Liputan6.com, Jakarta - Selesai sudah penayangan 16 episode drama Hometown Cha-Cha-Cha. Dalam rangkaiannya, ada banyak emosi dan isu sosial yang diramu apik, membuat drama yang dibintangi Kim Seon Ho dan Shin Min Ah ini selalu masuk daftar 10 besar Netflix Indonesia sejak tayang pada akhir Agustus lalu.
Di antaranya, selimut duka yang membebat Hong Du Sik, diperankan Seon Ho, jadi satu yang muncul secara konstan dan mulai mengundang tanda tanya di tengah season, yang ditandai dengan scene dirinya berkonsultasi pada profesional. Diceritakan bahwa pria asal Desa Gongjin ini telah ditinggal meninggal kedua orangtuanya sejak kecil.
Sejak itu, Du Sik tinggal bersama kakeknya, yang kemudian juga meninggal dunia. Rasa bersalah atas kepergian orang-orang terkasih dibawanya sampai dewasa. Seniornya di kampus, Park Jeong U, sempat jadi penambal duka Du Sik, membuatnya merasa punya kakak lelaki.
Advertisement
Baca Juga
Hingga mimpi buruk kehilangan tragis kembali menghampirinya. Jeong U meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara Du Sik yang berada di bangku penumpang saat itu selamat. Di tengah porak poranda perasaan, ditambah disalahkan karena tragedi itu, Hong Du Sik kembali ke kampung halamannya.
Perlahan membuka diri, ia kemudian membantu hampir setiap pekerjaan di Gongjin sebagai pekerja paruh waktu. Pertemuan dengan Yoon Hye Jin, diperankan Min Ah, sempat membuatnya bertanya-tanya, "Apakah saya pantas bahagia?" Ia juga mendapati diri sulit terbuka dengan orang lain, termasuk Hye Jin, terkait duka masa lalunya.
Ketika jawaban pertanyaan itu hampir ditemukan, Du Sik kembali dihadapkan pada duka kehilangan Gam-ri, seorang nenek di Gongjin yang membantu merawat Du Sik sejak kakeknya meninggal. Baru di momen ini, karena kata-kata Hye Jin, Du Sik berani menangis sejadi-jadinya.
Sebelum itu, Du Sik telah berani bercerita kelam trauma masa lalunya pada Hye Jin. Karakter dokter gigi itu pun mendorong Du Sik untuk berduka secara sehat, sesuatu yang dianggap tidak pernah dilakukan kekasih hatinya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Membebaskan Energi
Melansir laman University of Washington, Senin (18/10/2021), berduka atas kehilangan penting karena memungkinkan seseorang "membebaskan energi" yang terikat pada orang, objek, atau pengalaman yang hilang, sehingga dapat menginvestasikan kembali energi itu di tempat lain.
Sampai bisa berduka secara sehat, seseorang cenderung sulit berbuat demikian karena sebagian dirinya tetap terikat pada masa lalu. Catatannya, berduka bukanlah melupakan, pun tidak tenggelam dalam air mata.
Kesedihan yang sehat menghasilkan kemampuan untuk mengingat pentingnya kehilangan, tapi dengan rasa damai, bukan rasa sakit yang menyesakkan. Berduka secara sehat adalah proses yang aktif, tidak membenarkan, "Anda hanya perlu memberinya waktu."
Caranya, pertama, mengakui dan mengungkap seluruh perasaan yang dialami sebagai akibat dari kehilangan. Ini bisa dilakukan dengan menulis jurnal, berbicara pada orang yang dipercaya, maupun mendapat bantuan profesional.
Kemudian, menyesuaikan diri dengan kehidupan di mana orang, objek, atau pengalaman yang hilang tidak ada. Ketiga, mengucap selamat tinggal untuk ritualisasi gerakan menuju perdamaian baru dengan kehilangan.
Advertisement
Pahami Keseimbangannya
Berduka secara aktif dan sehat membutuhkan keseimbangan. Dalam hal ini, menyeimbangkan waktu yang dihabiskan untuk mengatasi kesedihan dengan waktu yang dihabiskan untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Juga, tentang menyeimbangkan jumlah waktu yang dihabiskan dengan orang lain maupuan dengan diri sendiri.
Perlakukan diri dengan perhatian, toleransi, dan kasih sayang juga jadi poin tidak kalah penting. Kendati tidak pasrah pada waktu, jangan juga memberi tenggat kapan harus melewati duka tersebut. Alih-alih, bicarakan secara teratur tentang kesedihan dan kenangan dengan seseorang yang dipercayai.
Jangan juga sungkan menerima bantuan dan dukungan saat ditawarkan. Jika kesedihan dipahami, itu lebih mudah untuk ditangan. Jadi, sisihkan waktu setiap hari untuk mengingat dan mengalami perasaan apa pun yang muncul terkait kehilangan tersebut.
Bisa juga dengan bergabung dengan kelompok pendukung, ada ratusan kelompok semacam itu dan orang-orang berkapasitas luar biasa untuk saling membantu. Terakhir, rencanakan sesuatu untuk 'hari-hari khusus' seperti hari libur atau hari jadi, karena perasaan bisa sangat intens pada saat-saat ini.
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19
Advertisement