Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM) bakal mengekstradisi pebisnis kosmetik asal negaranya, Nur Sajat. Menurut Direktur CID Bukit Aman Abd Jalil Hassan, melansir Says, Kamis (4/11/2021), meski polisi belum menerima konfirmasi lokasi persis Sajat saat ini, mereka tahu bahwa ia sekarang berada di Australia.
"Secara formal kami masih belum menerima konfirmasi bahwa Nur Sajat berada di Australia, namun kami dapat melihat berdasarkan unggahan media sosial, baru-baru ini," kata Jalil mengutip The Star.
Ia mengatakan, Komisi Tinggi Malaysia di Australia dan Kedutaan Besar Malaysia di Thailand telah secara resmi menyurati pemerintah Australia tentang masalah ini dan sedang menunggu jawaban mereka. Malaysiakini melaporkan, Jalil mengatakan pihaknya akan meminta bantuan pihak berwenang Australia untuk mengekstradisi Sajat.
Advertisement
Baca Juga
"Kami akan berusaha mendapatkan bantuan sesuai aturan dan undang-undang di Australia. Namun, itu terserah pada hak kedaulatan Australia," katanya.
Sementara itu, Jalil mendesak pebisnis kosmetik berusia 36 tahun itu untuk kembali ke Malaysia. Ia diharapkan bisa membantu menjelaskan lebih banyak terkait tuduhan pelecehan seksual yang dialamatkan pada petugas Departemen Agama Islam Selangor (JAIS).
Ia menyebut saat ini polisi sedang memeriksa pihak JAIS terkait tudingan tersebut. "Kami masih mencari verifikasi dari departemen agama apakah pelanggaran seperti yang dituduhkan (Sajat) terhadap petugasnya benar terjadi," kata Jalil.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengakuan Pebisnis Kosmetik
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times bulan lalu, Sajat mengaku bahwa ia diserang dan dilecehkan petugas selama insiden yang terjadi di kantor JAIS pada Januari tahun ini. Menurutnya, setidaknya tiga pria menendang, menjepit, dan meraba payudaranya.
Ibunda Sajat dilaporkan menyaksikan penyerangan tersebut dan bertanya pada petugas, "Bagaimana Muslim yang saleh bisa melakukan hal seperti ini?" Itu dijawab dengan, "Sajat adalah seorang laki-laki, jadi tidak apa-apa."
"Mereka pikir dibenarkan untuk menyentuh bagian pribadi dan payudara saya karena mereka menganggap saya sebagai laki-laki. Mereka tidak memperlakukan saya dengan belas kasih atau kemanusiaan," kata Sajat.
Sajat, yang pertama kali melarikan diri ke Thailand pada Februari tahun ini dan diam-diam pindah ke Australia pada Oktober, telah berada di bawah pengawasan ketat otoritas Malaysia dan warganet sejak awal 2016. Saat itu, ia secara terbuka mengidentifikasi diri sebagai transgender perempuan.
Advertisement
Mengapa Australia?
Sajat telah menerima ancaman pembunuhan dan jadi sasaran cyberbullying. Nasibnya sebagai transgender sering diberitakan media internasional. Pada awal tahun ini, Sajat didakwa berdasarkan Bagian 10(a) dari Undang-Undang Tindak Pidana Syariah (Selangor) 1995 karena tindakan berpakaiannya dikatakan telah menghina Islam.
Ketika ia tidak muncul selama penyebutan kasus pada 23 Februari, JAIS mengerahkan sekitar 122 personel untuk menemukan dan menangkap Sajat, lapor Malay Mail. Alasannya memilih Australia sebagai suaka karena negara tersebut menerima "Sajat dan Sajat bebas."
"Apa lagi yang kita inginkan? Kita ingin kebebasan. Jadi, HAM di sini sangat penting. Mereka (Australia) sangat mengutamakan HAM. Saya tidak mau apa-apa, saya hanya ingin HAM," katanya.
"Sekarang saya bebas, saya dapat melanjutkan hidup saya. Uang dapat diperoleh, tapi kebahagiaan tidak dapat dibeli. Bagi saya, saya senang berada di negara yang menerima (saya apa adanya), dan itulah yang sangat saya inginkan," katanya.