Liputan6.com, Jakarta - Museum Sumpah Pemuda ditutup untuk sementara waktu. Penutupan museum yang berlokasi di Jakarta Pusat ini dilakukan karena akan direvitalisasi tata pamer tetap.
Kabar penutupan dibagikan melalui unggahan di Instagram resmi Museum Sumpah Pemuda. "Kami akan buka kembali dengan tampilan baru pada pertengahan Januari 2022," demikian bunyi unggahan pada 1 November 2021 itu.
Advertisement
Meski begitu, pengunjung masih dapat melihat tata pamer Museum Sumpah Pemuda yang lama secara virtual. Pengunjung dapat mengakses tautan berikut ini bit.ly/muspada-virtual.
Dikutip dari laman resmi Museum Sumpah Pemuda, Jumat (5/11/2021), periode 1968--1972, gagasan mendirikan museum ini berasal dari pelaku Kongres Pemuda Kedua. Mereka berpendapat bahwa nilai-nilai persatuan yang dirintis generasi 28 harus diwariskan kepada generasi yang lebih muda.
Pada 15 Oktober 1968, Prof. Mr. Soenario berkirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Surat ini meminta perhatian dan pembinaan terhadap Gedung Kramat 106 agar nilai sejarah yang terkandung di dalamnya terpelihara.
Gubernur DKI Jakarta melalui SK Gubernur No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tanggal 10 Januari 1972, kemudian menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Museum
Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April 1973 dan selesai pada 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda.
Pada awal 2012, Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jendral Kebudayaan. Ada beberapa koleksi yang tersimpan di Museum Sumpah Pemuda.
Di sana, pengunjung dapat menilik kembali sejarah lewat biola W. R. Supratman. Biola ini termasuk model amatus 4/4 atau standar, dengan panjang badan 36 cm, lebar badan pada bagian terlebar 20 cm, dan 11 cm pada bagian tersempit
Biola W.R. Supratman dibuat dari tiga jenis kayu yang berbeda. Papan depan berbahan kayu Cyprus (Jati Belanda). Sementara, papan samping, papan belakang, leher, dan kepala dibuat dari kayu maple Italia.
Bagian senar holder, penggulung senar, kriplang, dan end pin menggunakan kayu hitam atau kayu eboni Afrika Selatan. Bridge atau jembatan dibuat dari kayu maple. Pada bagian senar kawat disisipkan kayu eboni yang keras untuk menahan beban senar kawat. Lis tepi biola dibuat dari rose wood dan eboni.
Advertisement
Koleksi Museum
Ada pula koleksi bendera INPO (Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie, Organisasi Pandu Nasional Indonesia), peleburan dua organisasi kepanduan, Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). NPO didirikan di Bandung 1923, sedangkan JIPO di Jakarta.
Pada 1926 di Bandung keduanya bergabung menjadi INPO. Sebagai lambang identitas, INPO mempunyai bendera berukuran 84 cm x 120 cm berwarna merah dan putih.
Ada pula koleksi patung W. R. Soepratman, Mohammad Tabrani, Prof. Mr. Soenario, dan Muhammad Yamin. Tak ketinggalan Monumen Persatuan Pemuda yang diresmikan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Hayono Isman pada 24 Oktober 1994. Maksud 'Tangan Terkepal' adalah simbol kekuatan yang didasari dengan persatuan dan kesatuan para pemuda.