Liputan6.com, Jakarta - Tiga tamu undangan meninggal dunia setelah ditembak dalam resepsi pernikahan yang digelar di timur Afghanistan pada Jumat malam, 29 Oktober 2021. Menurut Taliban, pangkalnya adalah tuan rumah memutarkan musik dalam pesta tersebut.
Serangan kepada warga sipil itu dilakukan oleh tiga pembunuh yang mengaku sebagai anggota Taliban, sebelum mereka melepaskan tembakan. Hal itu diungkapkan juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada jurnalis dalam jumpa pers, Minggu, 31 Oktober 2021.
Dilansir CNN, Senin (1/11/2021), penembak menyerang tamu di lokasi pesta pernikahan yang digelar di Distrik Surkh Rod, Provinsi Nangarhar. Wartawan lokal juga menyatakan setidaknya dua orang terbunuh dan melukai 10 orang lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Meski begitu, juru bicara Taliban berdalih siapa pun tidak diizinkan membunuh siapa pun yang memutar musik. Ia menyatakan investigasi digelar untuk memastikan apakah insiden itu disebabkan oleh perseteruan pribadi.
"Dalam aturan Emirat Islam, tidak ada yang berhak untuk menjauhkan seseorang dari musik atau apapun, hanya untuk mencoba mempersuasi mereka. Itu cara utama," kata Mujahid, menurut AFP.
Mujahid kemudian menyinggung serangkaian cuitan di Twitter yang diklaim merupakan anggota Taliban. Mereka berdalih sudah meminta musik berhenti diputarkan sebelum melepaskan tembakan. Namun, tidak bisa diverifikasi apakah cuitan itu memang dari anggota Taliban atau tidak.
Sejauh ini, kata Mujahid, dua orang yang berkaitan dengan insiden itu sudah ditahan. Sementara, tersangka ketiga melarikan diri.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukan Korban Pertama
Meski tidak setuju musik diputar dalam pernikahan dan acara publik lainnya, hingga saat ini Taliban belum mengeluarkan dekrit larangan sejak berkuasa pada Agustus 2021. Meski begitu, tindakan para anggotanya meresahkan.
Pada akhir Agustus 2021, penyanyi lagu rakyat Fawad Andarabi dibunuh dengan keji. Ia diseret dari rumahnya dan dibunuh Taliban, meski mereka sempat berjabat tangan beberapa waktu sebelumnya.
Para musisi di seluruh negeri juga mengaku diperintahkan untuk tidak memutarkan lagi alat musik mereka. Selama memerintah Afghanistan pada 1996 hingga 2001, Taliban juga melarang sebagian besar jenis musik yang dipandang tidak Islami.
Advertisement
Diskriminasi Perempuan
Kebijakan kontroversial Taliban juga berimbas kepada para perempuan Afghanistan. Para pelajar SMA dilarang kembali bersekolah sebelum pemerintah menerapkan 'sistem transportasi yang aman'. Hanya anak-anak perempuan di sekolah dasar dan SMP yang melanjutkan pendidikan formal.
Sebelumnya, Afghanistan memberlakukan pendidikan menengah, yaitu kelas 10 sampai 12, dengan umur 16–19 tahun. Di sekolah menengah ini, para siswa memiliki pilihan pendidikan, yaitu melanjutkan pendidikan ke akademik yang nantinya akan membawa mereka ke universitas, atau mempelajari ilmu terapan, seperti pertanian, aeronautika, seni, perdagangan, dan pelatihan guru.
Dengan larangan yang dikeluarkan Taliban, bahwa murid perempuan dari pendidikan menengah tidak boleh bersekolah, ia hanya membaca buku pelajarannya di rumah.
"Taliban adalah alasan saya berada dalam kondisi seperti ini. Semangat saya hilang, mimpi saya terkubur," ujar Sanam Bahnia, dikutip dari CNN, awal Oktober 2021 lalu, sembari menangis.
Â
Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban
Advertisement