Liputan6.com, Jakarta - Memantau pertumbuhan anak sedari dini menjadi salah satu hal penting yang perlu diketahui orangtua. Upaya tersebut tidak lain guna mencegah terjadinya stunting pada anak.
Dokter Anak Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolis RSUP Fatmawati Dr. dr. Lanny C. Gultom, Sp.A(K) menyampaikan, pertumbuhan adalah peningkatan progresif dari ukuran anak, baik dari berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, maupun lingkar lengan atas. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan anak, yakni nutrisi, lingkungan, hormon, dan genetik.
"Tetapi pada perjalanannya, walaupun faktor-faktor ini sudah baik, seorang anak bisa mengalami hambatan pertumbuhan linier sehingga mengalami stunted," kata dr. Lanny dalam Peluncuran PediaSure Formula Baru - Dukung Pertumbuhan Nyata Anak Indonesia, Kamis, 14 Oktober 2021.
Advertisement
Baca Juga
dr. Lanny melanjutkan, WHO memaparkan beberapa kausa terkait penyebab pertumbuhan anak terhambat, mulai lingkungan keluarga, nutrisi ibu selama kehamilan, prakonsepsi, maupun saat menyusui yang buruk. "Ataupun misal kehamilan pada usia remaja, berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur," jelasnya.
"Pemberian MPASI atau complementary feeding yang tidak adequate, pemberian makan terdiri dari terutama kualitas dari makro maupun mikro nutrien yang buruk, pemberian makan yang tidak sesuai jadwal," tambahnya.
Salah satu faktor pertumbuhan anak terhambat adalah keterlambatan memulai inisiasi menyusui dini (IMD) atau tidak memberi ASI eksklusif. Faktor selanjutnya adalah infeksi yang berulang, contoh anak mengalami infeksi TBC, diare berulang, hingga HIV.
"Dampak stunting sangat besar, konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah angka kematian dan kesakitan meningkat, kognitif anak turun kalau tidak ditata laksana," jelasnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pencegahan Stunting
Sedangkan untuk jangka panjang, dikatakan dr. Lanny adalah kognitif anak turun yang dapat mengganggu performa mengikuti sekolah dan belajar menurun. Hal ini menyebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi buruk, mengalami obesitas, hingga menjadi seorang dewasa yang berperawakan pendek.
"Pencegahan anak tidak menjadi stunting merupakan tindakan paling baik yang harus dilakukan. Tiga hal menangani stunting, yakni deteksi dini stunting, melihat mencari apakah ada tanda bahaya atau infeksi, memberi tata laksana yang adequate," lanjut dr. Lanny.
Deteksi dini dapat dilakukan dengan mengukur berat badan, panjang badan hingga indeks massa tubuh anak. Hal ini penting untuk menentukan tren pertumbuhan anak, apakah mengalami risiko gagal tumbuh dan menilai peningkatan tinggi badannya.
Advertisement
3 Pilar Penting
"Kalau anak mengalami gagal tumbuh, kenaikan berat badan yang tidak adequate, bila tidak diatasi berat badan anak kurang. Kalau ini tidak diatasi dengan pemberian nutrisi dan faktor lain, maka anak jatuh ke stunting," jelasdr. Lanny.
dr. Lanny menyampaikan tata laksana stunting terdiri atas tiga pilar, yakni nutrisi, tidur yang cukup, serta aktivitas fisik. "Zat gizi yang penting untuk mencegah stunting dari Ferrari dan Branca membagi zat nutrisi menjadi tipe 1 dan tipe 2. Tipe 2 inilah yang berguna untuk mencegah," katanya.
"Anak harus mendapatkan cukup energi, mikronutrien seng, asam amino esensial, natrium, kalium, fosfor, sulfur dan magnesium. Lalu, aktivitas fisik, sekresi hormon pertumbuhan selama dan setelah aktivitas fisik tergantung dengan intensitas aktivitas fisik, semakin kuat maka hormon makin banyak," jelas dr. Lanny.
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Advertisement