Sukses

Sosok Pemuda Kupang Pencipta Teknik 10 Jari untuk Mainkan Sasando

Sasando umumnya dimainkan dengan enam jari, lalu apa kelebihan teknik sepuluh jari yang diciptakan pemuda Kupang itu?

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pemuda asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), punya teknik unik dalam memainkan sasando. Jika biasanya sasando dimainkan hanya dengan enam jari, kali ini kreator konten bernama Natalino Mella menciptakan teknik 10 jari.

Sasando adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Terbuat dari bambu, daun lontar, kayu, dan senar string, sasando dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki suara yang sangat merdu.

Jika dibandingkan dengan alat musik tradisional Indonesia lainnya, seperti angklung, kulintang, gendang, atau bonang, sasando masih kalah populer. Namun, bukan berarti tak ada generasi muda yang memiliki niatan untuk mempopulerkan sasando, seperti Natalino. 

Dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Selasa, 26 Oktober 2021, dia menampilkan keahliannya lewat SnackVideo, salah satu platform video pendek. "Banyak yang berkomentar bahwa mereka baru mengetahui soal sasando setelah menonton video saya," ujar Natalino.

Dalam videonya, Natalino kerap mengunggah permainan sasando yang apik dengan lagu-lagu populer baik lokal seperti Itu Aku dari Sheila On 7, maupun lagu asing seperti Homesick dari Dua Lipa. Dalam membuat satu video, Natalino mengaku butuh waktu kurang lebih dua sampai tiga jam. Waktu tersebut ia gunakan untuk menemukan lagu yang akan dimainkan, merekam, hingga editing.

Dedikasi Natalino itu berbuah manis. Akunnya di platform itu kini diikuti sebanyak lebih dari 10.000 orang. Melalui video-videonya, Natalino berharap generasi muda Indonesia menjadi lebih tertarik untuk menekuni sasando sehingga alat musik tradisional Indonesia bisa terus lestari.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kecintaan pada Sasando

Natalino diperkenalkan dengan sasando oleh kakaknya dan setelah itu, ia belajar secara otodidak. Mulai dari 2008, Natalino akhirnya menekuni sasando secara serius.

Awalnya, Natalino mengaku kesulitan. Namun karena pada dasarnya sudah memahami musik, ia bisa dengan cepat menguasai sasando.

Ketertarikan Natalino terhadap sasando memberikannya kesempatan untuk mengikuti pertukaran pemuda di program Ship for Southeast Asian Youth Programme (SSEAYP), yakni program kerja sama antara Kemenpora dengan pemerintah Jepang dan ASEAN, di Jepang, pada 2008.

Kesempatan itu Natalino manfaatkan untuk menggelar pertunjukan sasando. Rupanya, partisipan program tersebut yang berasal dari berbagai negara terpukau dengan suara sasando yang Natalino petik. Tak hanya itu, mereka bahkan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sasando dan ingin belajar dari Natalino.

 

3 dari 4 halaman

Ide dari Jepang

Momen di Jepang itu rupanya memberikan ide baru bagi Natalino. "Setelah pulang dari Jepang, saya berpikir, bagaimana ya caranya membuat sasando lebih mudah dimainkan? Dari situ, saya mencoba mendesain ulang alat musik sasando dan menciptakan teknik permainan dengan 10 jari sehingga lebih mudah untuk menjangkau nada-nada sulit," tukas Natalino.

Hingga kini, Natalino sudah mengajarkan teknik 10 jari kepada 100 muridnya. Tidak hanya membuka tempat kursus privat sasando sejak 2015, ia juga membuka toko online yang menjual alat musik sasando hasil modifikasinya hingga ke mancanegara.

Melalui sentuhan modern Natalino terhadap sasando buatannya. Ia berharap sasando bisa terlihat lebih elegan dan menarik bagi anak muda, khususnya di masa kini.

4 dari 4 halaman

Infografis Pro dan Kontra RUU Permusikan