Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Sambas yang Berada di Paling Ujung Barat Laut Kalimantan Barat

Kabupaten Sambas memiliki kain tradisi yang disebut tenun songket Sambas yang terpengaruh budaya Melayu.

Liputan6.com, Jakarta - Sambas merupakan kabupaten yang terletak paling ujung barat laut di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia Timur dan Laut Natuna di sebelah utara, dan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang di sebelah selatan. Sementara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Serawak, serta di sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna.

Secara geografis, Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah sebesar 6.395,70 kilometer persegi yang terbagi ke dalam 19 kecamatan. Kecamatan Sajingan Besar menjadi kecamatan terluas dengan 1.391,20 kilometer persegi. 

Pada abad ke-13, Sambas menjadi kota pelabuhan yang penting karena pada waktu itu, Belanda sempat membuka gudang di daerah ini. Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Sambas sebanyak 629.905 jiwa dengan proporsi laki-laki sebanyak 322.373 jiwa dan perempuan 306.532 jiwa. Berikut enam fakta menarik dari Kabupaten Sambas yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Keraton Sambas

Kompleks Keraton Sambas terletak di Kelurahan Dalam Kaum, Kecamatan Sambas. Keraton seluas 16.781 meter persegi itu didirikan pada 1933. Bangunannya berdiri pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Tsjafioedin. 

Keraton ini biasa disebut juga sebagai Istana Alwatzikhoebillah. Bangunan keraton bertipe rumah panggung berbahan kayu ulin atau belian yang terdiri dari tiga bangunan yaitu bangunan utama berupa tempat tinggal sultan dan keluarga, tempat dapur dan juru masak, serta kantor kerja sultan.

Di atas ambang pintu bangunan utama yang menghubungkan balairung dan ruang keluarga terdapat tulisan ‘Sultan van Sambas’ dengan tanggal peresmian 15 Juli 1933. Bangunan itu merupakan pengganti Keraton Sambas yang dibangun oleh Sultan Bima pada 1632. Karena letaknya di pinggir Sungai Sambas, keraton ini memiliki dermaga sendiri untuk keperluan transportasi yang bernama Jembatan Seteher.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

2. Masjid Jami Kesultanan Sambas

Masjid yang terletak di Kecamatan Sambas ini merupakan masjid tertua di Kalimantan Barat. Masjid yang dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin I (1708-1732 M) awalnya berfungsi sebagai kediaman pribadi sultan yang kemudian berubah fungsi menjadi musala.

Menurut sejarah, masjid ini pernah direnovasi pada masa Sultan Muhammad Saifuddin II, putra Sultan Umar Aqomuddin I, dan dikembangkan menjadi Masjid Jami sejak 1885. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 60x40 meter persegi dengan bangunan yang berukuran 22x22 meter persegi.

Bangunan ini terdiri dari ruang utama, serambi, dan menara. Serambi masjid berbentuk persegi panjang dengan tempat buah anak tangga. Bagian luar bangunan masjid berwarna kuning dengan arsitektur bergaya Arab, Belanda, dan Melayu. Konon, persebaran agama Islam di Sambas berawal dari masjid ini.

3. Gua Alam Santok

Gua Alam Santok berada di Desa Santaban, Kecamatan Sajingan Besar. Di dalam gua ini terdapat Patung Bunda Maria dan sering digunakan sebagai tempat peribadatan umat Katolik di Kabupaten Sambas.

Gua ini sering disebut juga sebagai Goa Maria Santok. Lokasinya yang berada di tengah-tengah hutan membuat suasana lingkungan sekitar tetap sejuk dan indah. Dulunya, gua ini digunakan pula sebagai tempat meditasi dan sembahyang. 

4. Tari Tandak Sambas

Tari Tandak Sambas mulanya adalah permainan rakyat yang sering dimainkan oleh anak laki-laki. Dulu, tarian ini hanya dimainkan sepasang lelaki. Seiring berkembangnya zaman, perempuan dapat turut serta menarikan tarian ini sehingga pasangan penari dapat bervariasi. Kostum yang dipakai laki-laki bernama Teluk Belanga, baju koko Melayu, sedangkan perempuan memakai Baju Kurung.

Biasanya, tarian pergaulan ini dilakukan ketika pesta adat melayu, antara lain pesta perkawinan, pindah rumah, dan khitanan. Tarian ini diiringi bunyi-bunyian dari alat musik sederhana, hanya berupa papan atau potongan bambu. Yang terpenting dapat menimbulkan bunyi sambil menyanyikan lagu dua’ lah bedua’ dua’ bedua’ bujang betandak.

 

3 dari 4 halaman

5. Pengrajin Kain Tenun Songket

Sambas dikenal dengan produksi kain tenun songket. Para pengrajin dan penjual banyak ditemui di bagian utara Kota Sambas, tidak jauh dari Sungai Sambas.

Menurut warga sekitar, kain tenun songket Sambas sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Sulaiman, sultan pertama Kesultanan Sambas. Hal ini ditandai dengan peninggalan Kesultanan Sambas dan kain antik yang dimiliki masyarakat Sambas. Kain tenun songket Sambas digunakan sebagai pelengkap dalam ritual adat, salah satunya seserahan dalam upacara perkawinan.

Ciri khas kain tenun ini yaitu memiliki motif pucuk rebung atau bambu muda yang bergambar segitiga memanjang dan lancip. Selain itu, pada pinggir kain tenun biasanya berwarna putih dan tidak terkena tenunan serta terdapat benang emas dalam tenunannya sebagai ciri khas tenun Melayu.

6. Bubbor Paddas

Bubbor Paddas ini merupakan makanan khas suku Melayu Sambas. Bagi masyarakat suku Melayu Sambas, Pedas berarti sebuah perumpamaan yang bermakna beragam sayuran dan rempah.

Ketika membuat bubur ini, berbagai macam sayur, seperti jagung yang sudah dilepas dari bonggolnya, daun pakis, kangkung, daun kunyit, kentang, dan daun kesum (Polygonum odoratum) dimasukkan ke dalam olahan. Daun kesum hanya ada di Kalimantan Barat dan digunakan untuk memberikan aroma pada bubur.

Rasa pedas pada bubur bukan berasal dari cabai, tetapi dari lada ketika beras disangrai. Rasa bubur ini yaitu perpaduan gurih dan sedikit pedas. Bubur ini umumnya ditemui ketika Ramadan tiba. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Aturan di Tempat Makan Selama PPKM