Liputan6.com, Jakarta - Bicara makanan Indonesia, tak bisa lepas dari sambal. Ibaratnya, apapun makanannya, sambal tak boleh dilupakan. Mulai dari nasi putih, ayam, daging, aneka hidangan laut, bahkan sampai buah-buahan bakal terasa lebih nikmat jika ditambahkan sambal.
Kalau tak ada sambal, makanan terasa belum lengkap. Beberapa orang bahkan rela tidak makan sebelum mendapatkan sambal, seolah tak bisa hidup tanpa sambal. Saat pergi traveling atau tinggal di luar negeri, banyak orang Indonesia membawa sambal sendiri, biasanya dalam kemasan botol, agar tetap bisa menyantap sambal khas negeri sendiri. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, rasa sambal buat negara lain, sangat berbeda dengan buatan lokal.
Menurut pakar kuliner William Wongso, sensasi rasa pedas menjadi semacam sentuhan selera yang tidak bisa dihindarkan. Hal tersebut juga mengacu pada harapan untuk rasa pedas hadir pada santapan yang dimakan.
Advertisement
Baca Juga
"Ada tiga komponen utama dalam makanan orang Indonesia, yaitu nasi, kerupuk dan sambal. Kalau salah satu dari tiga unsur tadi tidak ada, berarti belum makan, meski sudah menyantap makanan lainnya," terang William pada Liputan6.com, Jumat, 22 Oktober 2021.
William menambahkan, selain sebagai kondimen (pelengkap), sambal juga jadi penggugah selera. Meski begitu, kecintaan masyarakat soal makanan pedas pun tidak kalah beragam.
"Setahu saya, ada yang tidak suka pedas, ada juga yang suka tidak terlalu pedas, ada juga yang suka pedas ekstrem. Sambal yang jadi favorit di satu daerah, belum tentu disukai di daerah lainnya karena masing-masing punya alam dan lingkungan yang berbeda. Hal itu membuat berbagai daerah di Indonesia punya sambal khas," ucap pria yang memilik restoran dan bakery ini.
"Seperti sambal bajak misalnya, banyak yang menjadikannya sebagai pendamping makanan, tapi kalau saya sendiri sejak kecil sudah terbiasa membuat nasi goreng dengan memakai sambal bajak," sambungnya.
Namun, membuat sambal yang enak terkadang harus sedikit repot, terutama jika harus menggunakan cara tradisional seperti diulek. Menurut Chef Yuda Bustara, proses mengulek memang akan membuat rasa sambal lebih enak, meski ada juga sambal yang tidak diulek tapi tetap enak seperti sambal matah.
Tren Makanan Pedas
"Saat diulek itu cabai yang ditekan ke ulekan akan keluar minyak alaminya, jadi rasa pedasnya sangat kuat menempel di lidah," katanya pada Liputan6.com. Namun, ada cara lain yang lebih mudah untuk membuat sambal enak tanpa repot mengulek. Ia menjelaskan, setelah bahan-bahan sambal diblender kemudian hasilnya ditumis dengan menggunakan sedikit minyak.
"Rasanya enggak akan berubah, intinya setelah diblender lalu ditumis, minyak alaminya akan keluar juga, Untuk tingkat kehalusannya, tergantung selera masing-masing orang. Jika suka sambal dengan ulekan cabai kasar maka pada saat memblender disarankan untuk tidak terlalu lama. Sekali lagi ini soal selera karena tiap orang seleranya berbeda," tambahnya.
Kegemaran pada sambal juga membuat orang Indonesia menyukai makanan dengan cita rasa pedas. Bahkan belakangan ini menjadi tren yang diprediksi aka berlangsung dalam waktu lama, bahkan mungkin tidak akan berakhir.
"Karena rasa pedas sudah menjadi bagian dan terbiasa di tengah masyarakat Indonesia. Jadi tren makanan pedas, seperti juga sambal, tidak akan ada matinya meski nantinya bakal muncul lagi beragam inovasi dari sambal maupun makanan pedas," ucap pria yang kerap tampil di acara memasak di televisi ini.
Advertisement
Obat Rindu
Pendapat senada juga datang dari chef Chandra Yudassawara yang pernah menjadi pembawa acara memasak di sebuah stasiun televisi. Seperti beberapa negara Asia Tenggara lainnya, makanan pedas dan termasuk sambal sudah jadi tradisi leluhur yang turun-temurun sampai sekarang ini.
Meski muncul banyak makanan kekinian dan beragam teknologi serta inovasi di bidang kuliner seperti gastronomi, sambal tetap akan jadi pilihan utama masyarakat Indonesia.
"Ini tradisi yang sudah lama berjalan dan masih bertahan, bahkan kemungkinan sampai masa mendatang. Sambal akan tetap disukai, apalagi cabai banyak dan mudah tumbuh di Indonesia. Mudah didapat, murah juga, makanya sambal banyak disukai orang Indonesia," terangnya pada Liputan6.com, Jumat, 22 Oktober 2021.
Bagi masyarakat Indonesia yang sedang bepergian atau tinggal di negeri orang, sambal juga sering menjadi santapan wajib. Menurut Chef Gede Baihakie yang juga seorang dosen, sambal adalah obat rindu terhadap negeri sendiri.
Berdasarkan pengalamannya sendiri yang pernah bekerja selama tujuh tahun di kapal pesiar dan tinggal selama tiga tahun di Singapura, kehadiran sambal selalu didambakan. "Obat rindu yang dimaksud adalah sebuah cita rasa atau rasa makanan yang tidak bisa didapat dari tempat atau daerah lain karena sambal itu mencerminkan budaya dan ciri khas Indonesia yang kaya akan rempah-rempah," jelas pengajar mata kuliah Food Productions/Pengolahan Makanan di Politeknik Sahid Roxy ini pada Liputan6.com, Kamis, 21 Oktober 2021.
Cabai Indonesia Full Tasty
Saat kapal pesiar tempatnya bekerja sempat singgah di Amsterdam Belanda, Baihakie bersama teman-temannya sangat antusias karena mereka bisa membeli sambal dan cabai yang diimpor langsung dari Indonesia.
"Wah itu udah kayak sebuah mimpi indah. Kalau kita merapat di Amsterdam kita langsung beli sambal atau cabai yang didatangkan langsung dari Indonesia, karena di sana memang ada banyak orang Indonesia," kenangnya. Menurut Baihakie, cabai, bawang merah, bawang putih serta komponen rempah yang ada di Indonesia itu sangat beda dengan yang di luar negeri, karena iklim tropis sangat membedakan.
"Cabai kita itu full tasty, sangat enak. Bayangkan saja, Portugal dan Belanda saja mau menjajah Indonesia karena rempah rempah-rempah. Ini luar biasa, suatu ciri khas yang tidak bisa didapat dari daerah lain atau negara lain," kata pemilik nama asli I Gede Pandita Ekayana ini.
Ia menambahkan, ketika makan sambal akan tercipta sebuah mood booster atau semangat seperti mengeluarkan sebuah energi lebih. "Hal itu memang bisa terjadi kalau kita biasa memakan makanan pedas atau dengan sambal, apalagi bagi orang kita yang sedang berada di luar negeri, bisa sedikit mengobati kerinduan terhadap kampung halaman," pungkasnya.
Advertisement