Liputan6.com, Jakarta - Beberapa orang mungkin merasa sulit untuk menghindari pemikiran lama yang cenderung negatif. Budaya mengajarkan untuk menilai laki-laki melalui kejantanannya, seperti kekuatan, emosi dan dominasi, sehingga dapat menimbulkan toxic masculinity yang berpengaruh pada kesehatan mental laki-laki.
Dilansir Medical News Today, Senin (11/10/2021), Definisi yang tepat dari toxic masculinity telah berkembang dari waktu ke waktu. Lantas apa itu toxic masculinity?
Toxic masculinity adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan aspek negatif dari sifat maskulin yang dilebih-lebihkan. Dalam masyarakat modern, orang sering menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan sifat maskulin yang berlebihan yang telah digunakan oleh banyak budaya.
Advertisement
Menurut nilai-nilai budaya tradisional, toxic masculinity menggambarkan bahwa laki-laki harus menunjukkan sifat-sifat kejantanannya agar tidak gagal untuk menjadi 'pria sejati'. Contohnya, seorang laki-laki yang menunjukan perasaan sedihnya, sehingga dianggap sebagai laki-laki yang tidak jantan.
Pandangan ini dapat membahayakan nilai-nilai maskulinitas. Ujung-ujungya bisa mengarah pada sikap yang lebih negatif terhadap perilaku ini.
Baca Juga
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebab Toxic Masculinity
Banyak orang yang memandang maskulinitas dan peran gender diciptakan sebagai kombinasi perilaku yang dibentuk oleh beberapa faktor, yakni:
• Usia
• Ras
• Kelas sosial
• Budaya
• Seks
• Agama
Dengan demikian, apa yang mendefinisikan maskulinitas dapat mengambil banyak bentuk yang berbeda. Apa yang dipandang oleh satu masyarakat atau bahkan budaya sebagai maskulin, mungkin ditolak oleh masyarakat lain. Sebab itulah maskulinitas berubah menjadi peraturan yang ketat.
Advertisement
Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental?
Toxic masculinity dapat memengaruhi kesehatan mental laki-laki yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, sebab itulah mereka merasakan tekanan untuk melakukannya. American Psychological Association mencatat bahaya mencoba memenuhi sifat-sifat maskulin yang berlebihan ini, sehingga laki-laki yang dipaksa untuk melekat pada sifat-sifat ini sering mengalami efek buruk, seperti:
• Depresi
• Terjadi masalah dalam tubuh
• Fungsi sosial yang buruk
• Penyalahgunaan zat berbahaya
• Mengalami tekanan
Selain itu, karena perasaan emosional atau berbicara secara terbuka tentang perasaan bertentangan dengan nilai-nilai maskulin, ada risiko tambahan bahwa laki-laki yang mengalami masalah kesehatan mental, mungkin takut untuk berbicara tentang kondisi mereka.
Dengan begitu, toxic masculinity berpusat pada pandangan yang berlebihan dari ciri-ciri maskulin dalam budaya tradisional. Hal ini memaksa laki-laki untuk menerima pandangan yang sangat sempit tentang apa artinya menjadi maskulin, sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan mental mereka yang tidak dapat memenuhi standar maskulin tersebut.
Penulis: Vania Dinda Marella
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement