Sukses

Kegilaan Kreasi Sushi India Memicu Desakan untuk Menyelamatkan Kuliner Jepang

Ragam kreasi sushi India ini dikaitkan dengan lahirnya versi radikal pangsit asli Nepal, momo.

Liputan6.com, Jakarta Dari restoran hotel bintang lima, hingga gerai pinggir jalan, kuliner Jepang, sebagaimana banyak di negara lain, juga populer di India. Gelombang minat ini membuat lebih banyak koki negara itu bereksperimen dengan sushi.

Popularitas yang meningkat dapat dilihat pada merek makanan terkenal Jepang Kikkoman yang mengumumkan rencana mengganti kecap asinnya jadi "saus tomat India," lapor SCMP, Rabu (13/10/2021). Juga, pembukaan outlet CoCo Icihibanya, rantai restoran kari terbesar di Jepang, yang telah menarik pelanggan dengan mengubah resepnya jadi preferensi diet India.

Restoran lain bernama Youmee menggabungkan bahan-bahan non-tradisional seperti krim keju, alpukat, acar sayuran, dan buah segar. Sementara, The Fatty Bao berusaha mengubah seluruh konsepnya melalui sajian sandwich sushi dan sushi taco menggunakan bahan-bahan seperti daging sapi keju, akar teratai miso, keripik bawang putih goreng, dan makarel.

Meningkatnya popularitas kreasi sushi kemudian jadi inspirasi video Instagram komedian Gaurav Kapoor. Di sana, ia mendesak sesama penikmat kuliner Jepang itu untuk "menyelamatkan keaslian sushi."

Kapoor menyesalkan fakta bahwa pada jamuan makan malam kenegaraan pada 2017, mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe disajikan hidangan fusion India-Jepang yang menggabungkan khichdi dan dhokla ke dalam sushi. Ia juga mengingatkan publik tentang nasib pangsit Nepal, momo, yang dengan cepat melahirkan versi radikal.

Ini termasuk momo cokelat, momo tandoori, dan yang disajikan dalam kumpulan kari ayam di bawah inovasi koki India. Menurut Sagar Bajaj, koki perusahaan restoran Plum by Bent Chair di New Delhi yang menawarkan 10 jenis sushi vegetarian dan non-vegetarian, hanya beberapa restoran di India yang menyajikan "sushi asli."

"Orang India tidak nyaman dengan ide daging mentah yang digunakan di sushi," katanya. "Hanya penggemar perjalanan dan penikmat makanan yang benar-benar menghargai rasa sushi autentik. Oleh karena itu, para koki berinovasi."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Sushi Indiaisasi

Mayoritas orang India adalah vegetarian dan di antara mereka yang makan daging, daging sapi dihindari karena alasan agama. Babi, yang tidak bisa dimakan umat Islam, tidak populer di kalangan umat Hindu.

Di restorannya, sushi yang ditawarkan adalah "60 persen Jepang dan 40 persen India," kata Bajaj. Semua bahan termasuk ikan dan nasi diterbangkan dari Jepang, tapi digabungkan untuk menarik kecintaan orang India akan rempah-rempah yang kuat dan makanan yang digoreng.

Sameer Chona, yang menjalankan cloud kitchen Kissa Zaike Ka di Gurgaon, sebuah kota dekat ibu kota India, mengatakan sushi jadi populer karena persepsi bahwa itu sehat. "Nilai gizinya: ikan, nasi, dan sayuran segar, sangat menarik bagi pengunjung kontemporer yang sadar akan kebugaran," katanya.

Terlepas dari keributan tentang "sushi Indiaisasi," pemilik restoran Gaurav Mehta berpendapat bahwa adaptasi dengan selera lokal adalah cara membantu masakan enak untuk berkembang. "Ini juga memacu kreativitas, yang mengarah pada variasi yang menarik dan menawarkan beragam pilihan pada pelanggan," katanya.

3 dari 4 halaman

Prediksi Kelangkaan Sushi Enak

Mehta juga menyebut transformasi sushi terjadi di tempat lain. Donat sushi jadi sensasi pada 2016 ketika koki yang berbasis di Melbourne, Sam Murphy, membagikan versi vegan mentah di Instagram. Demikian pula Project Poke California yang meluncurkan sushi dengan alpukat, tuna, kubis, mentimun, biji wijen, dan lobak.

Penemuan sushi burrito, gulungan nasi, protein, dan sayuran yang tebal, telah membantu memopulerkan makanan pokok Jepang secara global. Seiring dengan perubahan selera konsumen, kancah makanan jalanan India juga telah "menemukan dirinya kembali."

Para pedagang ini menawarkan mulai dari samosa isi pizza, Chinjabi, hingga bao yang diisi dengan paneer makhani di antara ramuan lainnya. Di sisi lain, versi autentik sushi bercita rasa lezat diprediksi bakal langka pada 2050 karena kualitas bahan utamanya sudah tak bisa dipenuhi.

Mengutip VICE, perhitungannya dilatarbelakangi perubahan iklim, sehingga sushi enak berharga miring akan sangat sulit ditemui di masa itu. Profesor dan peneliti Unit Penelitian Perubahan Laut University of British Columbia, William Cheung, menghitung jumlah ikan di dunia melalui laporan yang dirilis pada 2010.

"Setelah merangkum semua data, saya sadar dalam beberapa dekade, mau tidak mau sushi akan dibuat dari jenis ikan yang berbeda dari sekarang," katanya. "Beberapa jenis ikan yang sekarang mudah didapat di restoran sushi mana pun akan jadi ikan mahal di masa depan."

Cheung menyadari pola ketersediaan ikan selalu berubah dari waktu ke waktu. "Di Hong Kong, tempat saya tumbuh besar, ada berbagai jenis ikan yang dulu kita santap setiap hari. Sekarang, ikan-ikan ini sudah langka. Misalnya, ikan croaker kuning yang dulu banyak sekali persediannya," ungkapnya.

"Sekarang saking mahalnya ikan croaker, restoran-restoran di Hong Kong jarang menyajikan menu ini," sambung Cheung.

4 dari 4 halaman

Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner