Sukses

Saatnya Menikmati Borobudur dari 9 Tema Perjalanan Berbeda

Bukan saatnya lagi menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat menerima kedatangan tamu wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Liputan6.com, Jakarta - Mengutip Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga Magelang Slamet Ahmad Husein, Candi Borobudur adalah lampu besar, tetapi desa-desa wisata di sekitarnya adalah lentera kecil yang akan menerangi kawasan lebih terang. Itulah gambaran besar dari program Borobudur Trail of Civilization yang diluncurkan pada Senin, 8 November 2021.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyebut program tersebut bukan sekadar jalan-jalan biasa, tetapi merupakan salah satu upaya melestarikan Candi Borobudur dengan menginterpretasikan relief yang ada lewat pengembangan pola perjalanan wisata. Ada tiga unsur yang terkandung di dalamnya, yakni edukasi, experience, dan entertainment.

"Diharapkan akan menarik wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara, meningkatkan kunjungan wisata berulang dan baru, memperpanjang length of stay, dan tingkat pengeluaran wisatawan," ujar Angela dalam peluncuran Borobudur Trail of Civilization secara hybrid di Magelang.

Ia berharap pada akhirnya, keberadaan Candi Borobudur akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut, terutama di Zona 3. Terlebih, mereka, khususnya UMKM, ikut terimbas situasi pandemi Covid-19.

Ada sembilan tema perjalanan yang disiapkan di tahap pertama. Kesembilannya itu meliputi Waluku Cultivating Civilization, Sudhana Manohara: The Eternal Love Story, Tropical Flora's Wonderland, Journey of The Stones, Skilled Hands, Walking With The Stars, Body and Soul, Music and Rhymes, dan Jataka Fable Story. 

Kesembilan tema perjalanan itu melibatkan 15 dari 20 desa wisata yang ada di kawasan Borobudur. Masing-masing menawarkan pengalaman wisata yang berbeda, bisa dipilih sesuai minat wisatawan. Seluruhnya dibuat, dikembangkan, dan dijalankan oleh masyarakat di kawasan Borobudur.

"Begitu banyak cerita di relief Borobudur yang sangat menarik untuk dijadikan pola perjalanan. Ini dalam rangka diversifikasi wisata di Borobudur, melibatkan masyarakat sekitar Borobudur, dan mengurangi beban candi," urai Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizky Handayani Mustafa. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Jaga Kelestarian Kawasan

Kiki, biasa disapa, mengatakan kesembilan pola perjalanan itu akan mulai dipasarkan pada awal 2022, termasuk di luar negeri. Kemenparekraf akan menggandeng operator tur atau kalangan yang memiliki minat sama untuk mempromosikan Borobudur Trail of Civilization.

"Ini akan jadi lentera baru di luar candinya itu sendiri," sambung dia.

Perwakilan Balai Konservasi Borobudur Hari Setiawan sepakat dengan itu. Ia menyatakan bukan masanya lagi menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat kedatangan dan menerima tamu dengan paradigma mass tourism. Ia mengingatkan bahwa yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO bukan hanya candi sebagai bangunan, tetapi juga kawasan penyangganya.

"Makanya, sangat penting pengembangan pariwisata di zona III," kata dia.

Pengembangan masyarakat itu, sambung dia, semestinya dikembalikan kepada informasi masa lalu dengan axis Borobudur-Pawon-Mendut. Ia meyakini selama berpegangan pada kearifan budaya masa lalu, Borobudur dan kawasannya akan terus dikunjungi wisatawan, baik wisman maunpun wisatawan domestik.

"Borobudur dan kawasannya akan dikunjungi wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik selama kawasannya lestari. Wisatawan datang bukan ingin melihat gedung, tapi sawah, orang bercocok tanam, lingkungan asri, sungai, dan sebagainya. Manakala itu hilang, masyarakat akan bertanya-tanya," imbuh dia.

 

 

3 dari 4 halaman

9 Tema Perjalanan

Berikut detail aktivitas dari masing-masing tema perjalanan dalam program Borobudur Trail of Civilization:

1. Waluku Cultivating Civilization: memberi gambaran tentang budaya pertanian. Tema ini melibatkan Desa Karangrejo untuk pengalaman menanam padi di sawah, menangkap belut, hingga menikmati hasil pertanian setempat.

2. Sudhana Manohara: The Eternal Love Story: membawa pengalaman mengenal kisah cinta Pangeran Sudhana dan Putri Manohara. Tema ini melibatkan Desa Wanurejo untuk pengalaman menonton pertunjukan tari dan makan malam romantis.

3. Tropical Flora's Wonderland: mengajak wisatawan mengidentifikasi flora yang ditemukan pada relief Candi Borobudur. Tema ini melibatkan Desa Giripurno, Desa Giri Tengah, dan Desa Kenalan untuk pengalaman treking dan mengidentifikasi tumbuhan, hingga memanen madu. 

4. Journey of The Stones: mengajak wisatawan menelusuri sejarah pembuatan Candi Borobudur. Tema ini melibatkan Desa Sambeng dan Desa Ngargogondo untuk pengalaman memahat batu, menumpang VW terbuka, dan menaiki gethek di Sungai Progo.

5. Skilled Hands: mengajak wisatawan untuk membuat batik dan gerabah. Tema ini melibatkan Desa Borobudur dan Desa Karanganyar untuk aktivitas membatik dan membuat gerabah.

6. Walking With The Stars: mengajak wisatawan mengenal imu astronomi yang terpahat pada relief Candi Borobudur. Tema ini melibatkan Desa Kenalan untuk aktivitas menyusuri hutan dan berkemah

7. Body and Soul: mengajak wisatawan untuk memenuhi kebutuhan pikiran dan jiwa. Tema ini melibatkan Desa Majaksingi untuk pengalaman pijat tradisional, yoga,serta meracik jamu.

8. Music and Rhymes: mengajak wisatawan mengenal alat musik yang terpahat di Candi Borobudur. Tema ini melibatkan Desa Tuk songo untuk mengenali alat musik dan cara memainkannya.

9. Jataka Fable Story: mengajak wisatawan semua usia untuk mempelajari cerita moral berdasarkan karakter hewan-hewan yang terpahat di relief candi. Tema ini melibatkan Desa Kembanglimus untuk pengalaman membuat gerabah dan mendengarkan dongeng. 

4 dari 4 halaman

Destinasi Wisata Religi di Indonesia