Sukses

Happy Salma Sebut Banyak Orang Tak Peduli Kesehatan Jantung karena Tak Terlihat

Kasus penyakit jantung di kalangan usia produktif meningkat belakangan ini karena gaya hidup.

Liputan6.com, Jakarta - Aktris Happy Salma mengungkapkan pengalaman kehilangan ayahnya karena penyakit jantung, beberapa tahun lalu. Ia mengaku pengalaman itu mengubah perspektifnya tentang kesehatan jantung yang semula ia tak terlalu perhatikan.

"Jadi, penyakit jantung itu memberikan kesadaran saya yang luar biasa," kata Happy dalam konferensi pers 40 tahun Yayasan Jantung Indonesia, Senin, 8 November 2021.

Ia sependapat bahwa kesehatan jantung bagi kebanyakan orang tak terlalu diperhatikan. Pasalnya, organ itu berada di dalam dan tak terlihat langsung mata telanjang.

"Karena tak terlihat, banyak orang yang tidak peduli terhadap jantung. Dengan keadaan seperti itu, sebenarnya makin memperlihatkan siapa diri kita di mana kita menjaga yang tidak terlihat itu dengan baik. Otomatis hal itu akan membuat kita menjaganya dengan lebih baik lagi," ujar Happy.

Saat pandemi ini, kata Happy, perlunya bergandeng tangan untuk saling menyadarkan tentang penyakit jantung. "Saat ini kita diberi keleluasaan untuk mendengarkan diri kita, sebelum tidak rasakan detak jantung kita, kita cari di mana detaknya," sambungnya.

Ia berharap semakin banyak orang yang menyadari pentingnya merawat kesehatan jantung. "Dengan banyak berbicara dengan diri sendiri, meditasi, merenung, itu juga bagian dari kita menghargai atau mengapresiasi apa yang kita punya. Dan sedikit banyak pasti akan menyebarluaskan ke banyak orang," tutur Happy.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Generasi Produktif

Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit jantung di kalangan generasi produktif, khususnya generasi milenial. Kenaikan tersebut terjadi akibat gaya hidup, seperti stres tinggi, makanan yang tidak dijaga, tidur yang tidak cukup, kurang beristirahat, dan kurang olahraga.

"Penyakit jantung itu multifaktor, tidak cukup hanya olahraga, tapi juga harus memperhatikan apa yang kita konsumsi. Gula, lemak, dan garam yang berlebihan, harus menghindari stres, rokok. Jadi, banyak sekali faktornya," kata Esti.

Menurut dia, yang perlu dilakukan adalah mencegah agar terhindar dari penyakit jantung. Ia mengatakan, jika seseorang sudah menderita penyakit tersebut, akan lebih sulit untuk mengobatinya.

 

3 dari 4 halaman

Berdetak Empat Dekade

Bersamaan dengan momen perayaan 40 tahun YJI juga diluncurkan sebuah buku Berdetak 4 Dekade Yayasan Jantung Indonesia.  Mengusung tema “Show Your He(art)” dan mengedepankan semangat kolaborasi, pembuatan buku tersebut didukung oleh 11 seniman kontemporer dan 16 perancang busana dan perhiasan.

Mereka adalah Aditya Novali, Agus Suwage, Angki Purbandono, Davy Linggar, Eddie Hara, Meliantha Muliawan, Mella Jaarsma, Mujahidin Nurrahman, Mulyana, Octora Chan, dan Syagini Ratna Wulan. Sedangkan para desainer adalah Adrian Gan, Auguste Soesastro, Cara Faye, Didit Hediprasetyo, Eddy Betty, fbudi, Ghea Panggabean, Harry Halim, Heaven Tanudiredja, Major Minor, Sebastian Gunawan, Sejauh Mata Memadang, Stella Rissa, Tangan, Toton, dan Tulola Jewelry.

Berkat dukungan para seniman dan desainer, terkumpul lah sejumlah total 48 karya. Selain ditampilkan ke dalam buku, karya-karya tersebut juga dipresentasikan ke dalam pameran tertutup berjudul Berdetak: 4 Dekade Yayasan Jantung Indonesia di Museum Nasional Indonesia.

Saat ini, donasi karya telah dapat membantu kurang lebih 20 anak dengan cacat jantung bawaan dari keluarga pra sejahtera, dalam bentuk bantuan deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif. Pameran tertutup tersebut juga dimanfaatkan untuk rekaman pameran virtual, yang mulai 10 November 2021, dapat dinikmati oleh publik melalui https://inaheart.or.id/40TahunYJI.

4 dari 4 halaman

Infografis Jantung Kemkes