Sukses

Pemandangan 360 Derajat di Taman Langit Pangalengan, Pesona Prau-nya Kabupaten Bandung

Selain destinasi panorama alam, Taman Langit Pangalengan juga jadi lokasi berkemah yang menarik dicoba.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika Yadi Supriadi, seorang perwakilan tim Taman Langit Pangelangan, menyebut, "360 derajat berarti semua panorama bisa terlihat dari Taman Langit Pangalengan." Ungkapannya tidak semata hiperbol. Karena posisinya, destinasi alam di Desa Sukaluyu, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini bisa menyajikan pemandangan seakan tak terbatas jarak pandang.

Mulai dari lanskap matahari terbit, sampai magisnya senja, semua siap mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tujuan wisata alam memesona. Berada di ketinggian 1.680 meter di atas permukaan laut (mdpl), pelancong akan disuguhkan pemandangan batas lautan di sisi timur, Gunung Tangkuban Perahu di sebelah kanan, dan, jika cuaca cerah, melihat kerlip lampu Kota Bandung saat malam hari.

"Kalau lagi beruntung, pengunjung bahkan bisa melihat samudra awan. Karena pemandangan itu, Taman Langit Pangalengan disebut-sebut sebagai (Gunung) Prau-nya Kabupaten Bandung," kata Ridwan Setiawan, yang juga merupakan tim Taman Langit Pangelangan, melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Rabu, 10 November 2021.

Idan, begitu sapaan akrabnya, menyambung, kunjungan ke objek wisata yang diresmikan pada Desember 2020 ini juga berarti "muncak instan." "Karena dengan ketinggian puncak yang sama dengan Gunung Tampomas (di Kabupaten Sumedang), pengunjung hanya berjalan kaki 10 sampai 15 menit," ucapnya.

Soal rekomendasi waktu kunjungan, Idan menyebut tergantung panorama apa yang ingin dilihat. "Juli sampai Agustus itu biasanya jadi momen berburu golden sunset," katanya. "September, Oktober, dan November, (pemandangannya berupa) samudra awan."

Berbicara spot populer, Yadi mengatakan, jembatan kayu sepanjang hampir 400 meter jadi salah satunya. "Ini (jembatan kayu) masih dibangun sampai nantinya sepanjang 700 meter," imbuhnya. Selain ada pula dermaga kaca mengarah ke sunrise point.

Pihaknya juga menyediakan lahan berkemah. "Kalau camping ground harus booking dulu, apalagi Sabtu-Minggu," kata Yadi, menambahkan bahwa informasi pemesanan bisa didapatkan di nomor yang tertera di akun Instagram mereka, @tamanlangitpangalengan360.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Protokol Kesehatannya?

Beroperasi di masa pandemi, Taman Langit Pangalengan sudah mengantongi sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE) sejak Agustus 2021. "Terhitung hari ini (10 November 2021), Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) menunjuk kami sebagai salah satu destinasi wisata percontohan di Kabupaten Bandung yang terintegrasi aplikasi PeduliLindungi," Yadi mengucapkan.

Di samping, penerapan standar protokol kesehatan, seperti pengecekan suhu tubuh, penggunaan masker, penyediaan tempat cuci tangan dan hand sanitizer, serta penyemprotan disinfektan juga tetap dilakukan. Sesuai arahan, pihaknya sekarang memberlakukan kapasitas maksimal 50 persen.

"Jadi maksimal kapasitasnya seribu orang, tapi tidak sampai segitu juga sebenarnya. Weekday itu rata-rata 300 sampai 400 pengunjung, paling banyak 500 (orang)," tuturnya.

Objek wisata alam ini buka Senin sampai Minggu selama 24 jam. Tiket masuknya Rp10 ribu per orang dewasa, anak berusia di atas tujuh tahun dikenakan tarif Rp5 ribu per anak, dan anak berusia kurang dari tujuh tahun gratis. "Parkir motor Rp5 ribu, (parkir) mobil Rp10 ribu," ujar Yadi.

Untuk kemah, pihaknya mengenakan biaya Rp25 ribu per orang untuk satu malam. Mereka juga menyewakan berbagai peralatan kemah dengan tarif mulai dari Rp10 ribu.

"Ada juga paket Rp500 ribu untuk empat orang. Sudah dapat tenda keluarga, empat extra bed, lampu, dan kayu bakar. Pokoknya tinggal bawa makanan saja yang banyak," sambungnya.

3 dari 4 halaman

Berdayakan Warga Lokal

Tim Taman Langit Pangalengan, yang bercerita menemukan tempat ini secara tidak sengaja saat bersepeda, berupaya memberdayakan masyarakat sekitar dalam operasional. "Terutama untuk parkir, kami melibatkan tiga RW di sekitar lokasi. Sekarang juga sudah mempekerjakan 30 orang. Warung-warung makan juga itu semuanya warga," ucap Yadi.

Selain memberdayakan warga lokal, mereka juga berupaya mengelola sampah. "Bisa dipastikan tidak ada sampah yang keluar dari area Taman Langit Pangalengan," kata Idan, menegaskan bahwa pihaknya berupaya tidak menambah beban tempat pembuangan akhir (TPA).

Mereka memilah sampah daur ulang, menjualnya, dan memasukkan dana tersebut sebagai uang kas tim kebersihan. "Kami akan berusaha terus untuk mengelola sampah secara lebih ideal. Sudah ada mahasiswa ITB yang menawarkan kerja sama dalam sistem persampahan, jadi itu semacam alat pembakaran yang sisanya bisa dimanfaatkan jadi pupuk, tapi belum ada obrolan lebih lanjut," papar Idan.

Mereka juga menyiapkan dana darurat sebagai antisipasi operasional di kondisi tidak menentu selama pandemi. "Jadi misalnya kayak Juli kemarin diminta tutup sebulan, kami bisa melakukannya, karena kami juga tidak mau jadi lokasi klaster COVID-19," tandasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan COVID-19