Liputan6.com, Jakarta - Di tengah perjuangan bertahan dari dampak pandemi COVID-19, banjir, yang disebut terparah selama 10 tahun terakhir di Thailand, dianggap pemilik restoran Titiporn Jutimanon akan jadi akhir bisnisnya. Siapa sangka, naiknya arus Sungai Chao Phraya minggu ini malah mendatangkan kesempatan tidak terduga.
Alih-alih tutup karena banjir, melansir CNN, Sabtu (9/10/2021), restoran ini justru memulai gelombang tren baru yang kemudian viral di media sosial. Mereka tetap buka untuk pelanggan yang mau menikmati santapan shin-deep dengan sensasi "menghindari aliran air saat kapal lewat."
Advertisement
Baca Juga
"Pelanggan sangat menyukai ombaknya," kata Titiporn yang mengelola Kafe Antik Chao Phraya di Nonthaburi, utara Bangkok. "Apa yang saya pikir akan jadi krisis malah berubah jadi peluang."
Di jagat maya, video-video memperlihatkan pelanggan duduk di kursi yang basah kuyup, menyuap makanan, dan menyingkir saat ombak menerjang telah beredar luas. Sekitar 30 provinsi utara dan tengah Thailand dilanda banjir dalam beberapa pekan terakhir, meningkatkan ketinggian sungai yang mengalir melalui Bangkok.
Bisnis Titiporn terpaksa tutup selama penguncian COVID-19, tapi ia senang saat "memutuskan menghadapi banjir." "Mereka (pelanggan) tidak hanya menyukai suasana, makanan, dan pemandangan matahari terbenam, banjir juga jadi faktor unik tambahan," katanya.
"Saya merasa sangat beruntung pelanggan menyukainya. Banjir bukanlah tantangan bagi mereka untuk datang," imbuh Titiporn.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kata Pelanggan
Pelanggan restoran diceritakan bersorak dan tertawa saat bangku kayu mereka terhempas air. Pihaknya mengatur tempat duduk sedemikian rupa setiap harinya bagi pengunjung untuk menikmati pengalaman bersantap, bahkan ketika permukaan air tertinggi.
"Ini tantangan yang menyenangkan. Anda tidak tahu apakah Anda akan hanyut di suatu tempat saat makan," canda pelanggan bernama Jetdanai Boonrod.
Pelanggan restoran kebanjiran lainnya, Siripoj Wai-inta, dilaporkan AP, mengatakan, "Ini adalah suasana yang menyenangkan. Selama krisis banjir, ini telah jadi daya tarik khas restoran. Jadi saya ingin menantang diri sendiri dan mencoba pengalaman baru ini."
Sementara bagi pebisnis, fenomena ini berarti bisa membuat stafnya senang dengan tetap mempekerjakan mereka.
Advertisement
Merendam Kuil-Kuil Kuno
Namun demikian, banjir parah di Thailand nyatanya telah menenggelamkan kuil-kuil kuno. Banjir tercatat memengaruhi lebih dari 40 kuil dan hampir 15,7 ribu rumah di kota Ayutthaya, lapor Independent.
Sebuah kuil Buddha bersejarah yang dibangun pada abad ke-18 di kota itu terendam setelah tembok yang dibangun untuk mencegah banjir runtuh, akhir pekan lalu. Empat distrik, yakni Phak Hai, Sena, Bang Ban, dan Bang Sai, jadi yang paling parah dilanda banjir di wilayah hilir.
Para biksu di Kuil Wat Satur terlihat mendayung perahu kecil di atas air setinggi hampir leher orang dewasa. Phra Kru Pariyat Yathikhun, yang mengepalai sebuah biara, mengatakan bahwa ini adalah banjir terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Peringatan banjir dikirim pihak berwenang dalam dua minggu terakhir setelah badai tropis Dianmu memicu banjir bandang yang meluas di 32 dari total 76 provinsi di Negeri Gajah Putih. Sedikitnya sembilan orang tewas dan hampir 300 ribu rumah terdampak badai, menurut data resmi pemerintah Thailand.