Liputan6.com, Jakarta - Dua bulan lalu, topi bicorne peninggalan Napoleon Bonaparte dilelang di tempat pelelangan Sotheby's Paris di angka 1,4 juta dolar AS atau hampir mencapai Rp20 miliar. Kini, giliran tiara yang diyakini milik Joséphine Bonaparte, istri pertama Kaisar Prancis itu yang akan dilelang.
Dilansir dari CNN, Kamis (4/11/2021), setelah 1,5 abad lamanya dimiliki pribadi, dua tiara yang diyakini milik istri pertama Napoleon Bonaparte dijual sepaket. Tiara ini akan dijual di tempat pelelangan Sotheby di London pada 7 Desember 2021 dengan harga perkiraan gabungan kedua tiara 682 ribu dolar AS atau hampir mencapai Rp9,8 miliar.
Salah satu tiara berwarna emas memiliki detail ukiran klasik yang beraksen enamel biru dan dihiasi batu akik berwarna merah cerah. Tiara merupakan bagian dari satu set perhiasan, yang terdiri dari anting-anting yang serasi, ornamen ikat pinggang, dan sisir.
Advertisement
Tiara kedua juga berwarna emas dengan enamel biru. Hal yang membedakan dengan tiara pertama yaitu pada hiasan tiara menampilkan potret cameo dewa-dewa Yunani kuno, yakni Zeus, Dionysus, Medusa, Pan, dan Gaia, dalam rupa batu akik dan jasper.
Sebelumnya, tiara ini disimpan oleh Museum Victoria & Albert di London dengan status pinjaman. Pihak museum mencatat bahwa tiara ini merupakan hadiah dari saudara perempuan Napoleon, Caroline Murat.
Joséphine Bonaparte juga dikenal dengan nama Joséphine de Beauharnais setelah pernikahan pertamanya dengan seorang bangsawan dan jenderal militer Alexandre de Beauharnais. Surat cinta Napoleon kepadanya terkenal karena kisah cinta mereka yang menggebu-gebu.Â
Joséphine digambarkan sebagai penggoda pintar. Ia akhirnya meninggalkan pernikahannya dengan Napoleon karena tidak dapat memiliki keturunan bersama.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Selera Josephine
Pada abad ke-19, tiara yang merupakan bagian dari set perhiasan adalah simbol desain neoklasik yang berkembang selama pemerintahan Napoleon. Menurut Sotheby, setelah kerusuhan Revolusi Prancis, kaisar membangkitkan tradisi, gaya, dan desain Romawi kuno untuk mengaitkan pemerintahannya dengan garis keturunan leluhurnya.
Detail pada kedua tiara, yaitu potret cameo dan intaglio, dewa klasik dan figur kuno yang sering dikenakan oleh Napoleon dan Joséphine, termasuk pada mahkota penobatan. Berabad-abad sebelumnya, para kaisar Romawi menggunakan simbol kekuasaan serupa yang diukir pada batu semi-permata (jenis batu permata apapun yang bukan berlian).
"Permata megah yang terpasang yaitu figur kuno dan intaglio tentu saja membangkitkan gaya Permaisuri Joséphine yang agung, gelarnya sebagai istri Napoleon Bonaparte," ujar Kristian Spofforth, kepala departemen perhiasan Sotheby di London, dikutip dari Sothebys.
Spofforth menambahkan bahwa, selera Joséphine terhadap perhiasan dan minatnya dengan dunia klasik sempurna. "Permaisuri Joséphine lebih dari sekadar kolektor barang antik. Dia menciptakan mode baru di Paris dan dunia berdasarkan bentuk (perhiasan zaman) neo-klasik," tambahnya.
Â
Â
Advertisement
Sosok Permaisuri
Joséphine merupakan putri tertua dari keluarga bangsawan Prancis yang kehilangan kekayaan dari penghasil tebu di Pulau Martinique. Ia menikah dengan de Beauharnais saat remaja, lalu mereka berpisah setelah memiliki dua anak dengan pernikahan yang tidak bahagia di Paris.
Suaminya dipenggal ketika revolusi. Ia pernah dipenjara dan berhasil lolos dan menaikkan derajatnya sebelum bertemu dengan perwira muda yang menjadikannya permaisuri.
Pada saat Revolusi Prancis, industri perhiasan menderita akibat pergolakan politik, penurunan ekonomi, dan permusuhan terhadap kemewahan. Namun, Joséphine pada saat itu cenderung mendorong gaya yang mewah.
Menurut Sotheby, hanya dalam waktu enam tahun, permaisuri menghabiskan biaya 25 juta franc untuk perhiasan dan pakaian, jauh melebihi tunjangan yang ditentukan. Dua tiara yang dijual bersamaan dengan penjualan Magnificent Jewels Sotheby akan dipamerkan di Mandarin Oriental, Jenewa, pada 2-9 November 2021. (Gabriella Ajeng Larasati)
Teror Beruntun di Prancis
Advertisement