Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Sampang yang Eksis Sejak Abad ke-7

Di Sampang berdiri sebuah masjid yang biasa digunakan untuk melaksanakan sumpah pocong.

Liputan6.com, Jakarta - Sampang merupakan salah satu dari empat kabupaten yang terletak di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur. Sesuai namanya, ibu kota kabupaten berada di Sampang.

Luas wilayah Sampang sebesar 1.233,30 kilometer persegi. Wilayahnya berupa daratan dan satu pulau yang terpisah dari Pulau Madura, yaitu Pulau Mandangin atau disebut pula Pulau Kambing.

Pada 2020, jumlah penduduk Sampang mencapai 481.667 jiwa. Komposisi penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki, yang masing-masing jumlahnya 488.027 jiwa dan 481.667 jiwa.

Dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Sampang berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan di sebelah barat, Kabupaten Pamekasan di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah Utara, serta Selat Madura di sebelah selatan. Apa lagi fakta menarik dari Kabupaten Sampang yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber?

1. Sejarah Sampang

Sekitar abad ke-7 M, yaitu pada 835 M, di wilayah Sampang sudah berdiri komunitas masyarakat yang masih belum terstruktur. Komunitas masyarakat ini berupa padepokan agama Buddha dengan seorang resi sebagai titik sentral yang mengajarkan agama Buddha kepada komunitasnya.

Menurut ahli sejarah, hadirnya komunitas ini diketahui melalui Candra Sengkala yang berada di situs Sumur Daksan, Kelurahan Dalpenang. Dalam Candra Sangkala tertulis Kudok Alih Ngrangsang Ing Buto yang berarti 757 tahun Saka atau 835 M. Diperkirakan komunitas ini hidup pada masa Dinasti Syailendra.

Candra Sangkala lainnya ditemukan di situs Bujuk Nandi, Kecamatan Kedundung, dengan tulisan Nagara Gata Bhuwana Agong yang berarti 1379 M. Informasi yang didapatkan adalah bahwa kelompok masyarakat menganut agama Syiwa. Biasanya, mereka membangun candi dengan lamban nandi atau lembu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

2. Situs Rato Ebu dan Masjid Madegan

Tempat purbakala ini berada di Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang. Pada situs Rato Ebu terdapat makam para priyayi kerajaan, salah satunya makam ibu Raja Sampang, R. Praseno yang mangkat pada 1624 M.

Pada situs ini juga terdapat Tanto yang merupakan sebuah masjid. Keunikan masjid ini terletak pada tiang penyangga yang miring hingga 30 derajat. Belum diketahui pasti sejarah berdirinya masjid ini. Namun, masyarakat setempat menggunakan masjid itu untuk melaksanakan Sompa Madekan atau sumpah pocong.

3. Goa Lebar

Goa Lebar terletak di pusat Kota Sampang yang berada di ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Goa ini diyakini sebagai tempat petilasan Pangeran Trunojoyo. Di dalam satu goa terdapat tempat pertapaan dan ibadah.

Gua ini memiliki kedalaman hingga 100 meter. Dulunya, kawasan ini merupakan bekas tempat penambangan batu kapur putih. Suasana gua ini masih alami dengan banyak pepohonan melingkari tempat itu. Pengunjung juga bisa menyaksikan keindahan matahari terbit dan terbenam dari gua ini.

4. Air Terjun Toroan

Air Terjun Toroan berada di Desa Ketapang Timur, Kecamatan Ketapang. Air terjun ini merupakan air terjun satu-satunya yang ada di Pulau Madura.

Air terjun ini memiliki tinggi kurang lebih 10 meter yang berasal dari Sungai Kolpajung dan bermuara langsung ke Laut Jawa. Lokasi air terjun ini persis di pinggir jalan akses Bangkalan-Sumenep, paling utara Pulau Madura.

Dari air terjun ini, pengunjung bisa melihat pemandangan lepas ke Laut Jawa. Pengunjung juga dapat menikmati panorama matahari tenggelam.

3 dari 4 halaman

5. Atraksi Karapan Sapi

Karapan sapi sering diadakan di Kabupaten Sampang yang merupakan tradisi khas masyarakat Madura. Atraksi ini diadakan setiap tahun pada akhir Agustus atau awal September.

Selain dijadikan sebagai ajang lomba, atraksi ini merupakan sebuah ajang pesta rakyat dan tradisi prestise yang dapat mengangkat status sosial seseorang serta menjadi tradisi secara turun-temurun. Sapi yang digunakan untuk perlombaan ini diberikan perlakuan khusus, yakni diberikan pijatan dan makanan terbaik.

Ketika atraksi berlangsung, terdapat pula ritual arak sapi keliling pacuan dengan iringan musik saronen, alat musik tiup khas Madura. Sapi karapan akan berlomba pada lintasan sepanjang 180-200 meter dan hanya ditempuh 14-18 detik saja.

6. Tari Sorong Kasereng

Tarian ini merupakan wujud ekspresi dari rasa gembira atas rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan YME. Dahulu, Tari Sorong Kasereng dipentaskan oleh anak nelayan ketika air laut pasang. Pada saat itu, mereka membantu orangtuanya untuk menurunkan hasil tangkapan dari perahu.

Para penari menggunakan pakaian adat Madura dengan sarung motif batik. Seiring perkembangan zaman, aksesori seperti pernak-pernik, sanggul kepala, dan gelang kaki sebelah kiri serta kombinasi pakaian motif batik Sampang ditambahkan untuk memeriahkan busana penari.

Pementasan Tari Sorong Kasereng diiringi dengan musik khas Madura yang bernama Saronen. Kini, tarian ini tidak hanya ditarikan oleh anak nelayan saya, tetapi dipentaskan pula ketika ada acara yang dihadiri oleh para pejabat. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19