Sukses

Terobosan Teknologi untuk Hasilkan Desain Rumah Lebih Estetis

Selain lebih estetis secara desain, inovasi teknologi perusahaan startup ini juga diklaim hemat waktu dan biaya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagaimana sektor lain, mengawinkan teknologi dengan konstruksi juga bukan satu hal mustahil. Pemanfaatannya bisa menghadirkan opsi berbeda, dan dalam hal ini, startup konstruksi Autoconz mengandalkan 3D printing.

CEO-nya, Raja Risqi Apriandy, menyebut bahwa inovasi di industri konstruksi lebih lama dari bidang lain. Karena itu, mereka bermaksud memberi solusi yang berdampak. Teknik 3D printing dianggap sebagai solusi efektif dan efisien untuk konstruksi dan digitalisasi.

"Metode ini membuat konstruksi lapisan per lapisan. Pengerjaannya juga membuat kontruksi lebih cepat dan murah. Kemudian dari segi desain, jadi lebih estetis," katanya yang mengaku memulai startup konstruksi itu pada 2018 dalam virtual media gathering, Kamis, 7 Oktober 2021.

Lebih lanjut ia mencontohkan, dalam proyek konvensional, membuat rumah tipe 36 akan membutuhkan 4 hingga 6 bulan, tergantung cuaca. Namun, dengan terobosan 3D printing, pengerjaan yang sama hanya akan memakan waktu 1,5 sampai 2 bulan.

Dari sisi biaya, Raja mengklaim teknologi itu dapat menghemat biaya antara 10--15 persen dari harga normal. Soal ketahanan, pihaknya menjelaskan kekuatan material yang dikembangkan dalam terobosan ini berkisar pada 20--25 MPa. "Itu lebih kuat sekitar tiga kali dari standar minimal 7 MPa," tuturnya.

Di laman perusahan, mereka juga menuliskan bahwa penggunaan 3D printing bisa menghasilkan desain lebih fleksibel. Karena itu, ia menyebut bahwa teknologi ini bisa memenuhi permintaan pasar atas hunian yang lebih estetis.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

3 Fokus Krusial

Autoconz merupakan salah satu startup yang berada dalam ekosistem UMG Idealab. Head of Brand and Marketing UMG Idealab Miera Rahayu menyebut, hingga September 2021, lebih dari 60 startup di Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan China ada dalam ekosistem mereka.

"Sejak jadi venture builder, kami terus mendirikan startup baru dan melakukan pendampingan dimulai dari pengembangan inovasi, penyediaaan sumber daya, pelatihan manajemen, hingga bantuan modal," kata Founder UMG Idealab Kiwi Aliwarga.

Ia menyambung bahwa startup yang dikembangkan berfokus pada tiga hal krusial. "Mengatasi perubahan iklim, mengatasi kesenjangan pendapatan, dan membantu UMKM bersaing secara global," imbuhnya.

"Sejak awal 2021 hingga Oktober ini, kami telah mencetak lebih dari delapan startup baru berbagai segmen di Indonesia. Seperti Lakone yang bergerak pada pembaharuan teknologi untuk mesin kopi menggunakan AI, Sandhiguna di bidang komputerisasi dan cybersecurity, serta Widya Dialisis yang mengembangkan teknologi hemodialisa dengan biaya lebih efisien," papar Miera.

3 dari 4 halaman

Mengembangkan SDM

Miera mengatakan, pengembangan startup adalah salah satu fokus UMG Idealab karena itu merupakan salah satu penggerak ekonomi Indonesia, terlebih di masa pandemi. Ke depan, pihaknya menyebut akan terus mencari dan membina startup yang fokus pada pengelolaan limbah, kesehatan, energi terbarukan, teknologi imersif, dan pengembangan kecerdasan artifisial (AI).

Selain Autoconz, perusahaan startup lain yang berada dalam ekosistem ini adalah Widya Skilloka. CEO-nya, Aditya Adhinata, mengatakan, yang juga disepakati Raja, bahwa UMG Idealab tidak hanya fokus pada strategi bisnis, namun juga pengembangan sumber daya manusia.

"Bagaimana membentuk manusia berdaya saing tinggi. Kemudian, mereka juga mengajarkan tentang konsistensi," katanya.

Tahun depan, Kiwi mengatakan bahwa teknologi ramah lingkungan akan jadi salah satu fokus. Disusul teknologi kesehatan yang disebutnya masih akan menarik perhatian.

4 dari 4 halaman

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan