Sukses

Sosok 4 Peneliti Perempuan Indonesia Pemenang L'Oreal-UNESCO For Women in Science

Keempat ilmuwan perempuan Indonesia ini menyoroti topik penelitian berbeda, dari membuat tambak udang ramah lingkungan dan kesehatan manusia, sampai menyembuhkan luka kronis.

Liputan6.com, Jakarta - Bertajuk "Science Saves Lives," L'Oréal-UNESCO For Women in Science melanjutkan agenda tahunan mereka. Kali ini, pihaknya menganugerahkan beasiswa pada empat peneliti perempuan Indonesia untuk menghadirkan solusi dari berbagai tantangan.

Keempat ilmuwan perempuan yang kampiun sebagai pemenang tahun ini, dan menerima dana riset masing-masing Rp100 juta, adalah Dr. Magdalena Lenny Situmorang, Peni Ahmadi, Ph.D, Febty Febriani, Ph.D, dan Fransiska Krismastuti, Ph.D. 

Selama 17 tahun, program ini telah terselenggara di Indonesia atas kerja sama L'Oreal Indonesia dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU). Juga, didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), serta Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI).

"'Science Saves Lives,' sendiri terefleksi dari kejadian setahun belakangan, yang mana para ilmuwan bekerja tanpa henti selama berbulan-bulan untuk mengembangkan vaksin yang dapat membantu mengurangi laju mortalitas akibat virus COVID-19. Kita telah melihat sendiri bagaimana sains menyelematkan hidup banyak orang," kata Umesh Phadke, President Director L’Oreal Indonesia, dalam jumpa pers virtual, Rabu, 10 November 2021.

Setiap ilmuwan yang terpilih menyoroti topik penelitian berbeda, Dr. Magdalena misalnya. Peneliti dari Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba, Sekolah Ilmu, dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung ini bermaksud berkontribusi dalam menyelamatkan kehidupan udang dengan ekosistem perairan yang terjaga.

Ia menjelaskan bahwa produksi udang di Indonesia masih didominasi tambak tradisional dengan sistem terbuka yang rawan ancaman wabah dan berdampak buruk pada lingkungan. "Butuh solusi berkelanjutan sebagai pengganti antibiotik, sehingga tidak hanya baik bagi lingkungan, namun juga tidak jadi ancaman bagi kesehatan masyarakat," paparnya. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Obat Antikanker Payudara sampai Menyembuhkan Luka Kronis

Kemudian Peni memutuskan meneliti senyawa bioaktif dari invertebrata laut Indonesia yang berpotensi jadi obat kanker payudara. Peneliti di Pusat Riset Bioteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tersebut menjelaskan, saat ini pengobatan dan terapi kanker payudara umumnya mengakibatkan efek samping.

"Dalam beberapa kasus, efek samping pengobatan bahkan lebih berbahaya dari kanker payudara itu sendiri. Pembekuan darah misalnya yang berisiko kematian" ucapnya. Karena itu, dengan keberagaman biola laut Indonesia, ia bermaksud menemukan senyawa antikanker sebagai medium terapi kanker payudara.

Ada juga Febty yang meninjau karakteristik heterogenitas kerak Bumi untuk mengurangi risiko gempa bumi dan tsunami di Indonesia. Penelitian ini, Peneliti di Pusat Riset Fisika BRIN tersebut menyebut, dilakukan dengan mengkaji data geomagnetik untuk prekursor gempa jangka pendek dan memvalidasi metode yang tepat.

Terakhir, Fransiska. Peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN ini akan meneliti struktur nano seng oksida dari limbah galvanisasi sebagai prognostik luka kronis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mencegah petumbuhan bakteri pada luka, memberi perubahan warna sebagai indikasi proses penyembuhan luka, dan sistem deteksi optik yang dilakukan secara mandiri.

3 dari 4 halaman

Dorong Kesetaraan Gender

Program L'Oréal-UNESCO For Women in Science dipandang Ir. Suharti, Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ristek, sebagai bentuk kolaborasi dengan dunia industri guna memberdayakan perempuan di bidang sains. "Publikasi prestasi ilmuwan perempuan harus terus didorong untuk menciptakan kesetaraan gender," katanya. 

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kemendikbud Ristek, Dr. Itje Chodidjah, menyambung bahwa "semua punya hak melakukan penelitian, perempuan maupun laki-laki." Berdasarkan data pihaknya tahun lalu, tercatat ada 44,2 persen peneliti perempuan.

"Jumlahnya memang masih di bawah jumlah peneliti pria, tapi tidak sampai jomplang," katanya.

Dalam waktu lama, dunia penelitian disebutnya seolah-olah jadi ranah pria. "Perempuan awalnya identik sebagai orang di rumah. Lambat laun berkembang sampai sekarang. Apalagi, teknologi sekarang membuat perempuan bisa berperan ganda," papar Dr. Itje.

Direktur Komunikasi, Hubungan Publik, dan Keberlanjutan L’Oréal Indonesia, Melanie Masriel, mengatakan bahwa sebagai perusahaan berbasis sains, pihaknya ingin berkontribusi memajukan dan mendorong kesetaraan gender di dunia sains, sehingga lebih banyak lagi ilmuwan perempuan Indonesia yang berkarya.

"Melalui program pendanaan riset L’Oréal-UNESCO For Women in Science, kami berharap keempat pemenang dapat mewujudkan rencana penelitian yang sungguh menginspirasi, serta jadi role model dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terjun ke dunia sains," tandasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Vaksin COVID-19 Berdampak pada Kesuburan Pria dan Perempuan?