Sukses

Kisah Mantan Guru SD Sukses Banting Setir Jadi Desainer Baju Kucing

Situasi pandemi Covid-19 membawa rezeki bagi sang desainer baju kucing itu.

Liputan6.com, Jakarta - Tanpa baju, kucing sudah bisa terlihat menggemaskan. Tapi, tampilannya semakin modis bila didandani dengan beragam model baju. Tak heran, para pemilik rela mengeluarkan duit lebih untuk membeli baju kucing kesayangannya.

Hal tersebut dipandang sebagai peluang usaha yang menjanjikan oleh Fredi Lugina. Mantan guru itu memutuskan banting setir menjadi desainer baju kucing sejak 2017.

Kebanyakan rancangannya terinspirasi dari budaya Jepang, mulai dari manga, anime, hingga kimono. Hal itu mampu menarik perhatian para penggemar kucing di Jepang. Pada akun media sosialnya, unggahan foto dan video yang menampilkan model kucing berbaju beragam model sudah mendapatkan jutaan like.

"Menurut saya, Jepang adalah kiblat gaya hidup untuk kucing peliharaan di dunia, dengan (adanya) kafe dan restoran kucingnya," ujar Fredi, melansir Kyodo News, Selasa, 2 November 2021.

Fredi telah memproduksi berbagai model pakaian. Salah satunya model pakaian samurai dengan detail yang rumit, seperti penambahan aksesori pedang mini dan helm logam. Ia bahkan menyebut baju kucing itu merupakan salah satu hasil mahakaryanya.

"Seorang pecinta kucing ada yang menawar untuk membelinya dengan harga yang mahal, tetap saya tidak mau memberikannya," ujar Fredi.

Ia pun menawarkan model baju kucing seperti kimono siap pakai dengan model yang lebih sederhana. Jika dilihat dari depan, pakaian yang dikenakan oleh para kucing juga dilengkapi oleh lengan, sehingga tampak seperti manusia.

"Untuk Jepang, saya menawarkan berbagai variasi pakaian kucing yang unik dan berkualitas dengan harga yang kompetitif," ujar Fredi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Dapat Kritik

Awal ketertarikan Fredi pada menjahit adalah saat melihat ibunya menyatukan potongan bahan dengan menggunakan mesin jahit. Ia bahkan sempat mengikuti kursus menjahit saat duduk di bangku kuliah.

Ia semula menekuni minat menjahitnya sebagai hobi. Ia pun fokus dengan membuat baju kucing. Lama-kelamaan, ia berhenti dari profesinya sebagai guru SD dan memutuskan membuka toko penjahit pakaian kucing. 

Pada 2018, ia mulai menjual koleksi baju kucingnya secara daring setelah dibujuk oleh kakak laki-lakinya. Sejak saat itu, pakaian kucing buatannya mulai populer di media sosial.

Selama menjalankan bisnis itu, Fredi juga menghadapi kritik dari sebagian pecinta kucing yang menganggap kucing tidak boleh mengenakan pakaian seperti itu. Ia setuju, bahwa kucing tidak boleh dipaksa untuk mengenakan pakaian.

Menurutnya, kucing dapat memakai pakaian hanya dalam waktu yang singkat. Dari tujuh kucing yang dimilikinya, hanya tiga yang tidak menolak untuk mengenakan kostum.

 

3 dari 4 halaman

Rezeki dari Pandemi

Fredi mengerjakan seluruh pesanan di studionya yang terletak di Bogor, dibantu oleh dua adiknya dan sembilan mesin jahit. Dalam sehari, Fredi dapat menjual sekitar lima hingga sepuluh barang, dengan harga mulai dari Rp33 ribu hingga Rp220 ribu.

Biasanya, ia hanya menghasilkan sekitar Rp1,20 juta per bulan sebelum pandemi. Namun, sejak pandemi COVID-19 yang mengharuskan masyarakat di rumah saja, termasuk para pemilik kucing, permintaan baju kucingnya melonjak. Penjualannya meningkat tiga hingga lima kali lipat dari sebelumnya.

Pelanggan dari dalam negeri masih menjadi pasar terbesar dari penjualannya, tetapi baru-baru ini ia melihat peningkatan pembeli dari luar negeri. Karena desain pakaiannya yang unik, ia tak hanya menarik pelanggan dari Jepang, tetapi juga dari Malaysia, Filipina, Thailand, dan Amerika Serikat. Setelah pandemi berakhir, Fredi berharap bisa memamerkan pakaian kucingnya di Jepang dan di tempat-tempat lainnya.  (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban