapi belakangan ini mereka mulai banyak yang suka batik kontemporer," ucap Nonita.

"Mereka yang lebih berumur suka batik lebih klasik karena bagi mereka punya nilai filosofis atau seremonial. Kalau yang muda lebih pada lifestyle dan dipakai sehari-hari," lanjutnya. Nonita menambahkan, anak muda terutama generasi milenial makin banyak pakai batik. Meski ada yang harganya agak mahal tapi memang banhyak disukai motifnya.

Mereka kemungkinan menyukai batik karena punya awareness lebih. Bagi mereka penting untuk mendukung local wisdom, local culture dan local artisan juga. "Ini hal yang membanggakan bagi kita karena anak muda sanagt care dan aware bahwa batik perku dilestarikan. Bukan hanya karena motifnya tapi juga tekniknya," ucap Nonita.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Motif Modern

Jenama batik kontemporer lainnya adalah Batik Fractal dari Bandung, Jawa Barat. Mereka punya ciri khas tersendiri. Motif batik mereka diciptakan dengan teknologi, yaitu menggunakan aplikasi jBatik dengan parameter fractal. Jadi secara visual diarahkan lebih modern. Untuk proses pembuatan bermacam-macam, namun kebanyakan dengan teknik batik cap.

"Semua tergantung pesanan dan request yang kami buatkan khusus. Namun untuk yang terlaris, ada kecenderungan untuk produk casual batik ready to wear, dan motif bertema geometris," jelas Nancy Margried, Co-founder dan CEO Batk Fractal, lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 1 Oktober 2021.

Nancy menambahkan, karena batik sudah masuk ke ranah casual wear and daily wear, jadi permintaan untuk motif modern lebih banyak karena memang dipakai lebih sering sehari-hari ketimbang motif tradisi yang kesannya formal dan digunakan hanya untuk kesempatan khusus saja. Tak heran kalau anak muda dan generasi milenial makin banyak yang menyukai batik.

"Kebutuhan generasi milenial akan batik juga makin besar, karena harus ke kantor, dan ada kesempatan berbatik lainnya sebagai professional muda. Di Batik Fractal sendiri, 90 persen target customer kita ada di rentang usia mid 20 ke mid 30. Jadi memang di range umur milenial," ungkap Nancy.

3 dari 5 halaman

Tak Melupakan Prinsip Dasar

Jenama batik kekinian lainnya adalah Lakon Indonesia. Mereka punya beragam motif batik. Ada Batik Jlamprang, motif klasik dari Pekalongan yang dibuat dalam warna yang lebih baru dan lebih masa kini.

Ada Parang Rusa, warnanya terinspirasi dari proses malam sehingga warnanya sangat klasik tetapi berkesan modern. Lalu ada Batik Lakon, perpaduan dari beberapa motif klasik, seperti parang, truntum, dan jlamprang yang merupakan motif-motif popular di Jawa.

Menurut Theresia Mareta , founder dari Lakon Indonesia dalam pesan pada Liputan6.com, Jumat,1 Oktober 2021, semuanya dibuat dengan skala, pengaturan motif, dan warna yang baru untuk memberikan kesan masa kini tanpa melupakan prinsip dasarnya  "Batik di Lakon Indonesia adalah hasil karya tangan perajin tradisional yang seluruh prosesnya berada di dalam sistem pengawasan dan pembinaan dari kami sehingga tercipta suatu ciri khas tersendiri dari koleksi batik tersebut," terang Theresia.

4 dari 5 halaman

Batik Klasik Rasa Baru

Ia mengatakan, pihaknya menghormati batik sebagai karya seni. Dan dalam dunia seni kita selalu mengenal yang namanya selera. Maka keduanya, baik itu batik klasik dan turunannya atau motif batik baru (melalui proses pembatikan tetapi motifnya sama sekali baru) akan punya peminat tersendiri.

Lakon sendiri akan selalu berusaha mempresentasikan batik klasik dengan rasa yang baru. Mereka juga membuat pembaruan dalam batik klasik dengan terus mempertahankan prinsip dasar, sehingga dapat terus mengingatkan kembali mengenai akar budaya yang kita punya.

"Kita ingin melestarikan keterampilan tangan yang menghasilkan batik klasik. Kita ingin menjaga budaya yang telah diwariskan secara turun termurun sehingga dapat terus terbawa dari generasi ke generasi," kata Theresia.

"Peminat koleksi kami saat ini mayoritas adalah generasi muda dan milenial. Tepatnya 60 persen generasi muda dan milenial dan 40 persen yang berusia diatasnya," tutupnya.

5 dari 5 halaman

Motif-Motif Batik Indonesia